The
proprietor of a coffee house goes to the nearby druggist for a pill to
ward off his headache, but when the druggist gets a headache he goes to
the coffee house for a cup of coffee, which he thinks will cure him.
Tastes differ according to temperament and the character one has earned
by generations of activity in this world. The Jnaani (wiseman) says,
‘Sarvam Brahma mayam’ (Everything is Divinity); another, a yogi, says
all is energy; a third, who is a devotee, says all is the play of the
Lord. Each proclaims based on one’s taste and progress in the spiritual
path. Do not hurry to ridicule anyone, for all of you are pilgrims,
walking along the same road.
Para pemilik kedai kopi menuju ke apoteker terdekat untuk membeli tablet untuk menangkal sakit kepalanya, tetapi ketika si apoteker menderita sakit kepala, dia pergi ke kedai kopi untuk membeli secangkir kopi, yang menurutnya akan menyembuhkan sakit kepalanya. Selera-nya berbeda sesuai dengan temperamen dan karakter seseorang yang telah diterimanya untuk melaksanakan kegiatan di dunia ini. Para Jnaani (orang yang bijaksana) mengatakan, 'Sarvam Brahma mayam' (Semuanya adalah Divinity); yang lainnya, seorang yogi, mengatakan semuanya adalah energi, dan yang ketiga, seorang devotee (pemuja/bhakta), mengatakan bahwa semuanya adalah permainan Tuhan. Masing-masing menyatakan berdasarkan selera-nya dan kemajuannya di jalan spiritual. Janganlah terburu-buru untuk mencemooh orang lain, karena kalian semua adalah peziarah, yang berjalan di sepanjang jalan yang sama.
-BABA
No comments:
Post a Comment