Date: Thursday, November 15, 2012
Step by step, you reach the end
of the road. One act followed by another leads to a good habit. Listening over
and over again, you get prodded into action. Resolve to act, to mix only in
good company, to read only elevating books and to form the habit of remembering
the Lord's name (Naamasmarana), then ignorance will vanish automatically. The
Divine Bliss that will well up within you by the contemplation of the lord who
is Bliss Personified, will drive out all grief and worry. Move forward towards
the Light and the shadow falls behind; move away from it and you have to follow
your own shadow. Go every moment one step nearer to the Lord and then maya
(illusion) which is the shadow will fall back and will not delude you at all.
Langkah
demi langkah, engkau mencapai perjalanan terakhir. Satu tindakan diikuti dengan
tindakan yang lainnya mengarah pada kebiasaan yang baik. Dengarkanlah berulang-ulang
kali, maka engkau akan didorong ke dalam suatu tindakan. Engkau hendaknya
menetapkan tindakanmu, hanya melakukan pergaulan yang baik, hanya untuk membaca
buku-buku yang dapat meningkatkan kualitasmu dan membentuk kebiasaan mengingat nama
Tuhan (Naamasmarana), maka secara otomatis kebodohan akan lenyap. Divine Bliss
(kebahagiaan sejati dari Tuhan) yang memancar dari dalam dirimu dengan
merenungkan Tuhan, akan bisa mengusir semua kesedihan dan kekhawatiran. Jika
engkau bergerak menuju cahaya maka bayangan akan jatuh di belakang; jika engkau
menjauh dari cahaya maka engkau mengikuti bayanganmu sendiri. Jika setiap saat engkau
satu langkah lebih dekat pada Tuhan maka maya (ilusi) yang merupakan bayangan akan
jatuh di belakang dan tidak akan mampu memperdaya-mu.
-BABA
Date: Friday, November 16, 2012
The basic cause for the
occurrence of feelings like hatred, jealousy and anger is body consciousness.
As long as body consciousness remains, the body will be subject to these types
of feelings. For instance, all experiences derived through the senses and the
mind occurs only during the waking state. When you go to sleep none of these
experiences are present. The experiences in the dream state are real as long as
the dream lasts. The experiences in the waking state are real in that state.
The Reality or Truth, is the ‘I’ that remains in all the states. Over the ages,
by identifying the ‘I’ with the body, its true nature has been grossly
underrated. The truth is, this ‘I’ is subtle and incomparable. It is beyond
change. This is the characteristic of Divinity. You must be aware of this and
make efforts to recognise this inherent Divinity.
Penyebab
dasar terjadinya perasaan seperti kebencian, iri hati, dan kemarahan adalah
kesadaran badan. Selama masih ada kesadaran badan, maka badan akan tunduk pada perasaan-perasaan
seperti itu. Sebagai contoh, semua pengalaman yang diperoleh melalui indera dan
pikiran terjadi hanya selama dalam keadaan sadar. Ketika engkau tidur tidak
satupun dari pengalaman itu akan muncul. Apa yang engkau alami dalam mimpi,
hanya nyata, selama mimpi tersebut berlangsung, sementara apa yang engkau alami
dalam keadaan sadar, adalah nyata pada keadaan tersebut. Realitas atau Kebenaran,
adalah 'Aku' yang tetap ada pada semua keadaan. Selama bertahun-tahun, dengan
mengidentifikasi 'Aku' dengan badan, sifat sejati yang sesungguhnya telah direndahkan.
Yang benar adalah, bahwa 'Aku' halus dan tiada bandingannya, tidak akan
mengalami perubahan. Inilah karakteristik dari Divinity. Engkau harus menyadari
hal ini dan membuat upaya untuk mengenali Divinity yang inherent (melekat)
dalam dirimu.
-BABA
No comments:
Post a Comment