When a man falls into a well, of
what use is it if he controls his voice and his emotions and whispers quietly,
"I have fallen into this well.. I have fallen into this well... I am in
great danger... Please save me?” and so on. No one will be able to hear or save
him. He must shout full-throated, with all the anguish he is experiencing and
with the extreme desire to be saved. Then he can hope to get succour.
Similarly, when you are caught in the coils of this world, when you have fallen
into this deep well of worldly misery, shout with all your might and all your
heart, that you may be saved by God. There is no use muttering faintly and
half-heartedly, "Save me... I am floundering in this samsaar (worldly
life)." When the prayer comes shrieking through the heart, help is
assured. Sing with intense yearning for God and enjoy the experience of adoring
Him.
Ketika
seseorang jatuh ke dalam sumur, apa gunanya jika ia mengontrol suara dan
emosinya dan berbisik perlahan, "Aku telah jatuh ke dalam sumur ini .... Aku
telah jatuh ke dalam sumur ini .... Aku dalam bahaya besar .... Mohon
selamatkan aku?" dan sebagainya. Tak seorang pun bisa mendengar atau
menyelamatkannya. Ia harus berteriak dengan sekeras-kerasnya, dengan mengalami
penderitaan dan dengan keinginan sungguh-sungguh untuk diselamatkan. Kemudian ia
bisa berharap untuk mendapatkan pertolongan. Demikian pula, ketika engkau
terjebak dalam lingkaran dunia ini, ketika engkau telah jatuh ke dalam sumur penderitaan
duniawi, engkau hendaknya berteriak dengan segenap kekuatanmu dan segenap
hatimu, bahwa engkau dapat diselamatkan Tuhan. Tidak ada gunanya komat-kamit
dan dengan setengah hati bergumam, "Selamatkan aku ... Aku menggelepar dalam
samsara (kehidupan duniawi) "Saat doa muncul dari hati, maka pertolongan
pasti akan datang. Nyanyikanlah lagu-lagu pujian dengan kerinduan yang kuat
untuk Tuhan dan engkau akan menikmati kebahagiaan dengan memuja-Nya.
-BABA
No comments:
Post a Comment