Ignoring Madhava (God) who is free from Maya (delusion) and spending time immersed in Maya is fruitless; sorrow alone is the final gain. Whomsoever you love, that love has to come to an end. The self-same Lord gives and takes, as and when He wishes. Everything is His; so how foolish it is to lament when things belonging to Him are taken back by Him? The wise man will therefore not pine over any one or feel undue attachment to anything. Let all the pining and all the attachment be reserved for the Lord; He alone is eternal; He is the source of all joy. For the rest, love a thing as a thing, not more. Love man as man, not more. If you love them more, it is a sign that you have been deceived about their real nature.
Mengabaikan Madhava (Tuhan) yang bebas dari Maya (khayal) dan menghabiskan waktu tenggelam dalam Maya adalah tidak ada gunanya. Siapapun yang engkau cintai, ingatlah bahwa cinta itu datang dan akan berakhir. Tuhan memberi dan mengambil, sesuai dengan kehendak Beliau. Segalanya adalah Beliau, jadi betapa bodohnya kita meratapi hal-hal milik-Nya diambil kembali oleh-Nya? Oleh karenanya, orang bijaksana tidak akan menginginkan atau merasakan keterikatan duniawi apapun yang tidak sepantasnya. Biarlah semua keinginan dan semua keterikatan duniawi disediakan Tuhan, Beliau adalah kekal, Beliau adalah sumber segala kebahagiaan. Untuk itu, cintalah sesuatu sebagai sesuatu, tidak lebih. Cintai manusia sebagai manusia, tidak lebih. Jika engkau mencintai mereka lebih dari itu, hal ini merupakan tanda bahwa engkau telah ditipu dari kenyataan yang sebenarnya.
-BABA
No comments:
Post a Comment