As the Universe is constituted by the three attributes or Gunas (Satwa, Rajas, and Tamas) and is permeated by them, the first stage in spiritual practice is to put an end to the Tamo Guna, whichis characterised by foolish obstinacy (moorkatwa). When filled with inertia of this guna, the person exhibits dull intelligence and is inclined to indulge in meaningless questioning and argumentativeness. Instead, study every issue deeply and then draw conclusions. Only then your experience will be rewarding. The Tamasicperson is incapable of perceiving the truth and cannot realise the Divine. Such a person will be caught in the endless cycle of birth and death. Avoid endless verbal debate over every trivial matter. Such controversies result in only provoking bitterness, instead of harmony. It will not serve you to realise the truth.
Ketika alam semesta ini didasari oleh tiga sifat atau Guna (Satwa, Rajas, dan Tamas) dan diresapi oleh ketiganya, tahap pertama dalam latihan spiritual adalah dengan mengakhiri Tamo Guna yang ditandai dengan sikap keras kepala yang bodoh (moorkatwa). Ketika diisi dengan sifat kelembaman ini, maka orang ini menunjukkan kecerdasan yang tumpul dan cenderung terlibat dalam perdebatan dan pertanyaan yang tidak bermakna. Sebagai gantinya, pelajarilah setiap isu dengan mendalam dan kemudian menarik kesimpulan. Hanya demikian pengalamanmu akan bermanfaat. Orang yang Tamasik adalah tidak mampu memahami kebenaran dan tidak bisa menyadari keillahian. Orang yang seperti itu akan terperangkap dalam siklus kelahiran dan kematian yang tanpa akhir. Hindarilah perdebatan lisan untuk setiap masalah yang sepele. Perdebatan yang seperti itu hanya menghasilkan serta meningkatkan kebencian dan bukannya keharmonisan. Hal ini tidak akan membawamu untuk menyadari kebenaran. (Divine Discourse, Jan 8, 1988).
-BABA
No comments:
Post a Comment