Saturday, May 25, 2024

Thought for the Day - 25th May 2024 (Saturday)

Education has to tend to the body, mind and spirit, in addition to intelligence. It cannot be confined to the four walls of a building. The Universe is a University for those who care to watch and learn. Awareness is life; so, the farmer, the carpenter, the smith, the sculptor, the merchant - all have the need to be aware of their duties and responsibilities, their skills and standards, which education must foster and fix. Education is no bookworm affair; the process must include study and appreciation of all trades, professions and guilds. It must encourage acceptance of the good and rejection of the bad. Spiritual education is not a distinct and separate discipline; it is part and parcel of all types and levels of education. In fact, it is the very foundation on which a lasting edifice can be built. Secular and spiritual education are like two halves in the seeds of pulses; the germ that sprouts is in between; it is fed by both. 


- Divine Discourse, Jul 25, 1975.

Education is not intended merely to stuff the brain with information. It has to transform the heart and make it pure.


Pendidikan harus merawat tubuh, pikiran dan jiwa, disamping kecerdasan. Pendidikan tidak bisa dibatasi dengan empat dinding bangunan. Alam semesta adalah universitas bagi mereka yang tertarik untuk mengamati dan belajar. Kesadaran adalah kehidupan; jadi, petani, tukang kayu, tukang besi, pemahat, pedagang – semua memiliki kebutuhan untuk menyadari kewajiban dan tanggung jawab mereka, keahlian dan standar mereka, yang mana harus dikembangkan dan ditetapkan oleh pendidikan. Pendidikan bukanlah berkaitan dengan kutu buku; proses pendidikan harus mencakup belajar dan penghargaan terhadap semua pekerjaan, profesi dan perkumpulan. Pendidikan harus mendorong penerimaan pada baik dan penolakan pada yang buruk. Pendidikan spiritual bukanlah sebuah disiplin yang berbeda dan terpisah; ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semua jenis dan level Pendidikan. Sejatinya, Pendidikan adalah pondasi yang sangat penting yang mana sebuah bangunan yang tahan lama dapat dibangun. Pendidikan spiritual dan duniawi adalah seperti dua bagian dalam biji kacang polong; tunas yang tumbuh berada diantara keduanya dan dirawat oleh keduanya. 


- Divine Discourse, Jul 25, 1975.

Pendidikan tidak dimaksudkan hanya mengisi otak dengan informasi. Pendidikan harus mengubah hati dan membuatnya murni.

Friday, May 24, 2024

Thought for the Day - 24th May 2024 (Friday)

You must cultivate love towards everyone, however distinct the character and capacity of each may be. Though the same blood flows through the entire body, the eye cannot smell, the ear cannot taste, and the nose cannot see. Do not over-emphasise the distinctions and quarrel. Emphasise the basic brotherhood and practise love. As sugar that has dissolved in the cup of water is invisible, but patent to the tongue in every drop, so too the Divine is invisible but immanent; capable of being experienced, in every individual, whether he is at the bottom or at the top. Do Namasmarana (repeated remembrance of the Lord); taste the sweetness that is in the heart of everyone, and dwell on His glory and compassion which those names summarise. Then, it will be easier for you to visualise Him in all, love Him in all, and adore Him in all. 


- Divine Discourse, Jul 31, 1967.

Serve man until you see God in all men; then, what you do will be elevated as Worship.


Engkau harus memupuk kasih kepada setiap orang, bagaimanapun perbedaan karakter dan kapasitas yang ada pada masing-masing orang. Walaupun darah yang sama mengalir di seluruh tubuh, mata tidak dapat menciumnya, telinga tidak dapat merasakannya, dan hidung tidak dapat melihatnya. Jangan terlalu menonjolkan perbedaan dan pertengkaran. Kuatkan pada dasar dari persaudaraan dan praktekkan kasih. Seperti halnya gula yang larut dalam secangkir air tidak terlihat, namun terasa jelas pada lidah dalam setiap tetesnya, begitu juga Tuhan adalah tidak terlihat namun tetap ada; mampu dialami, pada diri setiap individu, apakah dia ada di bawah atau di atas. Lakukan Namasmarana (mengingat Tuhan berulang kali); rasakan manisnya Tuhan dalam hati setiap orang, dan berdiamlah dalam kemuliaan dan welas asih-Nya yang mana terangkum dalam nama-nama itu. Kemudian, akan lebih memudahkan bagimu untuk memvisualisasikan-Nya dalam semuanya, kasihi Tuhan dalam semuanya, dan puja Tuhan dalam semuanya. 


- Divine Discourse, Jul 31, 1967.

Layani manusia sampai engkau melihat Tuhan dalam diri semua manusia; kemudian apa saja yang engkau lakukan akan dimurnikan sebagai ibadah.


Tuesday, May 21, 2024

Thought for the Day - 21st May 2024 (Tuesday)

Man alone has the chance to liberate himself from the wheel of birth and death through the most pleasant means of serving God. As a result of ignorance or what’s worse, perversity, he lets the opportunity slip from his hands, and suffers grief, pain, fear and anxiety. By escaping from the clutches of fascination exercised by material objects and physical pleasures, man can succeed in his efforts to liberate himself. He travelled long enough on the wrong road; it’s time now to turn back and move steadily towards the goal. The love that he cultivated for men and things must be sublimated into pure, divine worship. Then it gets transmuted as Love for God. Convince yourself that the Lord is in you, as charioteer, holding reins of the five horses (senses), giving you constant counsel, as He did when Arjuna prayed to Him, to lead and guide. Then, it becomes easy for you to convince yourself that the self-same charioteer is leading and guiding all other men and beings too. When established in this faith firmly, you become free of hate and malice, greed and envy, anger and attachment. Pray to the Lord to strengthen this conviction and this faith. 


- Divine Discourse, Jul 31, 1967.

Find the Lord in your heart, see Him in everyone, and hold on to Him forever!


Hanya manusia yang memiliki kesempatan untuk membebaskan dirinya sendiri dari siklus perputaran roda kelahiran dan kematian melalui sarana yang paling menyenangkan yaitu melayani Tuhan. Sebagai akibat dari kedunguan atau yang paling buruk adalah karena keburukan, manusia membiarkan kesempatan itu lepas dari tangannya, dan menderita kesedihan, kepedihan, ketakutan dan kecemasan. Dengan melepaskan diri dari jerat daya tarik yang dihasilkan oleh objek-objek material dan kesenangan fisik, manusia bisa berhasil dalam usahanya untuk membebaskan dirinya. Manusia telah cukup lama menempuh jalan yang salah; sekarang waktunya untuk memutar balik dan bergerak dengan mantap menuju tujuan. Kasih yang manusia kembangkan pada sesama manusia dan benda harus diarahkan pada pemujaan yang murni dan ilahi. Kemudian kasih itu berubah sebagai kasih kepada Tuhan. Yakinkan dirimu sendiri bahwa Tuhan bersemayam di dalam dirimu, sebagai kusir yang memegang kendali dari lima kuda (indera), memberikamu nasehat secara terus menerus, seperti yang Sri Krishna lakukan ketika Arjuna memohon kepada-Nya, untuk menuntun dan membimbing. Kemudian, menjadi mudah bagimu untuk meyakinkan dirimu sendiri bahwa kusir yang sama sedang menuntun dan membimbing semua manusia dan makhluk lainnya juga. Ketika keyakinan ini tertanam kokoh, engkau menjadi bebas dari kebencian dan kesombongan, ketamakan dan iri hati, kemarahan dan keterikatan. Berdoalah kepada Tuhan untuk menguatkan keyakinan ini. 


- Divine Discourse, Jul 31, 1967.

Temukan Tuhan di dalam hatimu, lihatlah Tuhan dalam diri setiap orang, dan berpegang pada Tuhan selamanya!

Monday, May 20, 2024

Thought for the Day - 20th May 2024 (Monday)

If you throw a pebble into a well, ripples are created and they travel to the edge of the well. In the same way, if you throw a pebble called good thought into the well called the heart, the ripples generated travel throughout the body. When the ripple reaches the eye, it stimulates pure vision. When the ripple reaches the ears, it tunes the latter to sacred sounds. When the ripple reaches the hands, it swings them into good action. In this manner, when the ripples spread across the entire body, there is a symphony of sacred activity all around. Thus, good and noble thoughts are fundamental to sacred activity. Such are the great teachings of Buddha. What is your response to them? No doubt you all read books containing Buddha’s teachings. But the moment the book is put down, all teachings are forgotten. Remember, only when sandalwood is continuously ground that fragrance can be experienced. It is only when sugarcane is chewed well that sweetness can be experienced in full measure. In the same way, only continued and sustained practice of sacred teachings leads to bliss! 


- Divine Discourse, May 21, 2000.

If evil thoughts dominate, the body indulges in bad actions; if good thoughts prevail, the body performs good actions.


Jika engkau melemparkan sebuah batu kerikil ke dalam sumur, maka akan tercipta riak dan riak tersebut akan merambat sampai di tepi sumur. Sama halnya, jika engkau melempar sebuah kerikil yaitu pikiran baik ke dalam sumur yaitu hati, maka riaknya akan merambat ke seluruh tubuh. Ketika riak itu sampai di mata, maka ini menstimulasi pandangan yang suci. Ketika riak itu sampai pada telinga, maka ini menghasilkan suara yang suci. Ketika riak itu mencapai kedua tangan, maka ini menggerakkan kedua tangan dalam perbuatan yang baik. Sama halnya, ketika riak-riak itu merambat ke seluruh tubuh, akan ada simfoni perbuatan yang suci pada semuanya. Jadi, pikiran yang baik dan mulia adalah bersifat fundamental bagi perbuatan yang suci. Itu adalah ajaran suci dari Sang Buddha. Apa tanggapanmu terhadap ajaran suci itu? Tidak diragukan lagi bahwa semua darimu membaca buku berisi ajaran sang Buddha. Namun saat buku itu ditaruh, semua ajaran sucinya dilupakan. Ingatlah, hanya ketika kayu cendana terus digiling maka wanginya dapat dirasakan. Hanya ketika tebu dikunyah dengan baik maka rasa manisnya dapat dirasakan sepenuhnya. Dengan cara yang sama, hanya praktek yang berkesinambungan dan berkelanjutan dari ajaran-ajaran suci menuntun pada kebahagiaan! 


- Divine Discourse, May 21, 2000.

Jika pikiran jahat mendominasi, tubuh tergerak melakukan perbuatan buruk; jika pikiran baik menguasai, maka tubuh melakukan perbuatan baik.


Sunday, May 19, 2024

Thought for the Day - 19th May 2024 (Sunday)

Immediately after birth, as an infant, one clings to the mother's bosom and considers it as paradise. As he grows, he gets interested in education and forgets the mother. In his boyhood, one experiences this love in sports and games, in studies and recreation. After completing his education, he enters family life and immerses himself in sensual pleasures. Later, he gets interested in earning wealth and loses interest in wife and children. Later on, he loses interest even in wealth and turns his thoughts towards God. Thus, man exhibits his love for different objects at different stages in his life. Love is not something which enters your life midway. It is the Atmic Principle which is always with you at all times. You should not allow this love to change from moment to moment. You must transmute all your thoughts into expressions of love. To regard whatever actions you perform as an offering to God is the best form of sadhana. Whatever good deeds or spiritual acts you may perform, if they are not suffused with love they are worthless. 


- Divine Discourse, May 30, 1992.

It is not love that is contained in the universe; it is the universe that is contained in love.


Segera setelah lahir, bayi tersebut menempel pada dada ibunya dan menganggapnya itu sebagai surga. Ketika bayi itu tumbuh besar, dia tertarik pada pendidikan dan melupakan ibunya. Pada masa kanak-kanaknya, dia merasakan kasih ini dalam olahraga dan permainan, dalam belajar dan rekreasi. Setelah menyelesaikan pendidikannya, dia memasuki kehidupan berumah tangga dan membenamkan dirinya dalam kesenangan sensual. Kemudian, dia tertarik dalam mengumpulkan kekayaan dan kehilangan minat pada istri dan anak-anak. Kemudian, dia bahkan kehilangan minat pada kekayaan dan mengalihkan pikirannya pada Tuhan. Jadi, manusia menunjukkan kasihnya ini untuk objek-objek yang berbeda pada tahapan hidup yang berbeda. Kasih bukanlah sesuatu yang memasuki hidupmu di tengah jalan. Ini adalah prinsip atma yang selalu bersamamu sepanjang waktu. Engkau seharusnya tidak membiarkan kasih ini berubah dari satu momen ke momen berikutnya. Engkau harus mengubah semua pikiranmu menjadi ungkapan kasih. Dengan melihat apapun perbuatanmu yang engkau lakukan sebagai persembahan kepada Tuhan adalah bentuk terbaik dari sadhana. Apapun perbuatan baik atau tindakan spiritual yang engkau mungkin lakukan, jika semuanya itu tidak diliputi dengan kasih maka semuanya itu adalah tidak berguna. 


- Divine Discourse, May 30, 1992.

Bukanlah kasih yang terkandung dalam semesta; adalah semesta yang terkandung dalam kasih.

Sunday, May 5, 2024

Thought for the Day - 5th May 2024 (Sunday)

Once I took Easwaramma to Brindavan. It was during the Summer Course. Students from colleges all over the country were attending the course. There were many foreigners also. She was very happy at the noble things taught to them in the classes and also Swami’s discourses in the evenings. One day I asked her, “Are you happy now?” She replied, “Swami, what more do I need? People from so many countries are being benefited. This is enough for my happiness.” She had a broad mind. She wanted everyone to be happy. Even though she was not educated she taught such noble qualities to everyone. Our country Bharat attained great fame because of such mothers. One day, after her breakfast, she was sitting in the hall; Swami was upstairs; suddenly she called out, ‘Swami’ (three times). I told her, “I am coming, don’t go!” Gokak, who was there, was surprised why I was saying that. I rushed down. She held My hands and said, “I am completely satisfied with this Summer Course. It is not only students who are getting benefited, even I have developed a broad mind. Swami, I am going!” She offered her pranams to Me and passed away peacefully.


- Divine Discourse, Nov 19, 2001.

The sacredness of a mother’s heart and the strength of her blessings are unparalleled


Sekali Aku mengajak ibu Easwaramma ke Brindavan. Saat itu adalah kegiataan kelas musim panas. Para mahasiswa dari Universitas seluruh negeri menghadiri kelas musim panas itu. Ada juga banyak orang asing. Ibu Easwaramma sangat senang pada hal-hal mulia yang diajarkan kepada para mahasiswa dalam kelas dan juga wacana Swami di sore hari. Suatu hari Aku menanyakannya, “apakah ibu bahagia sekarang?” Ibu Easwaramma menjawab, “Swami, apa lagi yang aku butuhkan? Banyak orang dari berbagai negara merasakan manfaat. Ini adalah cukup untuk kebahagiaanku.” Ibu Easwaramma memiliki pikiran yang luas. Beliau ingin setiap orang Bahagia. Walaupun Ibu Easwaramma tidak berpendidikan namun beliau mengajarkan sifat-sifat yang mulia kepada setiap orang. Negara Bharat kita mendapatkan ketenaran yang luar biasa karena ibu-ibu yang seperti itu. Suatu hari, setelah ibu Easwaramma menikmati sarapannya, beliau sedang menunggu di dalam hall; Swami sedang ada di lantai atas; secara tiba-tiba beliau menyebutkan, ‘Swami’ (sebanyak tiga kali). Aku mengatakan kepadanya, “Aku datang, jangan pergi!” Gokak, yang ada disana menjadi terkejut mengapa Aku mengatakan hal itu. Aku segera bergegas turun ke bawah. Ibu Easwaramma memegang tangan Swami dan berkata, “aku sepenuhnya puas dengan kelas musim panas ini. Hal ini tidak hanya para mahasiswa yang mendapatkan manfaat, bahkan aku sendiri mendapatkan pikiran yang luas. Swami, aku akan pergi!” Ibu Easwaramma mencakupkan tangan untuk memberikan pranamnya kepada Swami dan meninggal dunia dengan penuh kedamaian. 


- Divine Discourse, Nov 19, 2001.

Kesucian hati seorang ibu dan kekuatan dari berkah ibu adalah tiada tandingannya


Thursday, May 2, 2024

Thought for the Day - 2nd May 2024 (Thursday)

So long as you have a trace of ego in you, you cannot see the Lord clearly. That is the thera (curtain), which Saint Tyagaraja prayed to Lord Venkateshwara to remove from his mind. Egoism will be destroyed if you constantly tell yourself, 'It is He, not I.' 'He is the force, I am but the instrument.' Keep His Name always on the tongue; contemplate His glory whenever you see or hear anything beautiful or grand; see in everyone the Lord Himself moving in that form. Do not talk evil of others, see only good in them. Welcome every chance to help others, to console others, and to encourage others along the spiritual path. Be humble, do not become proud of your wealth, status, authority, learning or caste. Dedicate all your physical possessions, mental skills and intellectual attainments to the service of the Lord and to the Lord's manifold manifestations!


- Divine Discourse, Aug 13, 1964.

Ego is a bad quality for a devotee. Only through love, peace, humility, and courage can you overcome ego.


Selama engkau memiliki jejak ego di dalam dirimu, engkau tidak bisa melihat Tuhan dengan jelas. Ego itu adalah tirai (thera), dimana guru suci Tyagaraja berdoa kepada Tuhan Venkateshwara untuk menghilangkan tirai ego itu dari dalam pikirannya. Egoisme akan dapat dihancurkan jika engkau secara terus menerus mengatakan pada dirimu sendiri, 'ini adalah Tuhan, dan bukan dirikuI.' 'Tuhan adalah sebagai kekuatan, aku ini hanyalah alat saja.' Tetap jaga agar nama suci Tuhan selalu di lidah; renungkan kemuliaan Tuhan kapanpun engkau melihat atau mendengar apapun yang indah atau megah; lihat di dalam diri setiap orang bahwa Tuhan yang sedang bergerak dalam wujud orang itu. Jangan membicarakan kekurangan orang lain, hanya lihat yang baik dalam diri mereka. Sambutlah setiap kesempatan untuk membantu yang lainnya, untuk menghibur yang lainnya, dan menguatkan yang lain sepanjang dalam jalan spiritual. Jadilah rendah hati, jangan menjadi sombong pada kekayaan, status, kepintaran atau kastamu. Dedikasikan semua harta benda fisik, ketrampilan batin dan pencapaian intelektualmu untuk melayani Tuhan dan kepada berbagai perwujudan Tuhan! 


- Divine Discourse, Aug 13, 1964.

Ego adalah kualitas buruk bagi seorang bhakta. Hanya melalui kasih, kedamaian, kerendahan hati dan keberanian maka engkau dapat mengatasi ego.