If you throw a pebble into a well, ripples are created and they travel to the edge of the well. In the same way, if you throw a pebble called good thought into the well called the heart, the ripples generated travel throughout the body. When the ripple reaches the eye, it stimulates pure vision. When the ripple reaches the ears, it tunes the latter to sacred sounds. When the ripple reaches the hands, it swings them into good action. In this manner, when the ripples spread across the entire body, there is a symphony of sacred activity all around. Thus, good and noble thoughts are fundamental to sacred activity. Such are the great teachings of Buddha. What is your response to them? No doubt you all read books containing Buddha’s teachings. But the moment the book is put down, all teachings are forgotten. Remember, only when sandalwood is continuously ground that fragrance can be experienced. It is only when sugarcane is chewed well that sweetness can be experienced in full measure. In the same way, only continued and sustained practice of sacred teachings leads to bliss!
- Divine Discourse, May 21, 2000.
If evil thoughts dominate, the body indulges in bad actions; if good thoughts prevail, the body performs good actions.
Jika engkau melemparkan sebuah batu kerikil ke dalam sumur, maka akan tercipta riak dan riak tersebut akan merambat sampai di tepi sumur. Sama halnya, jika engkau melempar sebuah kerikil yaitu pikiran baik ke dalam sumur yaitu hati, maka riaknya akan merambat ke seluruh tubuh. Ketika riak itu sampai di mata, maka ini menstimulasi pandangan yang suci. Ketika riak itu sampai pada telinga, maka ini menghasilkan suara yang suci. Ketika riak itu mencapai kedua tangan, maka ini menggerakkan kedua tangan dalam perbuatan yang baik. Sama halnya, ketika riak-riak itu merambat ke seluruh tubuh, akan ada simfoni perbuatan yang suci pada semuanya. Jadi, pikiran yang baik dan mulia adalah bersifat fundamental bagi perbuatan yang suci. Itu adalah ajaran suci dari Sang Buddha. Apa tanggapanmu terhadap ajaran suci itu? Tidak diragukan lagi bahwa semua darimu membaca buku berisi ajaran sang Buddha. Namun saat buku itu ditaruh, semua ajaran sucinya dilupakan. Ingatlah, hanya ketika kayu cendana terus digiling maka wanginya dapat dirasakan. Hanya ketika tebu dikunyah dengan baik maka rasa manisnya dapat dirasakan sepenuhnya. Dengan cara yang sama, hanya praktek yang berkesinambungan dan berkelanjutan dari ajaran-ajaran suci menuntun pada kebahagiaan!
- Divine Discourse, May 21, 2000.
Jika pikiran jahat mendominasi, tubuh tergerak melakukan perbuatan buruk; jika pikiran baik menguasai, maka tubuh melakukan perbuatan baik.
No comments:
Post a Comment