Once I took Easwaramma to Brindavan. It was during the Summer Course. Students from colleges all over the country were attending the course. There were many foreigners also. She was very happy at the noble things taught to them in the classes and also Swami’s discourses in the evenings. One day I asked her, “Are you happy now?” She replied, “Swami, what more do I need? People from so many countries are being benefited. This is enough for my happiness.” She had a broad mind. She wanted everyone to be happy. Even though she was not educated she taught such noble qualities to everyone. Our country Bharat attained great fame because of such mothers. One day, after her breakfast, she was sitting in the hall; Swami was upstairs; suddenly she called out, ‘Swami’ (three times). I told her, “I am coming, don’t go!” Gokak, who was there, was surprised why I was saying that. I rushed down. She held My hands and said, “I am completely satisfied with this Summer Course. It is not only students who are getting benefited, even I have developed a broad mind. Swami, I am going!” She offered her pranams to Me and passed away peacefully.
- Divine Discourse, Nov 19, 2001.
The sacredness of a mother’s heart and the strength of her blessings are unparalleled
Sekali Aku mengajak ibu Easwaramma ke Brindavan. Saat itu adalah kegiataan kelas musim panas. Para mahasiswa dari Universitas seluruh negeri menghadiri kelas musim panas itu. Ada juga banyak orang asing. Ibu Easwaramma sangat senang pada hal-hal mulia yang diajarkan kepada para mahasiswa dalam kelas dan juga wacana Swami di sore hari. Suatu hari Aku menanyakannya, “apakah ibu bahagia sekarang?” Ibu Easwaramma menjawab, “Swami, apa lagi yang aku butuhkan? Banyak orang dari berbagai negara merasakan manfaat. Ini adalah cukup untuk kebahagiaanku.” Ibu Easwaramma memiliki pikiran yang luas. Beliau ingin setiap orang Bahagia. Walaupun Ibu Easwaramma tidak berpendidikan namun beliau mengajarkan sifat-sifat yang mulia kepada setiap orang. Negara Bharat kita mendapatkan ketenaran yang luar biasa karena ibu-ibu yang seperti itu. Suatu hari, setelah ibu Easwaramma menikmati sarapannya, beliau sedang menunggu di dalam hall; Swami sedang ada di lantai atas; secara tiba-tiba beliau menyebutkan, ‘Swami’ (sebanyak tiga kali). Aku mengatakan kepadanya, “Aku datang, jangan pergi!” Gokak, yang ada disana menjadi terkejut mengapa Aku mengatakan hal itu. Aku segera bergegas turun ke bawah. Ibu Easwaramma memegang tangan Swami dan berkata, “aku sepenuhnya puas dengan kelas musim panas ini. Hal ini tidak hanya para mahasiswa yang mendapatkan manfaat, bahkan aku sendiri mendapatkan pikiran yang luas. Swami, aku akan pergi!” Ibu Easwaramma mencakupkan tangan untuk memberikan pranamnya kepada Swami dan meninggal dunia dengan penuh kedamaian.
- Divine Discourse, Nov 19, 2001.
Kesucian hati seorang ibu dan kekuatan dari berkah ibu adalah tiada tandingannya
No comments:
Post a Comment