Dharma (righteousness) is that which sustains mankind. True humanness consists in observing unity of thought, word and deed. All actions done with this triple unity are Dharmic actions. There are various rules of conduct which are related to conditions governing time and space. Such rules are liable to change from time to time, and country to country, according to changing situations. But if Sanathana Dharma (the eternal Dharma) changes, humanity will cease to be human. Just as burning wood which loses its heat becomes a mere charcoal; likewise man remains truly human only as long as he adheres to the eternal Dharma which is represented by unity and purity of thought, word and deed.
Penopang kehidupan umat manusia adalah Dharma (nilai-nilai kebajikan). Persatuan (unity) atau sinkronisasi antara pikiran, ucapan dan perbuatan merupakan nilai kemanusiaan yang tulen. Segala bentuk perbuatan yang dilakukan dengan trinitas persatuan ini merupakan tindakan Dharmic. Terdapat beberapa jenis kode-etik yang berhubungan dengan berbagai jenis kondisi ruang dan waktu. Aturan-aturan (atau kode etik) tersebut mengalami perubahan dari waktu ke waktu, berbeda-beda di masing-masing negara, dan disesuaikan dengan situasi setempat. Namun jikalau saja Sanathana Dharma (Dharma abadi) juga mengalami perubahan sedemikian, maka terdapat bahaya dimana kemanusiaan akan mengalami degradasi moral. Seperti halnya kayu yang terbakar akan kehilangan unsur panasnya hingga akhirnya menjadi arang (charcoal); maka demikianlah, manusia hanya tetap dianggap sebagai manusia jikalau ia berpegang-erat pada Sanathana Dharma yang direpresentasikan melalui unity dan purity (kemurnian) dalam pikiran, ucapan dan perbuatannya.
No comments:
Post a Comment