Only after the feelings of 'I' and 'mine' are uprooted, one becomes a devotee. The heart of such a devotee will be filled with compassion and the urge to do good to the world. It is the supreme bliss they attain thereby which impels them to act in this way. They crave for nothing else but being one with their sweet Lord. With this single goal in mind, regardless of joy and sorrow, without any concern about their own satisfaction, they engage themselves in spiritual practices steadfastly, incessantly and with conviction, and after understanding the Reality, they attain full contentment.
Hanya setelah perasaan “aku” dan “kepunyaanku” ditaklukkan, seseorang menjadi bhakta. Hati bhakta seperti itu akan dipenuhi dengan perasaan belas kasihan dan keinginan untuk berbuat baik pada dunia. Ini adalah kebahagiaan tertinggi yang mereka capai sehingga mendorong mereka untuk bertindak dengan cara ini. Mereka tidak mendambakan apapun, selain menyatu dengan Tuhan mereka yang terkasih. Dengan satu tujuan ini dalam pikiran, tanpa memperhatikan suka dan duka, tanpa memperhatikan kepuasan diri mereka sendiri, mereka melibatkan diri dalam praktek spiritual dengan mantap, terus-menerus, dan dengan keyakinan, dan setelah memahami Realitas ini, mereka mencapai kepuasan penuh.
-BABA
No comments:
Post a Comment