Desire and bondage to the objects desired and the plans to secure them are attributes of the Jeevis (individualized selves), not of the Self or Atma resident in the body. The sense of “me” and “mine” and the emotions of lust and anger originate in the body-mind complex. Only when this complex is conquered and outgrown can true virtue emanate and manifest. The sense of “doer” and “enjoyer”, of being an agent might appear to affect the Atma, but they are not part of the genuine nature of the Atma. Things get mirrored and produce images, but the mirror is not tarnished or even affected thereby. It remains as clear as it was. Every Jeevi has these as genuine, basic attributes: purity, serenity, and joy. Every individual is ebullient with these qualities.
Keinginan dan keterikatan pada objek yang diinginkan dan rencana-rencana untuk mengamankannya merupakan sifat dari Jeevis (diri individual), bukan dari Atma yang mendiami tubuh ini. Perasaan "aku" dan "milikku" serta keinginan yang sangat kuat dan amarah berasal dari pikiran yang kompleks. Hanya ketika hal ini dapat ditaklukkan dan diatasi, maka kebajikan sejati akan muncul dan menjelma dalam diri. Perasaan "pelaku" dan "penikmat", muncul untuk mempengaruhi Atma, tetapi bukanlah merupakan sifat sejati dari Atma. Diibaratkan seperti cermin yang dapat menghasilkan gambar, tetapi cermin itu tidak ternodai atau bahkan tidak terpengaruh olehnya. Setiap Jeevi memiliki sifat sejati ini, yang merupakan sifat dasar yaitu: kemurnian, ketenangan, dan kegembiraan. Setiap individu bersemangat dengan sifat-sifat ini.
-BABA
No comments:
Post a Comment