The prompting inside an individual to love one’s mother is an expression of the Divine Nature in that person. If there was no spark of the Divine in the person, they would not have loved at all. A person who loves another individual is a theist, whether they go to a temple or church, or not. You proceed from the known to the unknown. Then that love expands in ever widening circles, until it covers all nature! In its pure form, even plucking a leaf from a tree may affect you that you will think twice! The green vitality of the tree is a sign of the Divine Will, which sends its roots deep into the soil. The roots keep the tree safe from storms, holding it fast against the violent tug of the wind. So too, if the roots of love in an individual goes down into the spring of the Divine in them, no storm of suffering can shake them.
Dorongan di dalam diri seseorang untuk menyayangi ibunya adalah sebuah ungkapan dari sifat alami dari Tuhan di dalam diri orang itu. Jika tidak ada percikan keilahian dalam diri seseorang, maka mereka sama sekali tidak akan memiliki cinta kasih. Seseorang yang menyayangi individu yang lainnya adalah seorang yang percaya keberadaan Tuhan, apakah mereka pergi ke tempat suci atau tidak. Engkau melangkah maju dari yang diketahui menuju yang tidak diketahui. Kemudian kasih itu akan mengembang dalam lingkaran yang terus melebar, sampai kasih itu meliputi seluruh alam semesta! Dalam wujud kasih yang murni, bahkan hanya dengan memetik daun dari pohon akan membuatmu berpikir dua kali! Daya hidup pohon yang berwarna hijau adalah tanda dari kehendak Tuhan, yang membuat akar masuk ke dalam tanah. Dimana akar menjaga pohon tetap aman dari badai, menjaga pohon dari sentakan angin yang keras. Begitu juga, jika akar cinta kasih dalam diri setiap individu masuk ke dalam menuju sumber keilahian di dalam diri mereka, tidak ada badai penderitaan yang dapat menggoyahkan mereka. (Divine Discourse, May 24, 1967)
-BABA
No comments:
Post a Comment