Saturday, August 31, 2024

Thought for the Day - 31st August 2024 (Saturday)

Human life is beset with ups and downs, joys and sorrows. These experiences are intended to serve as guideposts for man. Life would be stale if there were no trials and difficulties. It’s these difficulties which bring out human values in man. Because of how Harischandra faced all the trials in his life, his story became a glorious chapter in human annals. Prahlada stands out equally as a great devotee who stood up to all persecutions of his father. Today, people want instant salvation, without the slightest effort or sacrifice on their part. If such instant salvation is achieved, it will vanish also in a trice! Only that which is got by hard effort will yield lasting benefits. People pray to Swami to rid them of difficulties and losses. This is a wrong kind of prayer. Difficulties must be welcomed and overcome. By overcoming troubles, the Divine must be experienced. You cannot get the juice of the sugarcane without crushing it. You cannot enhance the brilliance of a diamond without cutting it and making many facets!


- Wejangan Bhagavan, Sep 02, 1991.

You must have the skill to swim across the waves of joy and grief, of pain and profit.


Hidup manusia adalah dikelilingi dengan pasang dan surut, suka dan duka cita. Semua pengalaman hidup ini ditujukan sebagai pedoman hidup bagi manusia. Hidup merasa menjadi hambar jika tidak ada cobaan dan kesulitan. Adalah karena kesulitan dan penderitaan ini yang membawa keluar nilai-nilai kemanusiaan dalam diri manusia. Lihatlah bagaimana Harischandra menghadapi semua cobaan dalam hidupnya, maka kisah hidupnya menjadi sebuah periode luhur dalam sejarah manusia. Prahlada menonjol sebagai seorang bhakta agung yang tetap bertahan dari semua bentuk penganiayaan ayahnya. Hari ini, manusia menginginkan pembebasan secara instan, tanpa adanya usaha atau pengorbanan sedikitpun yang diberikan. Jika pembebasan yang instan seperti itu dapat diraih, maka ini akan lenyap dalam sekejap! Hanya apa yang diperoleh melalui usaha keras akan memberikan manfaat yang kekal. Manusia berdoa kepada Swami agar mereka terbebas dari kesulitan dan kerugian. Ini adalah doa yang salah. Kesulitan harus disambut dan diterima. Dengan mengatasi masalah, keilahian pastinya dapat dialami. Engkau tidak bisa mendapatkan sari dari tebu tanpa menghancurkannya. Engkau tidak bisa meningkatkan kecemerlangan dari berlian tanpa memotong dan menjadikannya menjadi banyak sisi!


- Wejangan Bhagavan, 2 September 1991.

Engkau harus memiliki keahlian untuk berenang menyebrangi gelombang suka dan duka cita, penderitaan dan keuntungan.


Friday, August 30, 2024

Thought for the Day - 30th August 2024 (Friday)

A distant star like the Druva nakshatra (Pole Star) can be pointed to someone by reference to some nearby physical object like a tree. Likewise, the Vedas and Scriptures, while not demonstrating the Divine, have helped to indicate the path leading to the realisation of the Divine. The spectacle of a dense forest confers delight. The sight of a tall mountain excites wonder. The torrent in a river makes one rejoice. All these are evidence of the power of the Divine. The stars shine. The planets revolve. The sun blazes forth. The wind blows. All these are signs of the Divine at work. When you see the spark of a fire, you can infer the nature of fire. If you know the nature of a drop of water, you can understand the nature of Ganga. Likewise, if you understand the nature of the atom, you can understand the nature of the entire cosmos. Recognising this truth, the Upanishads declared: "The Divine is subtler than the atom and vaster than the vastest."


- Wejangan Bhagavan, Sep 04, 1996.

On deep enquiry, you will know that you are in God, God is in you and you are God.


Sebuah Bintang dikejauhan seperti Druva nakshatra (Bintang kutub) dapat ditunjukkan pada seseorang dengan mengacu pada beberapa objek fisik terdekat seperti sebuah pohon. Sama halnya, Weda dan naskah suci, walaupun tidak menunjukkan Tuhan, telah membantu menunjukkan jalan mengarah pada kesadaran Tuhan. Pemandangan hutan lebat memberikan kegembiraan. Pemandangan gunung menjulang tinggi membangkitkan rasa takjub. Derasnya aliran Sungai membuat seseorang menjadi suka cita. Semuanya ini adalah bukti kekuatan dari Tuhan. Bintang yang bersinar. Planet yang berotasi. Matahari yang bersinar terang. Angin yang berhembus. Semuanya adalah tanda dari karya Tuhan. Ketika engkau melihat percikan api, engkau dapat menarik Kesimpulan tentang sifat api. Jika engkau mengetahui sifat setetes air, engkau dapat memahami sifat dari Sungai Ganga. Sama halnya, jika engkau memahami sifat dari atom, engkau dapat memahami sifat dari seluruh alam semesta. Menyadari kebenaran ini, Upanishad menyatakan: "Tuhan adalah lebih halus daripada atom dan lebih luas daripada yang paling luas."


- Wejangan Bhagavan, 4 September 1996.

Dalam penyelidikan secara mendalam, engkau akan mengetahui bahwa engkau ada dalam Tuhan, Tuhan ada di dalam dirimu dan engkau adalah Tuhan.


Thursday, August 29, 2024

Thought for the Day - 29th August 2024 (Thursday)

Love is a precious diamond that can be got only in the realm of love and nowhere else. The kingdom of Love is located in the heart, in a heart filled with love. Love can be experienced only in a mind flowing with love and in a heart filled with love. The precious diamond of Love cannot be got through meditation, rituals or sacred acts. These can give mental satisfaction. Love can be got only through love. The different paths of devotion - peace (Shanti), friendship (Sakhya), maternal love (Vatsalya), affection (Anuraga) and sweetness (Madhura) - are all based on love. The essence of all spiritual disciplines is love. The greater a man's love for God, the greater the bliss one experiences. When love declines in man, joy also declines equally. The one who loves God sees God everywhere. Hence man's heart must be filled with the love of God. Love will not enter the heart of one who is filled with selfishness and self-conceit. Therefore, forget your petty self and concentrate your thoughts on God.


- Wejangan Bhagavan, Sep 02, 1991.

Illumine the entire world with the light of your love


Kasih adalah sebuah berlian berharga yang hanya bisa diperoleh dalam wilayah kasih dan tidak di tempat lain. Kerajaan kasih terletak di dalam hati, di dalam hati yang diliputi dengan kasih. Kasih hanya dapat dialami dalam aliran pikiran dengan kasih dan dalam hati yang diliputi dengan kasih. Berlian berharga dari kasih tidak bisa diperoleh melalui meditasi, ritual atau perbuatan suci. Semua sadhana ini dapat memberikan kepuasan batin. Kasih hanya bisa diperoleh melalui kasih. Berbagai jenis jalan bhakti yang berbeda – kedamaian (Shanti), persahabatan (Sakhya), kasih ibu (Vatsalya), welas asih (Anuraga) dan keindahan (Madhura) – semuanya ini berdasarkan pada kasih. Intisari dari semua disiplin spiritual adalah kasih. Semakin besar kasih seseorang untuk Tuhan, maka semakin besar kebahagiaan yang seseorang alami. Ketika kasih merosot dalam diri manusia, suka cita juga ikut merosot. Seseorang yang mencintai Tuhan akan melihat Tuhan di setiap tempat. Oleh karena itu hati manusia harus diisi dengan kasih Tuhan. Kasih tidak akan memasuki hati seseorang yang diliputi dengan sifat mementingkan diri sendiri dan kesombongan diri. Maka dari itu, lupakan keakuanmu yang picik dan pusatkan pikiranmu pada Tuhan.


- Wejangan Bhagavan, 2 September 1991.

Terangi seluruh dunia dengan lentera kasihmu


Wednesday, August 28, 2024

Thought for the Day - 28th August 2024 (Wednesday)

Krishna explained to Yashoda the reason why He preferred butter in Gopikas’ homes, to the butter offered by her. The hearts of Gopikas were pure and filled with selfless devotion to Krishna. Their devotion was superior to the maternal affection of Yashoda, which bore a taint of selfishness. Krishna told Yashoda: "I am attracted to the hearts of those who are pure and selfless." Krishna always eluded Gopikas after playing His mischief. But once, out of compassion for them, He wanted to provide a clue by which they could trace Him. One day they all lay in wait around their houses to catch Krishna. Krishna went into a house stealthily, broke a pot of milk and quietly hid Himself. Gopikas found that He had broken the pot, and they tried to trace Him. The milk-white steps which He left revealed to them His hide-out. Then, Krishna revealed to them the spiritual truth that, if they cling to the feet of the Lord, they will realise Him. "Follow My footsteps and you shall find Me," Krishna told Gopikas!


- Wejangan Bhagavan, Sep 04, 1996.

Krishna is not different from His teachings. The Gita is Krishna and Krishna is Gita.


Krishna menjelaskan kepada Yashoda alasan dibalik mengapa Krishna memilih mentega di rumah para Gopika daripada mentega yang diberikan oleh dirinya. Hati dari para Gopika adalah murni dan diisi dengan bhakti tanpa pamrih kepada Krishna. Rasa bhakti para Gopika adalah lebih tinggi daripada rasa sayang keibuan dari Yashoda, yang mana masih ada jejak mementingkan diri sendiri. Krishna berkata pada Yashoda: "Aku tertarik pada hati yang murni dan yang tidak mementingkan diri sendiri." Krishna selalu lolos dari para Gopika setelah memainkan kejailan-Nya. Namun sekali, karena rasa welas asih pada para Gopika, Krishna memberikan petunjuk cara menemukan-Nya. Suatu hari para Gopika menunggu di sekitar rumah mereka untuk dapat menangkap Krishna. Krishna masuk ke dalam sebuah rumah secara diam-diam, memecahkan sebuah kendi susu dan secara diam-diam bersembunyi. Para Gopika mendengar bahwa Krishna telah memecahkan sebuah kendi, dan mereka mencoba mengikuti jejak untuk menemukan Krishna. Jejak langkah kaki berwarna putih susu yang ditinggalkan oleh Krishna menuntun mereka pada tempat persembunyian-Nya. Kemudian, Krishna mengungkapkan kepada para Gopika kebenaran spiritual bahwa, jika mereka berpegang teguh pada kaki Tuhan maka mereka akan menyadari Tuhan. "Ikuti langkah kaki-Ku dan engkau akan menemukan-Ku," Krishna berkata pada para Gopika!


- Wejangan Bhagavan, 4 September 1996.

Krishna tidak berbeda dengan ajaran-Nya. Bhagavad Gita adalah Krishna dan Krishna adalah Bhagavad Gita.


Tuesday, August 27, 2024

Thought for the Day - 27th August 2024 (Tuesday)

Thirst for Krishna, His flute, for seeing Him, hearing Him, for installing Him in the heart, in the mind, for grasping His Reality through the intellect - this thirst is the healthiest, the most conducive to peace. Devotion to Krishna is the chain by which the monkey mind can be fastened and subdued. Transmute all the desire with which the senses torment you into the thirst for Krishna and you are saved. Krishna draws the mind away from sensory desires. He pulls the mind towards him and thus they are pulled away from everything else, for everything else is inferior, less valuable! He satisfies the deepest thirst of man, for peace, joy and wisdom. When Krishna-trishna is quenched, the highest bliss is attained; there is no more need, want, defect or decline. The urge to drink inferior drinks that only feed thirst disappears once the sweetness of Krishna Nama and Krishna Bhava (name and thought of Krishna) are tasted. Sense objects are like seawater that can never allay thirst.


- Wejangan Bhagavan, Vol 06, Ch 24.

The thirst for Krishna is a sign of health in the spiritual field. Not to have it is a sign of Bhava Roga (disease of worldliness).


Rasa haus pada Krishna, alunan seruling-Nya, untuk bisa mendapatkan darshan-Nya, mendengarkan-Nya, untuk menempatkan Krishna di dalam hati, dalam pikiran, untuk dapat memahami kenyataan sejati dari Krishna melalui kecerdasan – rasa haus ini adalah yang paling menyehatkan dan paling baik untuk kedamaian. Rasa bhakti pada Krishna adalah rantai yang dipakai untuk mengikat dan menundukkan monyet pikiran. Ubahlah semua keinginan indera yang menyiksamu menjadi rasa haus pada Krishna dan engkau akan diselamatkan. Krishna menarik pikiran menjauh dari keinginan indera. Krishna menarik pikiran kearah-Nya maka dari itu pikiran ditarik menjauh dari segala yang lainnya, karena segala sesuatu yang lainnya adalah bersifat lebih rendahan, kurang bernilai! Krishna memuaskan dahaga yang paling mendalam dari manusia yaitu untuk mendapatkan kedamaian, suka cita dan kebijaksanaan. Ketika Krishna-trishna dipenuhi, kebahagiaan tertinggi akan dicapai; maka tidak akan ada lagi kebutuhan, keinginan, kelemahan atau kemunduran. Dorongan untuk minum minuman rendahan yang hanya untuk menghilangkan dahaga menjadi lenyap ketika rasa manis dari Nama Krishna dan Krishna Bhava (nama dan pikiran tentang Krishna) dirasakan. Objek-objek Indera adalah seperti air laut yang tidak pernah bisa menghilangkan rasa haus.


- Wejangan Bhagavan, Vol 06, Ch 24.

Rasa haus pada Krishna adalah tanda Kesehatan dalam bidang spiritual. Tidak memilikinya adalah tanda dari Bhava Roga (penyakit keduniawian).


Monday, August 26, 2024

Thought for the Day - 26th August 2024 (Monday)

Dharma samsthapanarthaya sambhavami yuge yuge (I incarnate on earth from age to age to establish Dharma). This is Krishna's declaration in Gita. Once people are filled with love, all Dharma, justice and truth will be installed in them. Without love, righteousness will be a mechanical ritual. What kind of righteousness can there be without love? What justice can there be? It will be a lifeless corpse. Love is life. Without love, no man can exist for a moment. Hence, Love is the form of the Supreme Lord. It is to preach the doctrine of love that the Krishna Avatar and other divine incarnations made their advent on earth. According to the place, time and circumstances prevailing then, different names were given to the Lord. These differences are like different delicacies made from sugar to appeal to different preferences of children. These delicacies may be in the shape of a peacock, dog or fox. But what is common to all of them is sugar!


- Wejangan Bhagavan, Sep 02, 1991.

It is to show to humanity how human lives can be divinised that Avatars come from time to time.


Dharma samsthapanarthaya sambhavami yuge yuge (Aku mengambil inkarnasi di dunia dari jaman ke jaman untuk menegakkan Dharma). Ini yang disampaikan oleh Sri Krishna dalam Bhagavad Gita. Saat manusia diliputi dengan kasih, seluruh dharma, keadilan dan kebenaran akan tertanam di dalam diri mereka. Tanpa adanya kasih, Kebajikan akan menjadi ritual semata saja. Apa jenis Kebajikan yang dapat ada tanpa kasih? Apa jenis keadilan yang dapat ada tanpa kasih? Ini hanya akan menjadi mayat tanpa nyawa. Kasih adalah hidup. Tanpa kasih, tidak ada manusia yang dapat hidup untuk sesaat saja. Oleh karena itu, kasih adalah wujud dari Tuhan yang tertinggi. Adalah untuk menyampaikan nilai dari kasih maka Avatara Krishna dan inkarnasi Tuhan lainnya hadir ke dunia. Sesuai dengan tempat, waktu dan keadaan yang berlaku pada saat itu, nama yang berbeda diberikan kepada Tuhan. Perbedaan-perbedaan ini adalah seperti makanan lezat yang berbeda yang terbuat dari gula untuk menarik anak-anak dengan cita rasa yang berbeda. Makanan lezat ini mungkin berbentuk burung merak, anjing atau rubah. Namun apa yang sama diantara semuanya adalah gula!


- Wejangan Bhagavan, 2 September 1991.

Adalah untuk memperlihatkan kepada umat manusia bagaimana kehidupan manusia dapat disucikan sehingga Avatara hadir dari waktu ke waktu.


Tuesday, August 20, 2024

Thought for the Day - 20th August 2024 (Tuesday)

Dharma and Jnana (Right conduct and spiritual wisdom) are two eyes given to man to discover his uniqueness and his divinity. Dharma indicates right path which every individual, group or society should follow. Dharma destroys the one who violates it. Dharma protects the one who protects it. Scriptures have declared, "Where there is Dharma there is Victory". There is no Dharma greater than Truth. The edifice of Dharma is erected on the foundation of Truth. Nyaya (justice) is an essential attribute of Dharma. A society or nation or an individual shines with glory only when they adhere to justice. Just as one acquires wealth by pursuit of agriculture, business or profession, one must acquire merit and divine grace by adhering to neeti (morality) and Dharma. However, Dharma alone is not enough. While Dharma leads to right action, it is necessary to acquire wisdom (Jnana). True knowledge consists in understanding the unity that underlies the cosmos. All sufferings and problems in life arise from the sense of duality. Once the feeling of 'I' and 'mine' is got rid of, the consciousness of all-pervading Divinity will be realised!


- Wejangan Bhagavan, Jan 19, 1984.

Dharma (righteousness) is the reaction, reflection and resound of Satyam (truth).


Dharma dan Jnana (kebajikan dan kebijaksanaan spiritual) adalah dua mata yang diberikan pada manusia untuk mengungkapkan keunikan dan keilahiannya. Dharma menandakan jalan yang benar dimana setiap individu, kelompok atau masyarakat harus ikuti. Dharma menghancurkan seseorang yang merusak dharma. Dharma melindungi seseorang yang menjaga dharma. Naskah suci mejelaskan, "dimana ada Dharma disana ada kemenangan ". tidak ada Dharma yang lebih hebat daripada kebenaran. Gedung besar dari Dharma didirikan diatas pondasi kebenaran. Nyaya (keadilan) adalah sebuah sifat dasar dari Dharma. Sebuah masyarakat atau bangsa atau seorang individu bersinar dengan kemuliaan hanya ketika mereka mematuhi keadilan. Seperti halnya seseorang mendapatkan kekayaan melalui pencarian pada pertanian, bisnis atau pekerjaan, seseorang harus mendapatkan kebaikan dengan mematuhi neeti (moralitas) dan Dharma. Bagaimanapun juga, hanya Dharma tidaklah cukup. Ketika Dharma menuntun pada tindakan yang benar, adalah perlu untuk memiliki kebijaksanaan (Jnana). Pengetahuan sejati terdapat pada memahami kesatuan yang terdapat pada semesta. Semua penderitaan dan masalah dalam hidup muncul dari pandangan dualitas. Saat perasaan ‘aku’ dan ‘milikku’ lenyap, kesadaran keilahian yang meliputi semuanya akan disadari!


- Wejangan Bhagavan, 19 Januari 1984.

Dharma (Kebajikan) adalah reaksi, pantulan dan gema dari Satyam (kebenaran).

Thursday, August 15, 2024

Thought for the Day - 15th August 2024 (Thursday)

Let us move together, grow together, and foster the knowledge that we earned together. Let us live together in harmony. Bharat always produced excellent people in abundance - intelligent, courageous, valorous, devoted, strong, and virtuous. Yet we were conquered by foreigners. Why? Because there was no unity. For this reason, Bharat endured slavery and untold injustice at the hands of invaders. Students must cultivate unity. The reputation and future prosperity of the nation are hinged on the behaviour of students. Ensure that your conduct is proper. All the future leaders of Bharat are among today’s students. "Start early, drive slowly, reach safely." Imprint the nation’s welfare as the primary goal in your heart, starting in your student days. Students should enter society as men of action. You should win victory in selfless endeavours with self-confidence. This is what Mother India needs desperately. Today people advocate new forms of society based on various criteria. We do not need a new social order or a model society. Virtuous boys and girls alone are enough. The nation can progress only through virtuous youth.


--Divine Discourse, May 20, 1995.

‘Bha’ means light and effulgence. So Bharat is the country that radiates light to the rest of the world.


Mari kita bergerak bersama-sama, bertumbuh bersama-sama, dan memupuk pengetahuan yang telah kita dapatkan bersama-sama. Mari kita hidup bersama-sama dalam keharmonisan. Bharat selalu menghasilkan orang-orang yang cerdas, pemberani, berbhakti, kuat dan berbudi luhur dalam jumlah yang banyak. Namun kita dijajah oleh bangsa lain. Mengapa? Karena tidak adanya persatuan. Untuk alasan ini, Bharat mengalami perbudakan dan ketidakadilan yang tidak terhitung di tangan para penjajah. Para pelajar harus meningkatkan persatuan. Reputasi dan kesejahtraan masa depan dari bangsa tergantung dari perilaku para pelajar. Pastikan bahwa tingkah lakumu adalah baik. semua pemimpin masa depan dari Bharat ada diantara para pelajar hari ini. "Mulai lebih awal, berjalan secara perlahan, sampai di tujuan dengan selamat." Tanamkan kesejahtraan bangsa sebagai tujuan utamamu di dalam hati, mulai dari masa-masa menuntut ilmu. Para pelajar seharunya memasuki masyarakat sebagai orang-orang yang berbuat. Engkau seharusnya menang dalam usaha tanpa mementingkan diri sendiri dengan kepercayaan diri. Ini adalah yang sangat dibutuhkan oleh ibu pertiwi India. Hari ini orang-orang mengusulkan bentuk baru tatanan masyarakat yang berdasarkan pada berbagai kriteria. Kita tidak membutuhkan tatanan sosial yang baru atau sebuah model masyarakat. Hanya keluhuran budi dari para pelajar adalah cukup. Bangsa hanya dapat maju melalui para pemuda yang berbudi pekerti luhur.


--Divine Discourse, 20 Mei 1995.

‘Bha’ berarti Cahaya dan kemilau. Jadi, Bharat adalah bangsa yang memancarkan Cahaya untuk seluruh dunia.

Tuesday, August 13, 2024

Thought for the Day - 13th August 2024 Tuesday)

Do you love more, do you talk less, do you serve others more earnestly? These are the signs of success in Dhyana (meditation). Your progress must be authenticated by your character and behaviour. Dhyana must transmute your attitude towards beings and things; else it is a hoax. Even a boulder will, through the action of sun and rain, heat and cold, disintegrate into mud and become food for a tree. Even the hardest heart can be softened so that the Divine can sprout therein. You come to Prasanthi Nilayam as cars come to a workshop. You must go out, with new paint, with all damaged and loose bolts and nuts replaced, with the engine cleaned and reconditioned, every part spick and span, beautiful, trouble-free, in perfect trim, ready to speed on the journey that lies ahead! Every bad habit must be replaced by a good one, no trace of vice must be allowed to persist, and your heart must be drained of all egoism. This is the fruit of this pilgrimage that you must acquire. Let this be your resolution!


- Wejangan Bhagavan, Jan 13, 1969.

Sadhana (spiritual practices) must make you calm, unruffled, poised and balanced.


Apakah engkau semakin mengasihi, apakah engkau semakin sedikit bicara, apakah engkau melayani yang lain dengan ketulusan? Semuanya ini adalah tanda dari keberhasilan dalam Dhyana (meditasi). Kemajuanmu harus dibuktikan dari karakter dan perilakumu. Dhyana harus mengubah sikapmu pada makhluk dan benda; jika tidak maka semuanya itu adalah cerita bohong. Bahkan sebuah batu besar akan terurai menjadi lumpur dan menjadi asupan bagi pohon ketika terkena panas dan hujan, panas dan dingin. Bahkan hati yang paling keras sekalipun dapat dilembutkan sehingga ke-Tuhan-an dapat tumbuh di dalamnya. Engkau datang ke Prasanthi Nilayam sebagai mobil yang datang ke bengkel. Engkau harus keluar dengan cat yang baru, dengan semua baut dan mur yang rusak dan longgar diganti, dengan mesin yang dibersihkan dan diperbaiki, setiap bagian rapi, indah, bebas masalah, dalam kondisi sempurna, siap melaju dalam perjalanan yang ada di depan! Setiap kebiasaan buruk harus digantikan dengan kebiasaan baik, tidak ada jejak kejahatan yang dibiarkan bertahan, dan hatimu harus dikosongkan dari semua bentuk egoisme. Ini adalah buah dari perjalanan suci yang harus engkau dapatkan. Jadikan ini sebagai ketetapan hatimu!


- Wejangan Bhagavan, 13 Januari 1969.

Sadhana (latihan spiritual) harus membuatmu tenang, tidak mudah terganggu, teguh dan seimbang.


Monday, August 12, 2024

Thought for the Day - 12th August 2024 (Monday)

All religions are unanimous in regarding the heart as the seat of the Divine. The Hindu scriptures have declared that the heart is the temple of God. The sacred Upanishads have referred to the heart as a cave in which the Divine dwells. It is stated in the Bible that the man with a pure heart can see God. The Muslims regard the heart as located between the two fingers of God. The Guru of the Sikhs, Nanak declared that only a man with a pure heart can be regarded as a true Sikh. In this way, the various faiths have affirmed that the heart is the abode of God. Many great souls have experienced the heart as a lotus. Although rooted in mire, growing up in muddy water, the lotus shines in purity. When the lotus opens its petals and looks up, it seems to say: "O Lord, please come and dwell in me." Though born in mud it does not wallow in it. Surrounded by polluted water it is not polluted by it. This is the great lesson the lotus teaches man: "Though you are living in a corrupt world and are born in the sludge of an unrighteous society, you must turn your mind towards God and make your heart a shrine for God."


- Wejangan Bhagavan, Jul 14, 1984.

Prema (pure love) is not related to the mind, it springs from the heart. That is why Divinity can be realised only through the heart.


Semua agama adalah sepakat terkait hati sebagai singgasana Tuhan. Naskah suci Hindu telah menyatakan bahwa hati adalah tempat suci Tuhan. Upanishad yang suci telah mengacu hati sebagai sebuah gua dimana Tuhan bersemayam. Hal ini juga dinyatakan dalam alkitab bahwa manusia dengan hati yang suci dapat melihat Tuhan. Muslim menganggap hati sebagai terletak diantara dua jari Tuhan. Guru dari Sikh, yaitu Nanak menyatakan bahwa hanya manusia dengan hati yang suci dapat dianggap sebagai seorang Sikh yang sejati. Dalam hal ini, berbagai jenis keyakinan telah menegaskan bahwa hati adalah tempat Tuhan bersemayam. Banyak jiwa-jiwa yang suci telah mengalami hati sebagai teratai. Walaupun berakar di lumpur, tumbuh dalam air yang keruh, teratai bersinar dalam kesucian. Ketika Teratai membuka kelopaknya dan menengadah, Teratai seolah berkata: "O Tuhan, mohon datang dan bersemayam di dalam diriku." Walaupun lahir dalam lumpur namun Teratai tidak berkubang di dalamnya. Dikelilingi oleh air yang tercemar namun Teratai tidak tercemar olehnya. Ini adalah hikmah besar yang Teratai ajarkan pada manusia: "Walaupun engkau hidup dalam dunia yang rusak dan lahir dalam lumpur masyarakat yang tidak benar, engkau harus mengarahkan pikiranmu pada Tuhan dan membuat hatimu menjadi sebuah tempat suci bagi Tuhan."


- Wejangan Bhagavan, 14 Juli 1984.

Prema (kasih yang suci) tidak terkait pada pikiran, prema muncul dari hati. Itulah sebabnya mengapa ke-Tuhan-an hanya dapat disadari melalui hati.


Sunday, August 11, 2024

Thought for the Day - 11th August 2024 (Sunday)

How can you be content, living in this illusory world, gathering and relying on illusory knowledge? Realise the person beyond all illusion, who is the Creator of this illusion, who is revealed in and through this illusion. Worldly knowledge is of the temporary, the particular, the finite, the individual; how can it reveal the Eternal, the Universal, the Infinite, the Absolute? The Veda has the answer. It asks us to analyse our dream-experience. Dreams are unreal, they are illusory. But yet, for as long as we are dreaming, the experience is real and valid. Often in the dreams, as a result of the illusory experience itself, awareness is created through fear or horror or pain or excitement, such that the person dreaming wakes up and the dream is destroyed. What has caused the awakening? The dream itself helped in the destruction of the dream. So too in this ‘wakeful dream’ - in the illusory world where every wakeful experience is deemed true and valid - some experience or the roar of the Vedas in the Mahavakyas (Divine axioms, which ring through the sacred texts) wakes man into the higher awareness.


- Wejangan Bhagavan, Nov 22, 1970.

The inherent nature of fire is 'to burn'; of water, 'to wet'; of stone, 'to be heavy’. The nature of man consists in the yearning 'to know’.


Bagaimana engkau bisa puas hidup di dunia ilusi ini dengan mengumpulkan dan mengandalkan pengetahuan yang ilusi? Sadarilah pribadi yang melampaui semua ilusi ini, yang merupakan pencipta dari ilusi ini, yang terungkap di dalam dan melalui ilusi ini. Pengetahuan duniawi adalah bersifat sementara, tertentu saja, terbatas dan individual; bagaimana jenis pengetahuan ini dapat mengungkapkan yang bersifat kekal, universal, tidak terbatas dan absolut? Weda memiliki jawaban. Weda meminta kita untuk menganalisa pengalaman mimpi kita. Mimpi adalah bersifat tidak nyata, semuanya adalah bersifat ilusi. Namun, selama kita sedang bermimpi, maka pengalaman itu bersifat nyata dan benar. Sering di dalam mimpi, sebagai hasil dari pengalaman ilusi itu sendiri, kesadaran tercipta melalui rasa takut atau horror atau rasa sakit atau rasa senang, saat orang yang bermimpi tersebut terbangun maka mimpi itu menjadi lenyap. Apa penyebab dari keterbangunan? Mimpi itu sendiri membantu dalam melenyapkan mimpi. Demikian juga dengan ‘mimpi yang terjaga’ ini – dalam dunia ilusi dimana setiap pengalaman sadar dianggap sebagai benar dan valid – beberapa mengalami atau gemuruh dari Weda dalam Mahavakya (penguatan Ilahi yang bergema melalui teks-teks suci) membangunkan manusia menuju pada kesadaran yang lebih tinggi.


- Wejangan Bhagavan, 22 November 1970.

Sifat bawaan api adalah ‘membakar’; air adalah ‘membasahi’; batu adalah ‘menjadi berat’. Sifa bawaan manusia adalah keinginan ‘untuk mengetahui’.


Friday, August 9, 2024

Thought for the Day - 9th August 2024 (Friday)

The tendency to compare yourself with others is very wrong. No two things or no two men are identical. Even identical twins grow in distinct ways of life. No one of the millions of leaves on trees is exactly the same as another. Botanists are aware of this feature. Billions of human beings are on the earth, but which is the press which gave each a novel imprint? This is the glory of God! Millions of boxes are manufactured by a company; all are identical; all can be locked and opened by the same set of keys. Man is created by God, each with his distinct nature, quality, potentiality and destiny. How then can anyone compare oneself with another and either exult or despair? We say he is tall and feel dejected because we are short. We are proud that we are better than others. All this is very silly when we come to think of it!


- Wejangan Bhagavan, Jan 08, 1983.

No one is higher or lower. We are all kin through God from Whom we have come.


Kecendrungan untuk membandingkan dirimu sendiri dengan yang lainnya adalah benar-benar salah. Tidak ada dua benda atau dua orang bersifat identik atau sama. Bahkan mereka yang kembar tumbuh dalam cara hidup yang berbeda. Tidak ada satupun dalam jutaan daun pada pohon adalah sama dengan yang lainnya. Para ahli botani menyadari akan keistimewaan ini. Milyaran manusia ada di bumi, namun percetakan mana yang memberikan setiap manusia tanda yang unik? Ini adalah kemuliaan dari Tuhan! Jutaan kotak diproduksi oleh sebuah perusahaan; semuanya adalah sama; semuanya dapat dikunci dan dibuka dengan set kunci yang sama. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dimana setiap orang memiliki sifat, potensi, kualitas dan takdirnya yang unik. Bagaimana mungkin kemudian seseorang dapat membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa bangga dan putus asa? Kita mengatakan dia adalah tinggi dan kita merasa rendah diri karena kita pendek. Kita merasa bangga bahwa kita merasa lebih baik daripada yang lainnya. Semua hal ini sangatlah konyol ketika kita memikirkan hal ini!


- Wejangan Bhagavan, 08 Januari 1983.

Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kita semua adalah saudara karena dari Tuhan kita berasal.


Thursday, August 8, 2024

Thought for the Day - 8th August 2024 (Thursday)

Every one of the religious sects elaborated their own rituals and modes of worship, their own priorities in spiritual attainment and their own body of doctrines about the individual, the objective world and God. The purpose of these codes and modes was, in all cases, to purify the mind and insist on the practice of high moral virtues. But this was soon ignored and importance came to be attached to superficial conformity and outer purity. The craving for personal aggrandisement and power made every sect, faith and religion, rigid and dry. There is a great need today to discover the inner spring of all faiths, the spring that fertilises the outer rites and ceremonies. A little quiet study will reveal that there is an undercurrent of moral enthusiasm and spiritual adventure. The word generally used for religion is matha; the word to indicate the mind is mathi. Putting the two together it can be said that matha is primarily engaged or ought to be engaged in straightening and strengthening the mathi.


- Wejangan Bhagavan, Oct 01, 1976.

You should not have contempt for any religion, as each is a pathway to God.


Setiap agama mengembangkan ritual dan cara ibadahnya sendiri, prioritas dalam pencapaian spiritual dan doktrin terkait individu, dunia objektif dan Tuhan. Tujuan dari pedoman dan tata cara ini dalam semua bagian adalah untuk memurnikan pikiran dan menekankan pada praktek keluhuran moral yang tinggi. Namun hal ini segera diabaikan dan kepentingan diberikan pada kesesuain lahiriah dan kemurnian di luar diri. Keinginan untuk membesarkan diri dan kekuasaan membuat setiap agama dan keyakinan menjadi kaku dan kering. Ada sebuah kebutuhan yang sangat besar hari ini untuk menemukan sumber batin dari semua keyakinan, sumber batin yang memupuk ritus dan upacara keagamaan. Sedikit pencarian tenang akan mengungkapkan bahwa ada sebuah aliran dalam dari antusiasme moral dan pertualangan spiritual. Kata yang umumnya digunakan untuk agama adalah matha; kata untuk menunjukkan pikiran adalah mathi. Menggabungkan kedua kata itu dapat maknai bahwa matha (agama) pada dasarnya terlibat atau harus dilibatkan dalam meluruskan dan memerkuat mathi (pikiran).


- Wejangan Bhagavan, 01 Oktober 1976.

Engkau seharusnya tidak boleh meremehkan agama apapun, karena setiap agama adalah jalan menuju Tuhan.

Wednesday, August 7, 2024

Thought for the Day - 7th August 2024 (Wednesday)

The mind suffers from a false sense of values and tries to discard what is good for it. The child must be educated to appreciate hard, chewable food which it does not welcome in the beginning. So too, the mind must be trained to picture the vast, limitless, overwhelming majesty that underlies time, space and causation. First, it must develop a taste for the Personal God and later for the Impersonal, without a name and a form. All names and forms to the Impersonal God are attributed by the mind. Bhajan, dhyan, Namasmarana, Nagarasankeertan - all these are steps in that education. The bliss that’s won by mergence in the Divine, is the consummation. A sick person must swallow the cough syrup himself, so long as he is ill, however bitter the medicine may be! A person, ill with ignorance and therefore suffering from egoism and discontent, must take the medicine of japa-dhyana (repetition of the name and meditation). The disease of over-attachment to worldly objects can be cured only by the drug of attachment to God, cultivated through japa and dhyana.


- Wejangan Bhagavan, Nov 22, 1970.

God will serve you; He will save you and be by your side ever - only you have to cultivate your character and polish your interior so that He might be reflected therein.


Pikiran menderita dari sebuah rasa nilai yang salah dan mencoba membuang apa yang baik untuknya. Anak harus dididik untuk menghargai makanan keras dan bisa dikunyah yang pada awalnya tidak disukai. Begitu juga, pikiran harus dilatih untuk menggambarkan keagungan yang begitu luas, tanpa batas, berlimpah yang mendasari waktu, ruang dan sebab akibat. Pertama, pikiran harus dikembangkan pada sebuah cita rasa pada personifikasi Tuhan dan kemudian pada Tuhan yang bersifat transenden yang mana tanpa nama dan bentuk. Semua nama dan wujud pada Tuhan adalah diberikan oleh pikiran. Bhajan, dhyana, Namasmarana, Nagarasankeertan – semua langkah-langkah ini adalah dalam pendidikan pikiran. Kebahagiaan yang diperoleh dengan penyatuan pada Tuhan adalah kesempurnaan. Seorang yang sakit harus minum sirup batuk sendiri, selama dia dalam keadaan sakit, bagaimanapun pahitnya rasa dari obat itu! Seseorang yang sakit dengan kebodohan akan merasakan penderitaan dari egoisme dan ketidakpuasan, harus minum obat japa-dhyana (pengulangan nama dan meditasi). Penyakit dari keterikatan yang berlebihan pada objek duniawi hanya dapat disembuhkan dengan obat keterikatan pada Tuhan, yang dikembangkan melalui japa dan dhyana.


- Wejangan Bhagavan, 22 November 1970.

Tuhan akan melayanimu; Tuhan akan menyelamatkanmu dan selalu ada disisimu – hanya engkau harus mengembangkan karaktermu dan menerangi dalam dirimu sehingga Tuhan dapat terpantul di dalam.


Tuesday, August 6, 2024

Thought for the Day - 6th August 2024 (Tuesday)

There are some who are attracted by various systems and methods like Hathayoga, Kriyayoga, or Rajayoga, which claim to help people realise the self. But, I must tell you that none of these can make you realise God. I am saying this most emphatically. Premayoga, the discipline of love, alone can lead you to God. Other yogas may calm the mind's agitations temporarily and may improve health and prolong life for a few more years, but that’s all they can do! What is the good you hope to achieve with that body in extra years? If love is absent, it weighs you down like a big burden; if love is cultivated, then the body can be used for serving others, without regard for the interests of the body! The body should be guarded and sustained for the service one can do with it to others, or for realising Atma while in it. There are some who follow a rigorous timetable of japam, dhyanam, etc. Of course, this is good practice, but don’t stick to this timetable even when you have a call to go help a person whose need for service is great and urgent. If you give up your meditation and serve him, you will benefit more from the service than what you may gain from meditation!


- Wejangan Bhagavan, Nov 22, 1970.

The fulfilment of man's life on earth consists in filling oneself with the Love of God and transmuting that love into acts of service


Ada beberapa yang tertarik dengan berbagai jenis sistem dan metode seperti Hathayoga, Kriyayoga, atau Rajayoga, yang menyatakan membantu manusia menyadari diri sejati. Namun, Aku harus mengatakan kepadamu bahwa tidak satupun dari semuanya yang membuatmu menyadari Tuhan. Aku mengatakan ini dengan sangat tegas. Hanya Premayoga (disiplin kasih), yang dapat menuntunmu pada Tuhan. Sedangkan Yoga yang lainnya dapat menenangkan gejolak pikiran untuk sementara waktu dan dapat meningkatkan kesehatan serta memperpanjang usia hidup untuk beberapa tahun lagi, tapi hanya itu yang bisa diberikan! Apa hal baik yang ingin engkau capai dengan tubuh itu di tahun-tahun berikutnya? Jika kasih tidak ada, maka ini membebanimu seperti sebuah beban yang besar; jika kasih ditingkatkan, kemudian tubuh dapat digunakan untuk melayani orang lain, tanpa memperhatikan kepentingan tubuh! Tubuh harus dirawat dan dijaga agar seseorang dapat melakukan pelayanan kepada orang lain, atau untuk menyadari Atma yang ada di dalamnya. Ada beberapa orang yang mengikuti jadwal japam, dhyanam, dsb dengan ketat. Tentu saja, ini adalah praktek yang baik, namun jangan terpaku pada jadwal ini ketika engkau mendapatkan kesempatan untuk membantu mereka yang membutuhkan pelayanan yang besar dan mendesak. Jika engkau melepaskan meditasi dan melayaninya, engkau akan mendapatkan keuntungan lebih dari melayani daripada apa yang engkau dapatkan dari meditasi!


- Wejangan Bhagavan, 22 November 1970.

Pemenuhan kehidupan manusia di bumi adalah mengisi dirinya dengan kasih Tuhan dan mengubah kasih itu menjadi tindakan pelayanan


Monday, August 5, 2024

Thought for the Day - 5th August 2024 (Monday)

We may ask, how can a man sunk in relative knowledge become aware of the Atma? But there is no reason for despair, or for condemning ourselves as mean and low. For, when small men make big decisions, they earn encouragement from the great. When the tiny squirrel decided to share in building the passage across the sea, did it not receive the blessings of Lord Rama? The squirrel knew that its help could only be infinitesimal, but the feeling of dedication which prompted it won the grace of God. Men, however, do not sublimate small spiritual efforts through high purpose. They engage in bhajan, worship and meditation, but these are physical exercises! The mind does not elevate them into sincerity. The mind does not pour forth or vibrate in them. So, they remain at the human level. They do not rise to the level of the Divine. "Can a lake be filled when there’s a sprinkle of rain? Can thirst be relieved, with saliva? Can the belly be full, if breathing is held tight? Can live cinders be secured by burning blades of grass?" asks a poet. Logs must be burned if charcoal is needed; sheets of rain alone can fill a lake to the brim; a glass of cold water alone can cure a person of thirst, nothing less! The heart has to be offered in full. Devotion must fill and overflow the heart.


- Wejangan Bhagavan, Jan 08, 1983.

Gemstones have to be sought deep underground; they do not float in mid-air. Seek God in the depths of yourself, not in the tantalising, kaleidoscopic Nature.


Kita mungkin bertanya, bagaimana bisa seseorang yang tenggelam dalam pengetahuan sementara bisa menyadari Atma? Namun tidak ada alasan untuk putus asa, atau menyalahkan diri sebagai seseorang yang hina dan rendahan. Karena, ketika orang kecil membuat Keputusan yang besar, mereka mendapatkan dorongan dari orang yang hebat. Ketika seeekor tupai kecil memutuskan bergabung dalam membangun jembatan yang melintasi lautan, bukankah tupai kecil itu menerima berkah dari Sri Rama? Tupai kecil itu mengetahui bahwa bantuannya hanya bersifat kecil sekali, namun rasa dedikasi yang mendorongnya bisa mendapatkan rahmat Tuhan. Manusia, bagaimanapun juga, tidak menyalurkan usaha kecil spiritual melalui tujuan yang tinggi. Manusia melakukan bhajan, ibadah dan meditasi, namun semuanya ini adalah latihan fisik saja! Pikiran tidak mengangkat mereka ke dalam ketulusan. Pikiran tidak mengalir atau bergetar di dalamnya. Jadi, mereka tetap di tingkat manusia. Mereka tidak bangkit menuju pada level Dewata. "Dapatkan sebuah danau terisi ketika ada rintik-rintik hujan? Dapatkan rasa haus bisa dhilangkan dengan air liur? Dapatkan perut menjadi kenyang jika nafas ditahan? Dapatkah bara api bisa diperoleh dengan membakar seuntai rumput?" tanya seorang penyair. Kayu gelondongan harus dibakar jika diperlukan arang; hanya hujan deras yang dapat mengisi danau sampai pada tepiannya; hanya segelas air dingin dapat menghilangkan rasa haus seseorang, tidak kurang! Hati harus dipersembahkan sepenuhnya. Bhakti harus memenuhi dan mengalir dalam hati.


- Wejangan Bhagavan, 08 Jan 1983.

Batu permata harus dicari jauh di bawah tanah; batu permata tidak melayang di udara. Carilah Tuhan di kedalaman dirimu, bukan pada sifat dunia yang menggoda dan berubah-ubah.


Sunday, August 4, 2024

Thought for the Day - 4th August 2024 (Sunday)

As all rivers hurry towards the sea, let all your imaginings wend their way to God. The Play is His; the role is His Gift; the lines are written by Him; He decides the dress and decoration, the gesture and the tone, the entrance and the exit. You have to act well your part and receive His approbation when the curtain falls. Earn by your efficiency and enthusiasm the right to play higher and higher roles - that is the meaning and purpose of life. Do not get too much attached to the world, and too involved in its tangles. Keep your emotions always within hold. The waves agitate only the upper layers of the sea; down below it is calm. So too, when you sink into your depths, you must be free from the agitation of the waves. Know that most things are of no lasting value and can therefore be brushed aside; hold fast to the solid substance only. Use your discrimination to discover which things are lumber, and which are treasure!. 


- Wejangan Bhagavan, Jun 09, 1970.

God is the director and all humans are mere actors. Be good performers in God's play.


Seperti halnya semua sungai mengalir deras menuju pada lautan, biarkan semua imajinasimu mencari jalannya menuju Tuhan. Pertunjukkan adalah milik-Nya; peran adalah karunia-Nya; dialog ditulis oleh-Nya; Tuhan menentukan kostum dan dekorasinya, gerak dan nada, pintu masuk dan keluar. Engkau harus memainkan peranmu dengan baik dan menerima persetujuan-Nya saat tirai diturunkan. Dapatkan hak untuk memainkan peran yang lebih tinggi dan lebih tinggi dengan efisiensi dan semangatmu – itu adalah makna dan tujuan dari hidup. Jangan terlalu terikat dengan dunia, dan jangan terlalu terlibat belitannya. Tetap selalu jaga emosi dalam kendali. Gelombang hanya mengganggu di lapisan atas dari lautan; sedangkan di bawah permukaan laut adalah tenang. Begitu juga, ketika engkau menyelami pada kedalamanmu, engkau harus bebas dari gangguan gelombang. Ketahuilah bahwa kebanyakan benda tidak memiliki nilai abadi dan maka dari itu dapat diabaikan; pegang erat hanya pada substansi yang kokoh. Gunakan kemampuan membedakanmu untuk mengungkapkan mana sampah dan mana harta karun!


- Wejangan Bhagavan, 09 Juni 1970.

Tuhan adalah sutradara dan semua manusia hanyalah pemeran saja. Jadilah pemeran yang baik dalam pertunjukkan Tuhan.


Saturday, August 3, 2024

Thought for the Day - 3rd August 2024 (Saturday)

Just as a thermometer indicates heat of the body, your talk, conduct, and behaviour indicate your mental equipment and attitudes and show how high is the fever of worldliness that afflicts you. These must be pure, untinged by passion of emotions like hate or pride. Talk in peace, promoting peace in others. What is the use of japa and dhyana, when your talk and conduct are not even human? How can you hope to approach the divine while grovelling in the slush of the bestial? Resolve this day to cleanse the mind of impurities, so that you can imbibe the inspiration it is intended to convey. Aspirants for mental peace must also reduce luggage they have to care for; the more the luggage, the greater the bother. Objective possessions and subjective desires - both are handicaps in the race for realisation. A house cluttered with lumber will be dark, dusty and without free movement of fresh air; it will be stuffy and suffocating. The human body too is a house; do not allow it to be cluttered with curios, trinkets, trash, and superfluous furnishings. Let the breeze of holiness blow as it wills through it; let not the darkness of blind ignorance desecrate it. 


- Wejangan Bhagavan, Oct 12, 1969.

Life is a bridge over the sea of change; pass over it, but do not build a house on it.


Seperti halnya termometer menunjukkan panas badan, maka perkataan, tingkah laku dan sikapmu menunjukkan keberadaan batinmu serta memperlihatkan betapa tingginya demam keduniawian yang menimpamu. Kesemuanya ini harus suci, tidak dipengaruhi oleh emosi seperti kebencian atau kesombongan. Berbicaralah dalam damai, tambahkan kedamaian dalam diri yang lainnya. Apa gunanya japa dan dhyana, ketika perkataan dan kelakukanmu bahkan tidak manusiawi? Bagaimana engkau dapat berharap untuk mendekati Tuhan sedangkan engkau bergumul dalam lumpur kebinatangan? Putuskan hari ini untuk membersihkan ketidakmurnian pikiran, sehingga engkau dapat menyerap inspirasi yang dimaksudkan untuk disampaikan. Para pencari kedamaian batin juga harus mengurangi barang bawaan yang harus dijaga; semakin banyak barang bawaan, semakin besar gangguannya. Kepemilikan benda dan keinginan diri – keduanya adalah hambatan dalam pengejaran kesadaran diri. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan perabotan akan menjadi gelap, berdebu dan tidak adanya aliran udara segar; rumah itu akan menjadi pengap dan menyesakkan. Tubuh manusia juga adalah sebuah rumah; jangan biarkan menjadi dipenuhi dengan barang-barang antik, pernak pernik, sampah, dan perabotan yang tidak perlu. Biarkan angin kesucian berhembus dengan bebas tanpa halangan; jangan biarkan kegelapan kebodohan yang buta menodainya. 


- Wejangan Bhagavan, Oct 12, 1969.

Hidup adalah sebuah jembatan yang melintasi lautan perubahan; lewati jembatan itu, namun jangan membangun rumah diatasnya.


Friday, August 2, 2024

Thought for the Day - 2nd August 2024 (Friday)

You should pray to the Lord to give you the strength to bear all troubles and face all difficulties. If you have even an atom of grace of the Lord, a mountain of troubles can be overcome. Chaitanya declared: "If a fraction of the time that is spent in worrying about wealth, provisions, wife, children, friends and business is devoted to contemplation on the feet of the Divine, one can face the messengers of death without fear and cross the ocean of samsara!" It is not necessary to devote many hours to prayer. It is enough if one thinks of God with all his heart and offers himself even for a few moments. A single match stick when it is struck can dispel the darkness in a room that has remained closed for years. Mountains of cotton can be burnt down by a single spark. Likewise, wholehearted chanting of the name of Rama even once can destroy mountains of sins. But the chanting should not be done mechanically like playing a gramophone record. It should emanate from the depths of the heart. 


- Wejangan Bhagavan, 14 April 1989.

Even if one small ray of the grace of the Lord falls on you, all your sins will be burnt away.


Engkau harus berdoa kepada Tuhan agar memberikanmu kekuatan untuk bisa menanggung semua masalah dan menghadapi semua kesulitan. Jika engkau hanya memiliki sebuah partikel kecil karunia Tuhan, hal ini akan mampu mengatasi segunung masalah. Chaitanya menyatakan: "Jika sebagian waktu yang dihabiskan dalam kecemasan untuk memikirkan kekayaan, kemudahan, istri, anak-anak dan bisnis didedikasikan untuk kontemplasi di kaki padma Tuhan, maka seseorang bisa menghadapi utusan kematian tanpa takut dan menyebrangi lautan samsara!" Adalah tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk berdoa. Adalah cukup jika seseorang memikirkan Tuhan dengan sepenuh hatinya dan mempersembahkan dirinya sendiri walaupun hanya sesaat saja. Sebatang korek api ketika digesekkan dapat menghilangkan kegelapan dalam sebuah ruangan yang tertutup selama bertahun-tahun. Tumpukan kapas dapat terbakar hanya dengan percikan api. Sama halnya, hanya dengan melantunkan nama Tuhan Rama sekali saja bisa menghancurkan tumpukan dosa. Namun pelantunan tidak boleh dilakukan hanya bersifat mekanis saja seperti halnya memainkan rekaman piring hitam. Pelantunan nama suci Tuhan harus berasal dari kedalaman lubuk hati. 


- Wejangan Bhagavan, 14 April 1989.

Sekalipun seberkas cahaya karunia Tuhan yang menyinarimu, semua dosa akan terhapuskan.


Thursday, August 1, 2024

Thought for the Day - 1st August 2024 (Thursday)

Once Sage Narada appeared before Lord Vishnu and said: "Oh Lord! I move about in the three worlds and I know the past, the present and the future. If I want to convey to You any special information, to what address should I send it? I do not want Your temporary address. What is Your permanent address?" Vishnu replied: "Narada! Take down My permanent address: Mad-bhaktah yatra gayanti, tatra tishtami, Narada (Wherever My devotees sing My glories, I install Myself there)." People ascribe various abodes to the Lord: Vaikunta, Kailasa, Badrinath, Kedarnath and so on. All these are only ‘care of’ addresses. The direct address is only the heart of the devotee. As the Gita says: “The Lord dwells in the heart region of all beings." As the Lord is omnipresent, He is equally present in the heart of everyone. Hence the Lord is described as Atma-Rama - one who delights the Atma (the heart) by His presence! 


- Divine Discourse, Apr 14, 1989.

God is Ganalola and Ganapriya (one who is attracted by singing). Poems and prayers do not attract God as much as songs sung with devotion do.


Suatu hari Resi Narada menghadap pada Sri Wisnu dan berkata: "Oh Tuhan! Hamba telah mengelilingi tiga alam dan hamba mengetahui masa lalu, masa kini dan masa depan. Jika hamba ingin menyampaikan kepada-Mu sesuatu yang bersifat penting, kemana hamba harus mengirimkannya? Hamba tidak ingin alamat Tuhan yang sementara. Dimana alam Tuhan yang kekal?" Sri Wisnu menjawab: "Narada! catatlah alamat permanen-Ku: Mad-bhaktah yatra gayanti, tatra tishtami, Narada (dimanapun bhakta-Ku melantunkan kemuliaan-Ku, maka Aku ada disana)." Manusia memberikan berbagai jenis alamat untuk Tuhan: Vaikunta, Kailasa, Badrinath, Kedarnath dan sebagainya. Semua nama ini hanya alamat saja. Namun alamat langsung adalah hanya hati dari bhakta. Seperti halnya Bhagavad Gita mengatakan: “Tuhan bersemayam di dalam relung hati semua makhluk." Karena Tuhan adalah ada dimana-mana, maka Tuhan ada di dalam hati setiap orang. Oleh karena itu Tuhan dijelaskan sebagai Atma-Rama – yang memikat Atma (hati) dengan kehadiran-Nya! 


- Wejangan Bhagavan, 14 April 1989.

Tuhan adalah Ganalola dan Ganapriya (yang tertarik pada nyanyian). Puisi dan doa tidak menarik Tuhan sebesar lantunan lagu yang dinyanyikan dengan penuh bhakti