Whatever happens, never give up the virtuous path. When Hanuman saw Mother Sita in the Ashoka Vana at Lanka, he saw her forlorn and helpless in the midst of her captors, surrounded by ogresses. He experienced overpowering agony seeing her, and so proposed to her, "Mother, I cannot bear your suffering. I shall take you on my shoulder, leaping across the sea, and restore you to Lord Rama". But listen to Mother Sita’s response! Despite untenable suffering, she resisted temptation to escape from captivity and reunite with her Lord. She stuck to Dharma and explained, "I should not, out of my own will, touch any male other than my Lord. If you carry me now, you will perform the same act for which Ravana is condemned. It will detract the glory that awaits my Lord, who will certainly liberate me by the prowess of His arm." End results can never justify the means. Means are just as important as the goal; both must be noble!
Apapun yang terjadi, jangan pernah melepaskan jalan kebajikan. Ketika Hanuman melihat Ibu Sita di Ashoka Vana di Lanka, dia melihat kesedihan dan ketidakberdayaan Ibu Sita diantara para penjaga yang dikelilingi dengan para raksasa wanita. Hanuman mengalami perasaan sedih yang begitu mendalam melihat keadaan Ibu Sita, dan kemudian Hanuman mendekatinya, "Ibu, saya tidak tahan lagi melihat penderitaan Ibu. Aku akan membawa Ibu di atas bahu saya, melewati samudera dan bertemu kembali dengan Sri Rama". Namun dengarkanlah jawaban dari Ibu Sita! Meskipun dengan penderitaan yang tidak tertahankan, Ibu Sita bersikeras menolak untuk bebas dari tahanan dan bertemu kembali dengan Sri Rama. Ibu Sita memegang teguh Dharma dan menjelaskan, "Saya tidak akan pernah dengan keinginan sendiri untuk menyentuh laki-laki lain selain Sri Rama. Jika engkau membawaku sekarang, maka engkau akan melakukan tindakan yang sama dengan dilakukan oleh Ravana yang terkutuk. Ini akan mengurangi kemuliaan yang akan menunggu junjunganku, yang pastinya akan membebaskanku dengan keberanian dari senjata-Nya." Hasil akhir tidak bisa pernah membenarkan caranya. Cara atau sarana sama penting dengan tujuannya; keduanya harus mulia dan luhur! (Divine Discourse, Mar 31, 1965)
-BABA
No comments:
Post a Comment