One can claim to be a devotee of the Lord only if the passions and emotions are pure and the character virtuous. The tongue may utter the Name of the Lord, the ear may hear the glory of the Lord, the hand may scatter flowers on the image of God; but the tongue may not know or relish the taste, the ear may not yearn, the hand may not hanker for God. These can happen only when the heart is aware of the Supreme, when the mind is thrilled recollecting the glory of God. Otherwise one is like the spoon which dips into sour and sweet with equal alacrity and insensitivity. It does not refuse or relish any of the tastes.
Seseorang dapat menyatakan dirinya sebagai bhakta Tuhan hanya jika memiliki keinginan dan perasaan yang murni serta berbudi luhur. Lidah mungkin saja mengucapkan Nama Tuhan, telinga bisa saja mendengar kemuliaan Tuhan, tangan bisa saja menaburkan bunga pada gambar Tuhan; tetapi lidah tersebut mungkin tidak mengetahui atau menikmati rasanya, telinga mungkin tidak merindukan Tuhan, tangan mungkin tidak berkeinginan untuk mengabdi pada Tuhan. Ini dapat terjadi hanya ketika hati telah menyadari keberadaan Sang Kuasa, saat pikiran mengingat kembali kemuliaan Tuhan. Kalau tidak, maka orang tersebut dapat diibaratkan sendok yang mengaduk air asam atau manis dengan kecepatan dan ketidakpekaan yang sama. Ia tidak menolak ataupun menikmati rasa apapun.
-BABA