Upaasana means approaching near the Divine. Upaasana is often equated with fasting. This is not correct. When one is immersed in the bliss of Brahma-ananda (divine bliss of rapture), one gives up food of one's own accord. This constitutes true Upaasana. To subject oneself to fasting as a compulsory regimen is not Upaasana, but mere starvation. For instance, to keep awake on Shivaraathri night by watching films or playing cards is a caricature of the sacred vigil that one is expected to observe at that time. The experience of Divine Bliss is not to be achieved by the mastery of various spiritual practices. It is only when the heart is purified that divinity can be realized. There is no room for divinity in a heart filled with egoism, pride and hatred.
Upaasana berarti lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Upaasana sering disamakan dengan puasa. Ini sepenuhnya tidaklah benar. Ketika seseorang tenggelam dalam kebahagiaan sejati Brahma-ananda, seseorang akan meninggalkan makanan atas kemauannya sendiri. Inilah Upaasana yang benar. Menjadikan puasa sebagai suatu aturan yang wajib dilakukan, bukanlah Upaasana, tetapi hanya menderita kelaparan belaka. Misalnya, agar tetap terjaga pada malam Shivaraathri dengan cara menonton film atau bermain kartu, bukanlah cara yang tepat. Pengalaman Kebahagiaan Ilahi tidak akan dicapai oleh penguasaan berbagai praktek-praktek spiritual. Hanya ketika hati dimurnikan maka keilahian dapat diwujudkan. Tidak ada ruang untuk keilahian dalam hati yang penuh dengan egoisme, kesombongan dan kebencian.
-BABA
No comments:
Post a Comment