Date: Sunday, October 13, 2013
Udhaseena (detachment marked by renunciation) is a state that is neither complaisance nor indifference. It means detachment from good as well as bad. I will explain this with an illustration: When a thorn gets into your foot, you use another thorn to remove the first one. After this you will have to discard both the thorns. You should not keep with you the second thorn though it has helped you in removing the first thorn. This is how you must gradually renounce the good and the bad. We should gradually cut down our relationship with the world. Most importantly do not enter into activities that induce unnecessary relationships, for that will prove detrimental to one’s welfare. (Divine Discourse, Oct 10, 1997)
Udhaseena (tanpa kemelekatan yang ditandai dengan melepaskan kehidupan duniawi) bukanlah suatu keadaan untuk menyenangkan orang lain atau tidak memperhatikan orang lain. Ini juga berarti tidak melekat pada kebaikan ataupun keburukan. Aku akan menjelaskan hal ini dengan sebuah ilustrasi: Ketika duri masuk ke kaki-mu, engkau menggunakan duri lain untuk mencabut duri tersebut. Setelah itu, engkau harus membuang kedua duri tersebut. Engkau tidak menyimpan duri yang kedua meskipun telah membantumu untuk mencabut duri yang pertama. Inilah bagaimana engkau harus secara bertahap meninggalkan yang baik dan yang buruk. Kita seharusnya secara bertahap mengurangi keterikatan kita pada dunia. Yang paling penting, janganlah masuk ke dalam aktivitas yang menyebabkan hubungan yang tidak perlu, karena hal itu dapat mengganggu kesejahteraan. (Divine Discourse, Oct 10, 1997)
-BABA
Date: Monday, October 14, 2013
You must renounce attachment, hatred and ego. It is these qualities of attachment and ego that play havoc with a person and cast them into the mire of delusion. Ego leads to ostentatiousness and ostentatiousness strengthens the ego. A person can never experience divine bliss as long as one is swayed by the ego. Lord Krishna reveals to Arjuna in the Gita, “Ego, attachment and ostentatiousness are Rajasik qualities (passionate temperaments). These three are very dangerous and they bring on disaster! If anyone cultivates these habits, knowingly or unknowingly, they are not betraying others, but are deceiving themselves!” Resolve and achieve victory over your ego. With firm faith, make an intense effort to rid yourself of evil qualities. I bless you to carry out your convictions successfully and accomplish this victory with utmost ease! (Divine Discourse, Oct 10, 1997)
Engkau harus meninggalkan keterikatan, kebencian, dan ego. Sifat-sifat seperti ini, yaitu keterikatan dan ego, dapat merusak seseorang dan melemparkannya ke lumpur delusion (khayalan). Ego dapat mengarahkan orang-orang untuk suka pamer dan tindakan ini memperkuat ego. Seseorang tidak akan pernah bisa mengalami kebahagiaan Ilahi sepanjang terpengaruh oleh ego. Sri Krishna mengungkapkan kepada Arjuna dalam Gita, "Ego, keterikatan, dan suka pamer, adalah kualitas Rajasik. Ketiganya sangat berbahaya dan dapat membawa bencana! Jika ada yang memupuk kebiasaan ini, sadar atau tidak sadar, mereka tidak mengkhianati orang lain, tetapi menipu diri mereka sendiri! "Engkau hendaknya memiliki keteguhan hati dan memenangkan ego-mu. Dengan keyakinan yang mantap, buatlah upaya yang intens untuk membersihkan dirimu dari sifat-sifat yang buruk. Aku memberkatimu untuk menjalankan ini dan mencapai kemenangan ini dengan sangat mudah! (Divine Discourse, Oct 10, 1997)
-BABA
No comments:
Post a Comment