Diversities in attitudes and practices are natural and should be welcomed; there is no need for one over-all, ironclad, hard faith. Rivalry amongst those following different paths cannot bring peace and prosperity to any country. Without the freedom to adopt faith, world cannot progress. India taught that a small group can never command the inexhaustible resources of the world. For the effective functioning of the community it is necessary to divide the work of the community among sections of the people and allot each the task of contributing its share to the common good. This facilitated diversity and mutuality. Diversities were approved for the practical application of spiritual powers and potentialities, therefore there is no need for factionalism and fights. There is an entrancing sense of mystery which, if explored, will enable you to visualize the One that underlies the many. Hence ancient texts proclaim, “One alone exists; wise describe it in manifold ways” (Ekam sat, viprah bahudha vadanti)!
Keragaman dalam sikap dan praktik adalah alami dan harus disambut; tidak perlu bagi seseorang untuk keyakinan yang keras dan kuat. Persaingan di antara mereka yang mengikuti jalan yang berbeda tidak dapat membawa kedamaian dan kemakmuran ke negara mana pun. Tanpa kebebasan untuk menggunakan keyakinan, dunia tidak akan maju. India mengajarkan bahwa sekelompok kecil tidak akan pernah bisa menguasai sumber daya dunia yang tidak ada habisnya. Untuk berfungsinya masyarakat secara efektif, adalah perlu untuk membagi pekerjaan masyarakat di antara bagian-bagian masyarakat dan membagikan masing-masing tugas untuk menyumbangkan bagiannya untuk kebaikan bersama. Ini memfasilitasi keragaman dan kebersamaan. Keragaman disetujui untuk penerapan praktis kekuatan dan potensi spiritual, oleh karena itu tidak perlu untuk faksionalisme (kecenderungan untuk berfraksi) dan perkelahian. Ada rasa misteri memikat yang jika dieksplorasi, akan memungkinkan engkau untuk memvisualisasikan Dia yang mendasari banyak orang. Karena itu teks-teks kuno menyatakan, “Hanya ada satu; orang bijak menggambarkannya dengan berbagai cara ”(Ekam sat, viprah bahudha vadanti)! (Sathya Sai Vahini, Ch 5)
-BABA
No comments:
Post a Comment