In this worldly life love is manifesting in several forms such as the love between mother and son, husband and wife, and between relatives. This love, based on physical relationships, arises out of selfish motives and self-interest. But the love of the Divine is devoid of any trace of self-interest. It is love for the sake of love alone. This is called Bhakti (devotion). One characteristic of this love is to give, not receive. Secondly, love knows no fear. Thirdly, it is love for love's sake and not for selfish motives. All these three angles of love jointly connote Prapatti (Surrender). When one revels in this attitude of Prapatti, one experiences the bliss of the Divine. For this, the prime requisite is Kshama (forgiveness and forbearance). Only a person who has this attitude of Kshama can be considered to be endowed with sacred love.
Dalam kehidupan duniawi ini kasih diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti kasih diantara ibu dan anak, kasih diantara suami dan istri dan kasih diantara para kerabat. Kasih ini, berdasarkan pada hubungan fisik, muncul dari motif yang mementingkan diri sendiri dan kepentingan diri. Namun kasih Tuhan adalah tanpa adanya jejak akan kepentingan diri. Ini adalah kasih untuk kepentingan kasih saja. Ini disebut dengan Bhakti. Satu karakteristik dari kasih ini adalah memberi dan tidak menerima. Yang kedua adalah kasih tidak mengenal rasa takut. Yang ketiga adalah kasih ada untuk kepentingan kasih dan bukan untuk niat mementingkan diri sendiri. Semua ketiga sudut kasih ini secara bersama-sama mengandung arti Prapatti (berserah diri). Ketika seseorang bergembira dalam sikap ini yaitu Prapatti, seseorang mengalami kebahagiaan Tuhan. Untuk hal ini, syarat yang utama adalah Kshama (memaafkan dan ketabahan). Hanya seseorang yang memiliki sikap Kshama dapat dianggap diberkati dengan kasih yang suci. (Divine Discourse, Jan 1, 1994)
-BABA
No comments:
Post a Comment