A person who is a genuine vehicle of power can be recognised by the characteristics of truth, kindness, love, patience, forbearance, and gratefulness. Wherever these reside, ego (ahamkara) cannot subsist; it has no place. Therefore seek to develop these virtues. The effulgence of the Divine Self (Atma) is obscured by ego. Therefore when ego is destroyed, all troubles end, all discontents vanish and bliss is attained. Just as the sun is obscured by mist, the feeling of ego hides eternal bliss. Even if the eyes are open, a piece of cloth or cardboard can prevent vision from functioning effectively and usefully. So too, the screen of selfishness prevents one from seeing God, who is, in fact, nearer than anyone and anything else in the Universe.
Seseorang dengan sarana kekuatan sendiri dapat dikenali dengan karakteristik kebenaran, kebaikan, cinta-kasih, ketelatenan, kesabaran, dan rasa syukur. Dimanapun ini berada, ego (Ahamkara) tidak dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, berusahalah untuk mengembangkan kebajikan ini. Cahaya dari Ilahi (Atma) digelapkan oleh ego. Ketika ego dihancurkan, semua masalah berakhir, semua ketidakpuasan lenyap, dan kebahagiaan dicapai. Sama seperti Matahari yang dikaburkan oleh kabut, sehingga perasaan ego menyembunyikan kebahagiaan abadi. Bahkan jika mata terbuka, sepotong kain dapat mencegah pandangan dari berfungsi secara efektif dan berguna. Demikian juga, layar keegoisan mencegah seseorang untuk melihat Tuhan, yang, sebenarnya, lebih dekat daripada siapa pun dan apa pun di Semesta. (Prema Vahini, Ch 15)
-BABA
No comments:
Post a Comment