Though three permanent ornaments are available for all in the form of charity for the hand, hearing God's glory for the ears and speaking the truth for the tongue, people are engaging themselves in the pursuit of all transient and useless worldly things. You should strive to achieve that by getting which everything else is achieved. The first step is to understand the link that connects any two individuals. It is nothing but love. It is on the basis of love that the entire society is closely knit. What is a country? It is not the land but the society that makes a country or a nation. When the nation is prosperous and progresses with healthy growth, the needs of the individuals are also fulfilled. The individual is dependent on society; one is born, brought up and sustained by society. Therefore, it is the duty of every individual to render selfless service for promoting the common welfare of society.
Walaupun ada tiga perhiasan yang bersifat abadi yang tersedia bagi semuanya dalam bentuk derma untuk tangan, mendengarkan kemuliaan Tuhan untuk telinga, dan berbicara kebenaran untuk lidah, namun manusia melibatkan diri mereka dalam pengejaran semua yang bersifat sementara dan benda-benda duniawi yang tidak berguna. Engkau harus berusaha dengan keras untuk mendapatkan perhiasan abadi itu dimana dengan mendapatkannya maka segala sesuatu yang lainnya bisa didapatkan. Langkah pertama adalah memahami mata rantai yang menghubungan dua individu. Hal ini tiada lain adalah kasih. Atas dasar kasih dimana seluruh masyarakat dirajut dengan erat. Apa itu bangsa? Bangsa bukanlah tanah namun masyarakat yang membentuk bangsa atau sebuah negara. Ketika sebuah bangsa sejahtera dan makmur dengan pertumbuhan yang sehat, maka kebutuhan dari setiap individu juga terpenuhi. Setiap individu tergantung dari masyarakat; seseorang itu lahir, besar, dan dirawat oleh masyarakat. Maka dari itu, merupakan kewajiban dari setiap individu untuk melakukan pelayanan tanpa pamrih dalam meningkatkan kesejahteraan bersama masyarakat. (Divine Discourse, Apr 11, 1994)
-BABA
No comments:
Post a Comment