Ponder over all the things for which you have cried so far. You will find that you have craved only for paltry things, for momentary distinctions, for fleeting fame. Instead, you should cry only for God, for your own cleansing and consummation. You should weep, for the six cobras that have sheltered themselves in your mind, poisoning it with their venom: Lust, anger, greed, attachment, pride and malice. Quieten them as the snake charmer does with his swaying flute. The music that can tame them is the Name of God. Thereafter, they become playthings; you can handle them as you please. When these are laid low, you will gain equanimity and you will remain unaffected by honour or dishonour, profit or loss, joy or grief.
Renungkan segala sesuatu yang telah engkau tangisi selama ini. Engkau akan menemukan bahwa engkau memohon hanya untuk sesuatu yang tidak berharga, untuk penghargaan-penghargaan yang sesaat, untuk kemasyuran yang sifatnya sementara. Sebagai gantinya, engkau seharusnya menangis hanya untuk Tuhan, memurnikan dan menyempurnakan dirimu. Engkau seharusnya meneteskan air mata, untuk enam kobra yang bersembunyi di dalam pikiranmu, meracuni dengan bisa-nya; Nafsu, kemarahan, ketamakan, keterikatan, kebanggaan dan kebencian. Menenangkan mereka sebagai penjinak ular tidak dengan mengayunkan seruling. Musik yang dapat menjinakkan mereka adalah Nama Tuhan. Sesudah itu, mereka menjadi mainan; engkau dapat menangani mereka sesuai kehendakmu. Ketika hal ini dikalahkan, engkau akan mendapatkan ketenangan dan engkau akan tetap tidak terpengaruh oleh penghormatan atau celaan, keuntungan atau kerugian, kesenangan atau kesedihan.
-BABA