The body is a chariot. The charioteer is the principle of Buddhi (intellect). The senses are the horses. The reins that regulate and restrain the horses is the Manas (mind). When the mind wavers and wanders, not having stability of purpose, the horses run helter-skelter, endangering even the charioteer, Buddhi (intellect). So, one has to control the mind and not pollute it with greed for sense pleasures. The mind has to act as the associate of Buddhi. Speech subserving the mind and mind subserving the intellect - this is the way to bring about Prashanthi, the Supreme Peace. And, slowly and steadily, instruct the intellect to turn towards the Atma. Speech guided by a mind, which is in tune with an intellect illumined by the Atma - this will lead to us the ultimate goal.
Tubuh adalah kereta. Sais keretanya adalah prinsip dari Buddhi (akal). Inderanya adalah kuda-kudanya. Tali kekang yang mengatur dan mengendalikan kuda-kuda itu adalah Manas (pikiran). Ketika pikiran goyah dan tersesat, tidak memiliki tujuan, maka kuda akan pontang-panting, ini bahkan membahayakan pengendara kereta, Buddhi (akal). Jadi, seseorang harus mengendalikan pikiran dan tidak mengotorinya dengan ketamakan untuk kesenangan-kesenangan duniawi. Pikiran harus bertindak sesuai dengan Buddhi. Ucapan dihubungkan dengan pikiran dan pikiran dihubungkan dengan akal – ini adalah cara untuk mendapatkan Prashanti, Kedamaian tertinggi. Dan perlahan dan terus-menerus, menginstruksikan akal menuju kearah Atma. Ucapan yang dipandu oleh pikiran, yang selaras dengan akal yang diterangi oleh Atma – ini akan membawa kita ke tujuan akhir.
-BABA
No comments:
Post a Comment