All of you must realize that the relationship between you and God is permanent, and is beyond the limitations of time and space. You should not waste your life thinking only of the physical relationship. The body is a passing thing. What you see externally is a burden. When you have made it a part of yourself it ceases to be a burden. It is like the food that a traveller carries on his shoulders for consumption on the way. As long as the food remains outside it is a burden. But when he has eaten it, he gets stronger and there is no burden on his shoulder. You must safeguard the Divinity you experienced and magnify it by contemplating on it internally. You should concentrate on the attainment of union with the Divine, which is permanent and beyond the limitations of time and space.
Engkau semua harus menyadari bahwa hubungan antara engkau dan Tuhan adalah permanen, dan berada di luar batas ruang dan waktu. Engkau tidak perlu membuang-buang hidupmu dan hanya berpikir bahwa hubungan itu hanyalah merupakan hubungan fisik. Badan kasar ini nanti akan lenyap. Apa yang engkau lihat diluar dirimu adalah sebuah beban, ketika engkau telah membuat bagian dari dirimu berhenti menjadi sebuah beban. Hal ini seperti makanan yang dibawa di pundak untuk konsumsi dalam perjalanan. Selama makanan itu masih berada di pundak, itu merupakan suatu beban. Tapi ketika ia telah memakannya, ia menjadi lebih kuat dan tidak ada beban di pundaknya. Engkau harus menjaga Keilahian yang engkau alami dan memperkuatnya dengan merenungkannya secara internal. Engkau harus berkonsentrasi pada pencapaian kesatuan dengan Tuhan, yang bersifat permanen dan di luar batas ruang dan waktu.
-BABA