The mind has an innate tendency to merge in whatever it contacts; it craves for this merger and so, it is ever agitated and restless. But by constant practice and training, it can be directed towards the Pranava (Om, the Primordial Sound) and taught to be one with it. The mind is naturally drawn towards sound and hence, it is compared to a serpent. The snake has two crude qualities - one, its crooked gait and second, the tendency to bite all that comes in its way. Human beings too seek to hold and possess all that they set their eyes on; people too move about crookedly. But there is in the serpent one praiseworthy trait; however poisonous and deadly its nature might be, when the strains of the charmer's music are played, it spreads its hood and merges itself in the sweetness of that melody, forgetting everything else. Similarly, people too can, by practice, merge themselves into the bliss of Pranava.
Pikiran memiliki kecenderungan bawaan untuk menyatu dengan apapun yang berhubungan dengannya, demikian juga pikiran sangat memerlukan penyatuan ini. Pikiran selalu dipenuhi dengan kekhawatiran, tetapi dengan latihan dan praktek yang terus menerus, pikiran dapat diarahkan pada Pranava (Om, Suara Primordial) dan menyatu dengannya. Pikiran secara alami tertarik ke arah suara dan oleh karenanya, bisa dibandingkan dengan seekor ular. Ular memiliki dua sifat yang buruk - yang pertama, ular itu memiliki sifat yang licik, dan yang kedua, ular memiliki kecenderungan untuk menggigit semua yang datang padanya. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk memiliki semua yang ada di hadapannya. Tetapi ada salah satu sifat terpuji dari ular, bagaimanapun bisa ular itu beracun dan mematikan, ketika alunan musik pawang ular dimainkan, maka ular akan menyatu dengan melodi yang indah tersebut, dan melupakan segala sesuatu yang lainnya. Demikian juga, kita bisa menyatu dalam kebahagiaan Pranava, dengan praktek yang terus-menerus.
-BABA
Thursday, March 22, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment