-BABA
Thursday, October 31, 2013
Thought for the Day - 31st October 2013 (Thursday)
-BABA
Wednesday, October 30, 2013
Thought for the Day - 30th October 2013 (Wednesday)
Always remember that only those with ideals are respected and remembered with gratitude for posterity. We honour Rama and worship him, while avoiding the reference of Ravana on auspicious occasions. Why? Because of the character they displayed. So you must be determined and advance step by step in building a strong character. Be aware of the danger of slipping down two steps while ascending one –you can resist the slide downwards! If you have the determination to climb and the yearning to rise, progress and conquer your lower impulses and instincts, then the hidden spring of power will surge up within you. The Grace of the Lord will smoothen your path. Keep the ideal before you and march onward!
Ingatlah selalu bahwa hanya orang-orang yang memiliki ideal yang dihormati dan diingat dengan rasa terima kasih oleh anak cucu/keturunannya. Kita menghormati Sri Rama dan menyembah Beliau, sementara itu menjauhi Rahwana. Mengapa? Karena karakter yang mereka tunjukkan. Jadi, engkau harus bertekad dan maju langkah demi langkah dalam membangun karakter yang kuat. Sadarilah akan bahaya tergelincir turun dua langkah sementara engkau baru naik satu langkah - engkau bisa melawan agar tidak tergelincir ke bawah! Jika engkau memiliki tekad untuk mendaki dan memiliki hasrat untuk bangkit, maka engkau harus maju dan menaklukkan dorongan-dorongan dan naluri yang rendah, maka sumber kekuatan yang tersembunyi akan meningkat dalam dirimu. Berkat Tuhan akan memperlancar jalanmu. Jagalah ideal tersebut dan teruslah bergerak maju! (Divine Discourse, Nov 25, 1959)
-BABA
Tuesday, October 29, 2013
Thought for the Day - 29th October 2013 (Tuesday)
Monday, October 28, 2013
Thought for the Day - 28th October 2013 (Monday)
Sunday, October 27, 2013
Thought for the Day - 27th October 2013 (Sunday)
Saturday, October 26, 2013
Thought for the Day - 26th October 2013 (Saturday)
Friday, October 25, 2013
Thought for the Day - 25th October 2013 (Friday)
A mother holds a child that has soiled its shirt and puts on it a new one. Death is the removal of the soiled shirt and putting on the fresh one. Let the Mother do Her will, be a willing child in Her hands. Have full faith in Her love and wisdom. Be an instrument; submerge your will in the Will of the Lord. That will save you from worry and pain. Do not lose your mind, seeing people who have gone astray. It will be like seeing a stagnant pool and then judging rainwater to be dirty. Rain water is pure; it is the soil that soils it. Also be careful not to decry anyone. It amounts to decrying God. Be aware of the God within you and the God in everyone else. If you do this, there is nothing to equal the joy and peace that you will be rewarded with. I bless you, so that you may attain that bliss.
Seorang ibu mengganti baju sang anak yang kotor dengan baju yang baru. Kematian dapat diibaratkan seperti mengganti baju yang kotor dengan baju lainnya yang baru. Biarlah Ibu Ilahi melakukannya sesuai dengan kehendak-Nya, kita adalah anak-anaknya di tangan-Nya. Milikilah keyakinan yang penuh dalam kasih dan kebijaksanaan-Nya. Jadilah instrumen; tenggelamkanlah keinginanmu dalam kehendak Tuhan. Itu akan menyelamatkanmu dari kesedihan dan penderitaan. Janganlah engkau kehilangan arah, menemui orang-orang yang sesat. Seperti melihat genangan air yang mandek dan kemudian menilai air hujan sebagai air yang kotor. Air hujan adalah air murni; tanahlah yang menyebabkan air itu nampak kotor. Berhati-hatilah untuk tidak mencela siapapun, ini sama dengan mencela Tuhan. Engkau hendaknya menyadari Tuhan ada di dalam dirimu dan dalam diri orang lain. Jika engkau melakukan ini, maka tidak ada sukacita dan kedamaian yang menyamai hal ini yang akan engkau peroleh. Aku memberkatimu, sehingga engkau bisa mencapai kebahagiaan itu. (Divine Discourse, Oct 16, 1964)
-BABA
Thursday, October 24, 2013
Thought for the Day - 24th October 2013 (Thursday)
Wednesday, October 23, 2013
Thought for the Day -23rd October 2013 (Wednesday)
How to destroy the mind? It is easy once you know what it is. The mind is stuffed with desire, similar to a football filled with air. Puncture it and it will not move from place to place. In a square field filled with water from an irrigation canal, water appears in the form of a square. If the field is circular or triangular, then the sheet of water will match the geometric shape. The mind too takes on the form of one’s desires. Take another example - the mind is like a piece of cloth, the warp and woof being the yarn of desire. The texture, the colour, the durability, the feel, and the shine of the cloth will depend upon the desire that constitutes the warp and the woof. Remove the yarn strand by strand, and the cloth automatically disappears. This is the technique of destroying the mind (Mano Nasanam). A wise person will wipe out all traces of the mind.
Bagaimana menghancurkan pikiran? Itu sangatlah mudah setelah engkau mengetahui apa itu pikiran. Pikiran diisi dengan keinginan, mirip dengan bola sepak yang diisi dengan udara. Jika engkau melubanginya, itu tidak akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Sebuah bidang yang berbentuk persegi diisi dengan air dari saluran irigasi, air muncul dalam bentuk persegi. Jika bidangnya berbentuk lingkaran atau segitiga, maka air akan mengambil bentuk geometris seperti itu. Demikian juga dengan pikiran, mengambil bentuk sesuai dengan keinginan seseorang. Ambil contoh lain - pikiran dapat diibaratkan seperti sepotong kain, mesin tenun dan pakan menjadikannya benang keinginan. Tekstur, warna, daya tahan, kelembutan, dan kilauan dari kain akan tergantung pada keinginan yaitu mesin tenun dan pakannya. Lepaskanlah untaian benang helai demi helai, maka otomatis tidak ada kain lagi. Inilah teknik menghancurkan pikiran (Mano Nasanam). Orang bijak akan membersihkan semua jejak pikiran.(Divine Discourse, Oct 16, 1964)
-BABA
Tuesday, October 22, 2013
Thought for the Day - 22nd October 2013 (Tuesday)
Most agriculturists feed on hope for their survival. Hope sustains them while they plough, sow, plant and manure the crops that they raise. That hope, must become a mental habit not just during agriculture, but as part of everyone’s daily life, in all the manifold activities. Never give any chance for that vile thing, despair, to eat into the vitals of activity and effort. Despair is a sin against God. When He is within you, why do you lose hope? That is why the Lord says, “Why fear, when I am here?” Be always joyful, optimistic and courageous. Know that the strongest connection between you and the Divine is when the life-giving waters of courage and hope, flow in your heart. (Divine Discourse, Sep 9, 1959)
Sebagian besar menggantungkan harapan mereka pada bidang pertanian untuk kelangsungan hidup mereka. Harapan tersebut meningkat, meskipun mereka membajak, menabur benih, menanam, dan memupuk tanaman. Harapan itu, harus menjadi kebiasaan mental, bukan hanya pada bidang pertanian, tetapi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, dalam semua aktivitas. Jangan pernah memberikan kesempatan bagi kejahatan dan rasa putus asa, masuk ke dalam aktivitasmu. Keputusasaan adalah dosa yang melawan Tuhan. Ketika Beliau ada di dalam dirimu, mengapa engkau kehilangan harapan? Itulah sebabnya Tuhan berkata, "Mengapa takut, ketika Aku ada di sini?" Oleh karena itu, engkau hendaknya bergembira, optimis, dan berani. Ketahuilah bahwa hubungan terkuat antara engkau dan Tuhan adalah ketika keberanian dan harapan, mengalir dalam hatimu.
-BABA
Monday, October 21, 2013
Thought for the Day - 21st October 2013 (Monday)
Sunday, October 20, 2013
Thought for the Day -19th & 20th October 2013
Date: Saturday, October 19, 2013
The path of wisdom is much easier than the path of devotion - for it comes as a flash to those who can just sit quiet for a few minutes and analyze themselves. A car moves on its four wheels and the person who drives it, is inside, not outside; the driver within the car guides the speed of the engine, the brakes and the accelerator. So too, let your intellect, mind and senses be guided, from within. Board the train of Salokya - the constant remembrance of the Lord’s Name. This will take you to the next station, Sameepya - nearness and dearness to the Lord. The next halt will be at Saarupya, where you acquire and earn divine attributes, and finally you will reach the terminus, which is Saayujya, where you merge with the divine and experience yourself as but a wave in the ocean (Paramathma). (Divine Discourse, Oct 16, 1964)
Jalan kebijaksanaan jauh lebih mudah daripada jalan pengabdian - ia muncul bagaikan kilat bagi mereka yang bisa duduk diam selama beberapa menit dan menganalisa diri mereka sendiri. Sebuah mobil bergerak dengan empat roda dan orang yang mengemudikannya, ada di dalam mobil, bukan di luar; sang sopir dari dalam mobil, mengendalikan persneling, rem, dan pedal gas. Demikian juga, biarkan intelek, pikiran, dan indera dibimbing, dari dalam. Naiklah kereta Salokya - mengingat Nama Tuhan secara terus-menerus. Ini akan membawamu ke stasiun berikutnya, Sameepya - lebih dekat kepada Tuhan. Halte berikutnya akan menuju Saarupya, di mana engkau memperoleh dan mendapatkan atribut ilahi, dan akhirnya engkau akan mencapai ujung, yaitu Saayujya, di mana engkau menyatu dengan ilahi dan mengalaminya sendiri, dapat diibaratkan seperti gelombang di laut (Paramathma).
-BABA
Date: Sunday, October 20, 2013
People suffer from two types of ills - physical and mental. Physical ailments are caused by the dis-equilibrium of the three tempers of Vata, Pittha and Sleshma (air, bile and phlegm) and mental illnesses are caused by the dis-equilibrium of the three qualities of serenity, passion and inertia (Sattwa, Rajas and Tamas). One unique fact about these two types of illnesses is that the cultivation of virtue cures both the diseases. Physical health and mental health are interrelated. Physical health is a prerequisite for mental health and good mental health ensures physical well-being. An attitude of generosity, of fortitude in the presence of sorrow and loss, a spirit of enthusiasm to do good, and to be of service to the best of one’s capacity - these build up the mind as well as the body. The sheer joy derived from service reacts on the body and makes you free from diseases. (Divine Discourse, Sep 9, 1959)
Orang-orang menderita dua jenis penyakit - fisik dan mental. Penyakit fisik disebabkan oleh ketidakseimbangan dari 3 sifat, Vata, Pittha dan Sleshma, dan penyakit mental disebabkan oleh ketidakseimbangan dari tiga sifat yaitu ketenangan, nafsu, dan malas (Sattwa, Rajas, dan Tamas). Satu fakta unik tentang kedua jenis penyakit ini adalah dengan mengembangkan kebajikan, dapat menyembuhkan kedua penyakit ini. Kesehatan fisik dan kesehatan mental saling terkait. Kesehatan fisik merupakan prasyarat bagi kesehatan mental dan kesehatan mental yang baik menjamin kesejahteraan fisik. Sikap kedermawanan, ketabahan dalam menghadapi penderitaan dan kehilangan, semangat antusias untuk berbuat baik, dan memberikan pelayanan yang terbaik sesuai kemampuannya - ini dapat meningkatkan pikiran serta badan. Kebahagiaan yang berasal dari melakukan tindakan pelayanan bereaksi pada badan dan membuat engkau bebas dari penyakit.
-BABA
Friday, October 18, 2013
Thought for the Day - 18th October 2013 (Friday)
Thursday, October 17, 2013
Thought for the Day - 17th October 2013 (Thursday)
Just as underground water is the sustenance of all trees, the Atma is the underlying source of all the bliss that the individual experiences. The process of digging a borewell to bring the underground water to surface level involves steady hitting, digging, and thumping through a pipe which holds and directs the drill. The people who do the boring take a lot of care to ensure that air does not go into the pipe, for then the drilling process becomes unsuccessful. FInally through a lot of effort, you bring the subterranean water to the surface level for human consumption. So too, you must undertake the repetition of the Lord’s Name (Japam) very intensely taking care that you do not allow the attachment to worldly objects (Vishaya vasana) to enter and interfere with the process. (Divine Discourse, Oct 16, 1964)
Sama seperti air bawah tanah yang memberi makanan pada semua pohon, Atma adalah sumber yang mendasari semua kebahagiaan yang merupakan pengalaman individu. Proses menggali sumur bor untuk membawa air bawah tanah ke permukaan dengan proses penggalian yang terus-menerus, melalui pipa, yang memegang dan langsung mengarah pada bor. Orang-orang yang melakukan pengeboran melakukan pekerjaannya dengan hati-hati untuk memastikan udara tidak masuk ke dalam pipa, karena jika demikian, proses pengeboran menjadi tidak berhasil. Akhirnya melalui banyak usaha, engkau membawa air bawah tanah ke tingkat permukaan untuk konsumsi manusia. Demikian juga, engkau harus melakukan pengulangan Nama Tuhan (Japam) dengan sangat intens, berhati-hati untuk tidak memperbolehkan keterikatan pada benda-benda duniawi (Vishaya Vasana) untuk masuk dan mengganggu proses tersebut.
-BABA
Wednesday, October 16, 2013
Thought for the Day - 16th October 2013 (Wednesday)
Prayer and contrition are the two disciplines by which the mind can be cleansed of egoism and hatred; Saint Tyagaraja was a fine example of how this can be done. His songs are pure fragrant blossoms of devotion. He sang soulfully the glory of Rama, with the welfare of the individual as well as the world in view. He was ever engaged in the process of examining his words and deeds, and evaluating them on the touchstone of devotion. As the bee in quest of honey wanders in search of the flowers, as the creeper clings fast and fondly to the tree lest it may fall, as the stream runs to the river and the river rushes to the sea, Saint Thyagaraja pined for Lord Rama. Lord Rama had to give him personal audience (Darshan) and come to his rescue several times. Through devotion,Tyagaraja ensured he experienced the Lord’s constant presence and always remained in peace and joy. (Divine Discourse, July 11, 1957)
Doa dan penyesalan yang mendalam adalah dua disiplin dimana pikiran dapat dimurnikan dari egoisme dan kebencian, Tyagaraja adalah salah satu contoh yang baik tentang bagaimana hal ini dapat dilakukan. Lagu-lagunya merupakan bunga murni pengabdian. Beliau menyanyikan kemuliaan Sri Rama dengan penuh perasaan, menggambarkan kesejahteraan individu dan dunia. Beliau senantiasa memeriksa kata-kata dan perbuatannya, dan mengevaluasinya sebagai batu ujian dalam pengabdian. Seperti lebah dalam mencari madu mengembara untuk mencari bunga-bunga, seperti tumbuhan menjalar melekat erat pada pohon supaya tidak jatuh, seperti air mengalir ke sungai dan sungai menuju ke laut, demikian Thyagaraja merindukan Sri Rama. Sri Rama memberikan Darshan dan datang untuk menyelamatkannya beberapa kali. Melalui pengabdian, Tyagaraja memastikan ia mengalami kehadiran Tuhan secara terus-menerus dan selalu tetap dalam kedamaian dan sukacita.
-BABA
Tuesday, October 15, 2013
Thought for the Day - 15th October 2013 (Tuesday)
Every one of you must fit in with the Divine Plan. Strive to know its main principles and be equipped for the tasks He allots to you. Give your heart completely to the duty assigned to you in life. Be ever vigilant of your own nature and duty (swadharma) and engage in the tasks that your role demands. To attain the Divine, you have to climb from the animal state to the human state and from human level to Divinity. This climb is hard given the several forces that are always around you, ready to pull you downward. The engine in the car if clogged and worn out, will whine and groan when it has to ascend a steep hill. On the other hand if it is well-maintained, free from the dust and dirt of sensory yearning, then it will ascend heights very easily. (Divine Discourse, Oct 15, 1964)
Setiap orang hendaknya siap dengan Rencana Ilahi. Engkau hendaknya berupaya untuk mengetahui prinsip-prinsip utama dan dilengkapi dengan tugas-tugas yang Beliau berikan kepadamu. Berikan hatimu sepenuhnya untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadamu dalam kehidupan ini. Berhati-hatilah pada sifat dasarmu dan kewajibanmu (Swadharma) dan lakukan tugasmu sesuai dengan peran yang diberikan padamu. Untuk mencapai Divine, engkau harus mendaki dari tingkat hewan menuju ke tingkat manusia dan dari tingkat manusia menuju Divinity. Pendakian ini sangat sulit mengingat beberapa kekuatan yang selalu ada di sekitarmu, siap untuk menarikmu ke bawah. Mesin dalam mobil jika tersumbat dan usang, akan berat jika harus naik ke bukit yang curam. Di sisi lain jika mesin terpelihara dengan baik, bebas dari debu dan kotoran, maka mobil akan naik dengan sangat mudah. (Divine Discourse, Oct 15, 1964)
-BABA