Our first task is to recognise our duty. We should not keep thinking whether it will lead to victory or failure. It is one’s duty to make an attempt; the success or failure of the attempt should be left to God. If we develop this attitude, we will not be troubled by successes or failures. All students want to succeed in their examinations. They must recognise that the effort (sadhana) is more important than success itself. More than dreaming that you should succeed, it is very important for you to put in your effort. Ask yourself: You desire great results, but are you putting in appropriate efforts? If you put in appropriate effort, then, you need not worry about the result. Even if by some bad luck you do not get what you desired, you need not feel sorry for it, because you did put in your efforts! Develop this mental stability and equal-mindedness through which you neither feel elated nor depressed.
Tugas kita yang pertama adalah menyadari kewajiban kita. Kita seharusnya tidak terus berpikir apakah kewajiban ini akan menuju pada keberhasilan atau kegagalan. Merupakan kewajiban seseorang untuk melakukan sebuah usaha; keberhasilan atau kegagalan dari usaha itu seharusnya diserahkan kepada Tuhan. Jika kita mengembangkan sikap ini, kita tidak akan diganggu oleh keberhasilan atau kegagalan. Semua pelajar ingin berhasil di dalam ujian mereka. Mereka harus menyadari bahwa usaha (sadhana) adalah lebih penting daripada sukses itu sendiri. Melebihi daripada sekedar bermimpi bahwa engkau seharusnya berhasil, adalah sangat penting bagimu untuk berusaha. Tanyakan kepada dirimu sendiri: engkau menginginkan hasil yang sangat besar, namun apakah engkau memberikan usaha yang sesuai? Jika engkau memberikan usaha yang sesuai, kemudian engkau tidak perlu cemas dengan hasilnya. Bahkan jika karena kesialan engkau tidak mendapatkan seperti apa yang engkau inginkan, engkau tidak perlu cemas akan hal ini, karena engkau sudah melakukan usaha! Kembangkan stabilitas batin dan ketenangan pikiran ini sehingga engkau tidak akan merasa gembira atau tertekan. (Ch 21, Summer Showers 1978)
-BABA