To be born as a human being is a great fortune. For, man alone can attain the status of the Divine by recognising the reality of his being. No beast or bird can reach that height of realisation. But, it is tragic that instead of valuing the chance and utilising it, man fritters his years away and dies without attaining the goal. He is disgracing himself and denying his high destiny. A minute's reflection will reveal to him how far he is from attaining the stage of self-realisation. But, what a pity, he does not dedicate his life to the Divine, instead he is caught up in the vain pursuit of comforts and cosy living.
Kesempatan untuk terlahir sebagai manusia merupakan suatu keberuntungan yang tiada taranya. Sebab, hanya manusia sajalah yang memiliki kemampuan untuk mencapai status Keilahian melalui upaya identifikasi realitas sejatinya. Kawanan hewan atau burung tidak memiliki kemampuan untuk mencapai realisasi tersebut. Akan tetapi, ironisnya, alih-alih menghargai dan memanfaatkan kesempatan emas yang telah dimilikinya, manusia justru menyia-nyiakan kehidupannya dan akhirnya menemui ajalnya tanpa sempat mencapai tujuan hidupnya. Manusia telah menurunkan derajatnya dan mengingkari hak miliknya yang eksklusif itu. Bila saja ia melakukan kontemplasi barang selama satu menit saja, maka ia akan menyadari betapa masih sangat jauhnya dirinya dari pencapaian keadaan self-realisation. Sungguh amat disayangkan sekali, manusia tidak mendedikasikan kehidupannya kepada Divine; ia malahan masih terperangkap dalam upaya sia-sia untuk mengejar kemewahan hidup.
Kesempatan untuk terlahir sebagai manusia merupakan suatu keberuntungan yang tiada taranya. Sebab, hanya manusia sajalah yang memiliki kemampuan untuk mencapai status Keilahian melalui upaya identifikasi realitas sejatinya. Kawanan hewan atau burung tidak memiliki kemampuan untuk mencapai realisasi tersebut. Akan tetapi, ironisnya, alih-alih menghargai dan memanfaatkan kesempatan emas yang telah dimilikinya, manusia justru menyia-nyiakan kehidupannya dan akhirnya menemui ajalnya tanpa sempat mencapai tujuan hidupnya. Manusia telah menurunkan derajatnya dan mengingkari hak miliknya yang eksklusif itu. Bila saja ia melakukan kontemplasi barang selama satu menit saja, maka ia akan menyadari betapa masih sangat jauhnya dirinya dari pencapaian keadaan self-realisation. Sungguh amat disayangkan sekali, manusia tidak mendedikasikan kehidupannya kepada Divine; ia malahan masih terperangkap dalam upaya sia-sia untuk mengejar kemewahan hidup.
-BABA
No comments:
Post a Comment