An able monarch will have his ministers under control; he will direct them along proper lines and maintain peace and security of the kingdom. On the other hand, a monarch who allows himself to be controlled by ministers does not deserve the throne; he is spurned and disgraced. His kingdom has no peace and security. The mind is the monarch in man; senses are ministers. If the mind is the slave of its senses, you will have no peace. Every spiritual aspirant who aspires to achieve expression and expansion of the Divine in oneself must therefore earn mastery over the senses. That is the first step. The next one is the conquest of the mind, its elimination. The third is uprooting the vasanas (innate tendencies), and the fourth, attainment of jnana (spiritual wisdom). The branches are the senses; the trunk is the mind; and the roots are innate tendencies. All three must be overcome and destroyed, so that awareness of the Divine Reality can be gained.
Seorang raja yang cakap akan memiliki para menterinya ada dibawah kendalinya; sang raja akan mengarahkan para menteri pada jalur yang tepat dan menjaga kedamaian serta keamanan kerajaan. Sebaliknya, seorang raja yang mengizinkan dirinya dikendalikan oleh para menteri tidak layak untuk duduk di singgasana raja; maka raja itu akan ditolak dan dipermalukan. Kerajaannya tidak memiliki kedamaian dan keamanan. Pikiran adalah raja dalam diri manusia; indera adalah para menterinya. Jika pikiran menjadi budak dari inderanya, maka engkau tidak akan memiliki kedamaian. Setiap peminat spiritual yang menginginkan untuk dapat mendengarkan serta mengabadikan Tuhan di dalam dirinya maka dari itu harus dapat menguasai indera. Itu adalah langkah awal. Langkah berikutnya adalah menaklukkan pikiran, melenyapkannya. Langkah ketiga adalah mencabut akar-akar vasana (kecenderungan yang dibawa sejak lahir), dan langkah keempat adalah pencapaian jnana (kebijaksanaan spiritual). Cabang-cabangnya adalah indera; batangnya adalah pikiran; dan akarnya adalah kecenderungan yang dibawa sejak lahir. Ketiganya ini harus dapat diatasi dan dihancurkan, sehingga kesadaran akan kenyataan Tuhan dapat diraih. (Divine Discourse, May 6, 1983)
-BABA
No comments:
Post a Comment