Many students pray, “If I pass with a first class, I’ll break five coconuts at Your feet.” Does this mean God does not have coconuts at His disposal? All objects we offer, like leaf, flower, water, etc., have an allegorical significance. The word narikela stands for a coconut. Every Indian must grasp the inner meaning of offering a coconut to God. We never offer the coconut as it is. We remove the fibre that covers it and offer the fruit that is free from all the external fibre. Only then is it possible to break the coconut. By breaking the coconut, the water in it flows out. The heart is the coconut and it is covered by the fibre of desire. The water that flows out is the samskara or purification. The fibres on the surface are the desires. We must strip the heart of all desires and offer the core without the fibre. It then becomes an offering to God.
Banyak siswa berdoa, “Jika saya lulus dengan nilai terbaik, saya akan memecahkan lima buah kelapa di kaki-Mu.” Apakah ini berarti Tuhan tidak memiliki kelapa untuk digunakan-Nya? Semua benda yang kita persembahkan, seperti daun, bunga, air, dll., memiliki makna alegoris/kiasan. Kata narikela berarti kelapa. Setiap orang India harus memahami makna batin mempersembahkan kelapa kepada Tuhan. Kita tidak pernah mempersembahkan kelapa apa adanya, secara langsung. Kita menghilangkan serat yang menutupinya dan mempersembahkan buah yang telah bebas dari semua serat luar. Hanya dengan demikian, kelapa bisa dipecah. Dengan memecah kelapa, air di dalamnya mengalir keluar. Hati dapat diibaratkan sebagai kelapa dan ditutupi oleh serat nafsu keinginan. Air yang mengalir keluar adalah samskara atau pemurnian. Serat di permukaan adalah keinginan. Kita harus mengupas serat-serat luar tersebut sehingga melepaskan semua keinginan dan mempersembahkan hati yang murni. Itulah kemudian yang menjadi persembahan kepada Tuhan. (Ch 17, Summer Showers in Brindavan, 1972)
-BABA
No comments:
Post a Comment