Just as people squeeze juice out of the fibrous cane and drink only the sweetness, just as the bee sucks the honey in the flower regardless of its symmetry and colour, just as the moth flies toward the brightness of the flame, ignoring the heat and the inevitable catastrophe, so also the spiritual seeker (sadhaka) should yearn to imbibe the expression of the emotion of tenderness, pity, and compassion with which the Ramayana is saturated, paying no heed to other subjects. When a fruit is eaten, we throw away the skin, seeds, and fibre. It is in the very nature of Nature that fruits have these components! Nevertheless, no one eats them on the plea that one paid for them! So too, in this Rama fruit called Ramayana, the tales of demons, ogres and the like (rakshasas) form the rind; the wicked deeds of these evil people are the hard indigestible seeds; sensory and worldly descriptions and events are the not-too-tasty fibrous stuff - they are all sheaths for the juicy nourishment.
Seperti halnya manusia memeras jus dari serabut tebu dan hanya meminum manisnya saja, seperti halnya lebah yang menghisap madu yang ada di bunga tanpa memperhatikan bentuk dan warna bunga, seperti halnya ngengat yang terbang menuju terang cahaya, mengabaikan panas dan malapetaka yang tidak terhindarkan, begitu juga para pencari spiritual (sadhaka) seharusnya rindu untuk menyerap ekspresi kelembutan perasaan, kasihan dan welas asih yang mana membuat Ramayana menjadi lengkap, tidak memperhatikan lagi bagian yang lainnya. Ketika buah dimakan, kita membuang kulit, biji, dan seratnya. Sudah menjadi sifat alami buah memiliki komponen-komponen ini! Namun demikian, tidak ada seorangpun yang memakannya dengan dibayar berapapun! Begitu juga, dalam buah Rama yang disebut dengan Ramayana, kisah tentang raksasa, setan, dan sejenisnya membentuk kulitnya; perbuatan-perbuatan jahat dari orang-orang ini adalah biji keras yang tidak bisa dimakan; deskripsi dan peristiwa dunia adalah bahan berserat yang tidak terasa enak – semuanya ini adalah selubung untuk makanan yang enak! (Rama Katha Rasavahini, Ch 1, “Rama – Prince & Principle”)
-BABA
No comments:
Post a Comment