Some are born healthy and some others, unhealthy. Some lead prosperous, carefree lives, while others toil throughout their lives in dire poverty. Certainly, it can be argued that there are signs enough of the partiality that the Creation or Creator reveals. Such inference may even appear justified from the ordinary man’s point of view. The pure stream of spiritual culture declares that this is not true at all! God is not the cause of either misery or joy, of good fortune or bad! Then, who brings about the evil and the good? The answer is—we ourselves! Rain falls equally on ploughed land and on unploughed. Only the ploughed land derives benefit therefrom! The clouds are not to blame. The fault lies in the ignorant idler who lets his land lie fallow. The grace of God is ever at hand. It has no ‘more or less,’ no ups or downs. We draw upon it, more or less, or let it go by, or use it for our good.
Beberapa orang terlahir dengan badan yang sehat dan beberapa yang lainnya, lahir dalam keadaan yang tidak sehat. Beberapa orang hidup dalam kemakmuran, hidup tanpa beban, sementara yang lainnya harus bekerja keras sepanjang hidup mereka dan hidup dalam kemiskinan. Tentu saja, dari sini bisa dikatakan bahwa ada cukup tanda-tanda keberpihakan pada Pencipta maupun ciptaan-Nya. Kesimpulan seperti itu mungkin dibenarkan dari sudut pandang manusia biasa. Dari sudut pandang spiritual, hal ini tidaklah benar sama sekali! Tuhan bukanlah penyebab penderitaan atau kebahagiaan, nasib baik atau buruk! Lalu, siapakah yang membawa baik dan buruk? Jawabannya adalah - kita sendiri! Hujan turun dengan sama di atas tanah, baik tanah yang telah dibajak ataupun tanah yang tidak dibajak. Hanya tanah yang telah dibajak yang merasakan manfaatnya! Dalam hal ini, awan tidak bisa disalahkan. Kesalahannya terletak pada si pemalas yang bodoh yang membiarkan tanahnya terbengkalai. Berkat Tuhan selalu ada di tangan. Tidak 'lebih atau kurang,' dan tidak berubah. Kita bisa memanfaatkannya, membiarkannya berlalu, atau menggunakannya untuk kebaikan kita.
-BABA
No comments:
Post a Comment