The Guru warns and wakens. He reveals the truth and encourages you to progress towards it. Unless, you have the yearning, the questioning heart, the seeking intelligence, he cannot do much. The hungry can be fed; he who has no hunger will discard food as an infliction. The Guru is a gardener, who will tend the plant; but the sapling must have sprouted before he can take charge. He does not add anything new to the plant; he only helps it to grow according to its own destiny, quicker perhaps, more fully perhaps, but, not against its inner nature. He removes the spiritual poverty by pointing to the treasure that lies buried within oneself; he advises the method of recovering it, the vigilance needed to use it to the best advantage.
Guru memperingatkan dan membangunkanmu. Dia mengungkapkan kebenaran dan mendorongmu untuk kemajuan ke arah itu. Kalau engkau tidak memiliki kerinduan, pertanyaan dalam hati, pencarian kecerdasan, ia tidak akan bisa berbuat banyak. Yang lapar berhak untuk mendapatkan makanan, ia yang kelaparan tidak akan membuang makanan karena akan menimbulkan penderitaan. Guru dapat diibaratkan seperti seorang tukang kebun, yang akan memelihara tanaman, tetapi tanaman muda harus tumbuh sebelum ia dapat mengambil alih untuk merawat tanaman tersebut. Tukang kebun itu tidak menambahkan sesuatu yang baru bagi tanaman tersebut, ia hanya membantu tanaman itu agar bisa tumbuh sesuai dengan takdirnya sendiri, mungkin lebih cepat, mungkin lebih sempurna, tetapi, tidak melawan sifat alamiahnya. Ia menghilangkan kemiskinan spiritual dengan merujuk pada harta karun yang terkubur dalam diri sendiri; ia menyarankan metode pemulihan itu, kewaspadaan yang diperlukan untuk menggunakannya untuk kesempatan yang terbaik.
-BABA
No comments:
Post a Comment