In the Ramayana story, Queen Kaikeyi yields to the selfish wiles of her maid and as a consequence, her lord King Dasaratha lost his life. Rama who she regarded as her very life-breath was exiled into the forest, and Bharatha her son, disowned her for the very same act! She drew on herself the condemnation from all the people in the Kingdom of Ayodhya. The story is an allegory. Dasaratha is the human body with the five senses of perception and the five senses of action - the ten chariots or Dasha-ratha. He wedded the Queen, the Mind, and the mind yielded to the servant and caused the downfall. This clearly teaches us the legitimate role of the mind as the master of one’s senses. If the master serves the servants, then, he or she loses their self-respect and falls in the esteem of all.
Dalam kisah Ramayana, Ratu Kaikeyi menyerah kepada tipu muslihat egois pembantunya dan sebagai konsekuensinya, Raja Dasaratha kehilangan nyawanya. Rama yang dianggapnya sebagai napas kehidupannya diasingkan ke dalam hutan, dan Bharatha anaknya, tidak mengakuinya dan melakukan tindakan yang sama! Dia mendapatkan kecaman dari semua orang di Kerajaan Ayodhya. Cerita ini adalah sebuah kiasan. Dasaratha dapat diibaratkan sebagai badan manusia dengan panca indera persepsi dan panca indera tindakan - sepuluh kereta atau Dasha-ratha. Dia menikahi Ratu, melambangkan pikiran, dan pikiran menyerah kepada pembantunya dan menyebabkan kejatuhan. Ini jelas mengajarkan kepada kita peran yang masuk akal dari pikiran sebagai master indera. Jika sang master melayani pembantunya, maka, ia kehilangan harga dirinya dan mengalami kejatuhan. (Divine Discourse, 20 Nov 1982)
-BABA
Sunday, June 29, 2014
Thought for the Day - 29th June 2014 (Sunday)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment