Prema (Love) should be shown not only towards God but towards all beings in creation. Love is a powerful force. No other power excels it. Misunderstanding the nature of love, people are falling a prey to suffering. This is the result of misguided expressions of what is considered love. People today worship God for the fulfillment of desires relating to this world and the other. This is not true love. People pretend to love their kith and kin and friends out of purely selfish considerations. This is only attachment and not love. Only that can be described as love which offers itself without any expectation of recompense. In the Gita, God has been described Suhrith (a true friend). Without expecting any return, accompanying you like a shadow, God fulfills your desires. God has no expectations. Suhrith defines the utterly selfless love of the Lord.
Prema (Cinta-kasih) harus ditunjukkan tidak hanya kepada Tuhan, tetapi kepada semua makhluk. Cinta-kasih adalah kekuatan yang kuat. Tidak ada kekuatan lainnya yang bisa mengungguli cinta-kasih. Kesalahpahaman pada sifat cinta-kasih, orang-orang terjerumus ke dalam penderitaan. Ini adalah akibat dari ungkapan yang keliru apa yang dianggap cinta-kasih. Saat ini, orang-orang memuja Tuhan untuk pemenuhan keinginan yang berkaitan dengan dunia ini dan yang lainnya. Ini bukanlah cinta-kasih sejati. Orang-orang mencintai kawan-kawan dan kerabat dan teman-teman demi kepentingan diri mereka sendiri. Ini hanya kemelekatan dan bukan cinta-kasih. Hanya mereka yang mempersembahkan dirinya tanpa mengharapkan balasan dapat digambarkan sebagai cinta-kasih. Dalam Gita, Tuhan telah digambarkan sebagai Suhrith (teman sejati). Tanpa mengharapkan balasan apapun, Tuhan menyertai engkau seperti bayangan, Tuhan memenuhi keinginanmu. Tuhan tidak mengharapkan balasan apapun. Suhrith menggambarkan cinta-kasih sejati tanpa pamrih dari Tuhan. (Divine Discourse, Apr 1, 1995.)
-BABA
No comments:
Post a Comment