Ravana was a great scholar. He mastered 64 distinct fields of knowledge, including the language of animals, birds and insects. He possessed all knowledge, wealth and prosperity that equaled heaven. He used his penance as a means to acquire mastery over the physical world, reposing his faith on the phenomenal world and not on the Creator. He chose not to enquire about the Creator of the phenomenal world. The Universe is the Creator’s property. Rama was the Creator Himself and Sita was Rama’s Power (Shakti). Ravana, giving in to lust, desire and greed, developed hatred and enmity towards Rama and abducted Mother Sita. What was the result? Not only he, but his entire kingdom was destroyed. Despite such high knowledge and prowess, he failed to recognize the Divine within and ruined himself due to a moral lapse. Thus Ramayana clearly teaches the lesson that spiritual wisdom alone saves, and is essential.
Rahwana adalah seorang terpelajar. Ia menguasai 64 bidang pengetahuan yang berbeda, termasuk bahasa hewan, burung dan serangga. Ia memiliki semua pengetahuan, kekayaan, dan kemakmuran yang setara dengan surga. Dia menggunakan pertapaannya sebagai sarana untuk memperoleh penguasaan atas dunia fisik, meletakkan keyakinannya pada dunia fenomenal, bukan pada Sang Pencipta. Dia memilih untuk tidak mencari/menyelidiki Sang Pencipta dunia fenomenal. Alam semesta adalah milik Sang Pencipta. Rama adalah Sang Pencipta itu sendiri dan Sita adalah kekuatan (Shakti)-nya Rama. Rahwana, menyerah pada nafsu, keinginan dan keserakahan, kebencian dan permusuhan yang dikembangkan terhadap Rama dan menculik Ibu Sita. Apa hasilnya? Tidak hanya dia, tapi seluruh kerajaannya hancur. Meskipun memiliki pengetahuan dan kecakapan yang tinggi, ia gagal untuk mengenali Tuhan yang ada dalam dirinya dan hancur karena kejatuhan moral. Jadi Ramayana dengan jelas mengajarkan hanya pelajaran kebijaksanaan spiritual yang penting dan dapat menyelamatkanmu. ( (My Dear Students, Vol 2, Ch 17, Sep 17, 1992)
-BABA
No comments:
Post a Comment