In the drama of life, some act on the basis that nothing belongs to them and that, whatever words one utters or whatever action one does, all belong to God and nothing is their own. They play their role in this spirit, ascribing nothing to oneself. The other category are those that are like the actors who are conscious of the role they are playing and do not forget their individuality in their actions. They do not consider themselves as merely acting a part but as the doer. The difference between the two is that while the former realises the temporary nature of the part being played and is not attached to the things connected with the role, the other develops attachment to the role and does not wish to part with things connected with the role. Presently, most people suffer from the possessive attitude. The reason is the failure to use the senses properly and enslavement to the desires prompted by them. Train your sense organs only to perceive sacred things and abstain from indiscriminate enjoyment.
Dalam drama kehidupan, tindakan apapun yang dilakukan, kata-kata apapun yang diucapkan semuanya bukanlah milikmu, semuanya adalah milik Tuhan dan tidak ada yang merupakan milikmu sendiri. Mereka memainkan peran mereka dalam semangat ini, menganggap apapun untuk dirinya sendiri. Kategori lain adalah mereka yang seperti aktor yang sadar akan peran yang mereka mainkan dan tidak lupa individualitas mereka dalam tindakan mereka. Mereka tidak menganggap diri mereka bertindak sebagai bagian dari drama tetapi sebagai pelaku. Perbedaan antara keduanya adalah yang terdahulu menyadari sifatnya yang sementara sebagai bagian yang dimainkan dan tidak terikat pada hal-hal yang berhubungan dengan perannya, sementara yang lainnya mengembangkan ikatan dengan perannya dan tidak ingin berpisah dengan hal-hal yang berhubungan dengan peran tersebut. Saat ini, kebanyakan orang mengalami sikap posesif. Alasannya adalah kegagalan untuk menggunakan indera dengan benar dan menjadi budak keinginan mereka. Engkau hendaknya melatih inderamu hanya untuk melihat hal-hal suci dan menjauhkan diri dari kenikmatan duniawi. (My Dear Students, Vol 5, Ch 3, Feb 15, 1998)
-BABA
No comments:
Post a Comment