Every being passes through the stages of birth, youth, old age and death. Childhood is spent in playing, youth in family life and old age in discharging responsibilities. One way or the other, there is mental suffering associated with each of these stages. Our attitude to life is akin to that of a tamarind. The tamarind is made up of three parts – the seed, the skin and the fruit. Similarly a human being has the gross body, the subtle body and the causal body. Suppose a raw, young tamarind is hit with a stone, the outer layer as well as the inner layer will be hurt. On the other hand, when a ripe tamarind is hit with a stone, only the outer skin breaks and the juice is available for consumption. The one with worldly associations is similar to a raw tamarind. Gradually, give up all desires, as the nature of desires is to multiply.
Setiap makhluk melewati tahapan-tahapan kelahiran, masa muda, usia tua, dan kematian. Masa kanak-kanak dilewatkan dalam bermain, masa muda dalam kehidupan keluarga, dan masa tua dalam melaksanakan tanggung jawab. Salah satu jalan atau jalan lainnya, ada penderitaan mental yang terkait dengan setiap tahapan. Sikap kita terhadap kehidupan ini mirip dengan buah asam. Asam terdiri dari tiga bagian - bibit, kulit, dan buah. Demikian pula manusia memiliki badan kasar, badan halus, dan badan kausal. Saat masih mentah, ketika asam muda dipukul dengan batu, lapisan luar serta lapisan dalam akan hancur. Di sisi lain, ketika asam yang matang dipukul dengan batu, hanya kulit bagian luar yang hancur dan sari buah/jus asam siap untuk di konsumsi. Seseorang dengan hubungan duniawi mirip dengan asam yang mentah. Secara bertahap, tinggalkanlah semua keinginan, karena sifat sejati dari keinginan adalah senantiasa berkembang.
-BABA
No comments:
Post a Comment