Ponder on a river merging in the ocean. The waters of the ocean rise up as vapour when warmed by the Sun and form clouds, which come down as drops of rain. Each drop has inside it the yearning to return to the ocean from which it has been exiled. But, the feeling of individuality overcomes the yearning. The raindrops accumulate and flow as brooks and streams which swell into tributaries of rivers, flooding the plains. At last, the river merges into the ocean and loses its name, form and attributes. In spite of all modifications undergone in the journey from ocean to ocean, water remains as water in vapour, cloud, rain and river. Names, forms and qualities do change but the core remains unchanged. Man too emerges from the ocean of Divinity and his destiny is to merge in it. This is the Truth. This is the Reality. That Thou Art. Be firm in that faith.
Merenungkan saat sebuah sungai menyatu pada lautan. Air di lautan akan menguap naik sebagai uap air ketika disinari oleh matahari dan membentuk awan, yang kemudian jatuh sebagai air hujan. Setiap tetes air hujan memiliki kerinduan di dalamnya untuk kembali ke lautan yang mana merupakan asal mulanya. Namun, perasaan individualitas mengatasi kerinduan. Tetesan air hujan berkumpul dan mengalir sebagai sebuah air selokan dan alirannya yang bertambah besar menjadi aliran anak sungai, membanjiri daratan. Pada akhirnya, sungai menyatu pada lautan dan kehilangan Nama, bentuk, dan sifatnya. Sekalipun berbagai jenis perubahan yang dialami dalam perjalanan dari lautan menuju ke lautan kembali, air tetap sama sebagai air dalam uap air, awan, hujan, dan sungai. Nama, bentuk, dan kualitas mengalami perubahan namun intinya tetaplah tidak berubah. Manusia juga muncul dari lautan keilahian dan takdirnya adalah menyatu kembali ke asalnya. Ini adalah kenyataan sejati. Engkau adalah Tuhan. Yakinlah pada keyakinan itu. (Divine Discourse, Jan 2, 1987)
-BABA
No comments:
Post a Comment