The cause for all troubles, confusion and turmoil is the fact that we have lost mastery over our senses. By leaving senses unfettered and unregulated, we will not be able to discriminate properly, and think coolly, calmly and rationally. Thus many times we are misled into wrong actions. In our daily lives, we know that when we become angry, our nerves become weak and feeble, and we lose grip over ourselves. Even a moment of anger takes away our strength we gather by eating good food for three months. Anger not only debilitates us, it takes away merit of our good deeds, and also enfeebles our condition. Anger is like an intoxicant. Internally, it induces us to do wrong things. Anger leads us to commit all other sins. This is the source of all sins. It is a great demon. If we are able to control anger, we shall be in a position to attain merit through the utterance of Lord’s Name.
Sebab dari semua masalah, kebingungan, dan kekacauan adalah kenyataan bahwa kita telah kehilangan dalam menguasai indera kita. Dengan membiarkan indera tidak terkendali dan tidak diatur, kita tidak akan mampu membedakan dengan baik, berpikir dengan tenang, dan rasional. Jadi sering sekali kita tersesat pada tindakan yang salah. Dalam hidup kita sehari-hari, kita mengetahui bahwa ketika kita marah, maka sistem syaraf kita menjadi lemah dan kita kehilangan pegangan pada diri kita sendiri. Bahkan kemarahan yang sebentar saja menghilangkan kekuatan yang telah kita kumpulkan dengan mengonsumsi makanan selama tiga bulan. Kemarahan tidak hanya melemahkan diri kita, kemarahan menghilangkan pahala baik dari perbuatan-perbuatan baik kita, kemarahan juga melemahkan kondisi kita. Kemarahan adalah seperti minuman keras. Di dalam batin, hal ini mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang tidak benar. Kemarahan menuntun kita melakukan semua dosa yang lainnya. Ini adalah sumber dari semua dosa. Kemarahan adalah raksasa yang paling kuat. Jika kita mampu mengendalikan kemarahan, kita akan mencapai posisi untuk bisa mendapatkan pahala baik melalui menyebutkan nama suci Tuhan. (Ch 17, Summer Showers in Brindavan 1972)
-BABA
No comments:
Post a Comment