Education is not to be taken as a process of filling an empty sack and pouring out its contents, making its sack empty again. It is not the head that has to be filled through education, it is the heart that has to be cleansed, expanded and illumined. Education is for life, not a living. The sign of the educated man is the humility, that he has not been able to know the vast unknown that still remains to be explored. The educated man must realise that he has more obligations than privileges, more duties than rights. He has to serve the society amidst which he is placed and the heritage that has been handed over by forefathers. He should be delighted to serve and not desire to dominate. For, service is divine; service makes life worthwhile. Service is the best way to use one’s skills, intelligence, strength and resources.
Pendidikan bukanlah sebagai sebuah proses dalam mengisi karung kosong dan kemudian mengeluarkan isinya kembali, membuat karung itu kosong kembali. Ini bukanlah kepala yang harus diisi melalui pendidikan namun adalah hati yang harus dibersihkan, dikembangkan, dan diterangi. Pendidikan adalah untuk hidup dan bukan untuk mencari nafkah. Tanda dari seseorang yang berpendidikan adalah kerendahan hati, bahwa ia belum mampu mengetahui hal yang tidak diketahui yang begitu luas yang masih perlu untuk diungkapkan. Manusia yang berpendidikan harus menyadari bahwa ia memiliki lebih banyak kewajiban daripada hak istimewa, lebih banyak kewajiban daripada hak. Dia yang berpendidikan harus melayani masyarakat dimana dia ditempatkan dan warisan yang telah diserahkan oleh nenek moyang. Dia harus penuh kebahagiaan dalam melayani dan tidak ingin mendominasi. Karena, pelayanan adalah Tuhan; pelayanan membuat hidup menjadi berharga. Pelayanan adalah cara terbaik untuk menggunakan keahlian, kecerdasan, kekuatan, dan sumber daya seseorang! (Divine Discourse, Apr 01, 1973)
-BABA
No comments:
Post a Comment