A devotee must regard pure mind as the abode of the Lord. One must fill the mind with pure, sacred and divine thoughts, and redeem one’s entire life. The Chataka bird endures many ordeals to secure unsullied raindrops from clouds. The moment it espies a dark cloud in the sky, it embarks on its adventure. Water is aplenty on earth in lakes, ponds and rivers. But the Chataka bird has no use for these polluted waters. It waits for pure raindrops in the month of Karthik and does not seek any other water. It is undaunted by thunder and lightning; seeks only pure raindrops falling from clouds, without fear or concern. It sings in joy as it drinks raindrops. The Chataka bird is an example of pure love. True devotees should perform a similar penance to realise God. One must have the same determination and go through similar ordeals to experience the ultimate ecstasy. One must not succumb to the wiles and attractions of the world.
Seorang bhakta harus menganggap pikiran yang murni sebagai tempat tinggal Tuhan. Seseorang harus mengisi pikiran dengan gagasan-gagasan yang murni, suci dan Ilahi, serta dapat menyelamatkan seluruh hidupnya. Burung Chataka mengalami banyak cobaan berat untuk bisa mendapatkan tetesan air yang murni dari awan. Pada saat burung Chataka melihat gumpalan awan gelap di langit, maka burung Chataka memulai petualangannya. Air begitu berkelimpahan di bumi yaitu di danau, kolam, dan sungai. Namun burung Chataka tidak menggunakan air-air yang tercemar ini. Burung Chataka akan menunggu jatuhnya tetes air yang murni di bulan Karthik dan tidak mencari air yang lainnya. Burung Chataka tidak takut dengan petir dan guntur; tujuannya hanya mencari tetes air yang murni yang jatuh dari awan-awan, tanpa mengenal takut atau cemas. Burung Chataka bersiul dalam suka cita saat meminum tetes tetes air yang murni ini. Burung Chataka adalah sebuah contoh dari kasih yang murni. Bhakta yang sejati seharusnya melakukan sebuah usaha atau tapa brata yang sama untuk dapat menyadari Tuhan. Seseorang harus memiliki keteguhan hati yang sama dan menghadapi cobaan yang sama untuk mengalami sukacita yang tertinggi. Seseorang seharusnya tidak menjadi menyerah pada tipu muslihat dan daya tarik dunia! (Divine Discourse, Feb 12, 1991)
-BABA