While
in the forest, Rama was once reclining with His head on the lap of
Sugriva and the monkey leaders were around Him. The moon was shining
overhead in full glory, but there was the tell-tale spot which marred
the fullness of the effulgence. Rama asked each one of them what the
spot indicated. Each one gave a different explanation. The reflection of
the sea, one said, a deep pit, said another; a mountain range said a
third. It was Hanuman’s turn – He said, “It is Your reflection I see on
the moon, Your colour, nothing else!” That was a simple example of his
devotion. Everywhere, every time, in every person, he only saw Lord
Rama. One must dedicate all tasks as offerings to the Lord. Never
deviate from that attitude. Hanuman was such a devotee; Rama was the
very life-breath for him.
Saat
di dalam hutan, suatu ketika Sri Rama berbaring dengan kepala-Nya di
atas pangkuan Sugriwa dan pemimpin monyet berada di sekitar-Nya. Bulan
bersinar di atas kepala dalam kemuliaan penuh, tetapi ada terlihat suatu
tanda (kekurangan/kelemahan) yang merusak kesempurnaan cahaya
tersebut. Sri Rama meminta pendapat mereka masing-masing mengenai hal
tersebut. Masing-masing memberikan penjelasan yang berbeda. Yang pertama
menyatakan itu merupakan refleksi dari laut, yang kedua menyebutkan,
itu merupakan sebuah lubang yang dalam, dan yang ketiga menyatakan itu
sebuah pegunungan. Sekarang giliran Hanuman - Dia berkata, "! Ini adalah
refleksi dari Engkau yang aku lihat di bulan, rona yang Engkau
pancarkan, tidak ada yang lain." Itu merupakan contoh sederhana
pengabdian Hanuman. Di mana-mana, setiap saat, pada setiap orang, ia
hanya melihat Sri Rama. Seseorang harus mendedikasikan semua
pekerjaannya sebagai persembahan kepada Tuhan. Janganlah menyimpang
dari sikap itu. Hanuman adalah pemuja/bhakta seperti itu; Sri Rama
adalah nafas-kehidupan baginya.
-BABA
No comments:
Post a Comment