The body is the chariot, buddhi (intelligence) is the charioteer, desires are the roads through which it is drawn by the rope of sensual attachments, moksha (liberation) is the goal, and Moola-Virat-Swarupa (the primal-all-pervasive-Divine) is the Master in the chariot. The car which you carry about has to be treated thus. Instead, people are wildly milling round and round, in dreary circles, from birth to death, pulled by wishes or pushed by needs. No milestones on the pilgrim road are crossed, no bridges are negotiated, and no progress is registered. The very process of the journey is ignored. You may say that progress is possible only through My grace; but though My Heart is soft as butter, it melts only when there is some warmth in your prayer. Unless you make some disciplined effort or undertake some sadhana, grace cannot descend on you. The yearning and the agony of unfulfilled aim melts My Heart. That is the Avedana (anguish) that wins grace.
Tubuh adalah kereta, buddhi (kecerdasan) adalah kusir, keinginan adalah jalan yang ditarik oleh tali keterikatan sensual, moksha (pembebasan) adalah tujuan, dan Moola-Virat-Swarupa (Tuhan utama yang meresapi semuanya) adalah majikan yang ada di dalam kendaraan. Mobil yang engkau kendarai harus diperlakukan sedemikian rupa. Sebaliknya, orang-orang berputar-putar secara intens dalam lingkaran yang suram, dari kelahiran ke kematian, ditarik oleh keinginan atau didorong oleh kebutuhan. Tidak ada batu peringatan di atas jalan yang dilewati, tidak ada jembatan yang dirundingkan, dan tidak ada kemajuan yang dicatat. Setiap proses perjalanan diabaikan. Engkau mungkin mengatakan bahwa kemajuan hanya bisa terjadi oleh rahmat-Ku; namun walaupun hati-Ku lembut seperti halnya mentega, hati-Ku hanya luluh ketika ada kehangatan dalam doamu. Kecuali engkau melakukan usaha disiplin atau menjalani beberapa Sadhana, maka rahmat tidak dapat dianugerahkan kepadamu. Kerinduan dan penderitaan karena tujuan tidak terpenuhi meluluhkan hati-Ku. Itu adalah Avedana (kesedihan) yang bisa memenangkan rahmat itu! (Divine Discourse, Jan 13, 1969)
-BABA
No comments:
Post a Comment