The sages addressed all human beings as ‘Children of Immortality, Amirtasya-putrah." But in spite of this definite assurance and the inexhaustible joy that can be experienced therefrom, man degrades himself into an Anrita-putra (child of falsehood) and starts wailing that he lacks this, that or some other comfort or contraption! Thieves who rob him of valuable treasures like peace and contentment, equipoise and courage, are being honoured as masters, and masters who ensure peace and happiness are treated with irreverence and disgust. You can bolt your doors and windows against thieves, but who can bolt the door against death? The thieves - lust, anger, greed, attachment, pride and hate - are honoured as welcome guests and the real well-wishers like tranquillity and humility are shown the door!
Orang-orang suci menyebut semua manusia sebagai ‘anak-anak keabadian, Amirtasya-putrah." Namun terlepas dari jaminan pasti dan suka cita yang tidak terbatas yang dapat dialami darinya, manusia merendahkan dirinya menjadi Anrita-putra (anak kepalsuan) dan mulai meratapi bahwa dia kekurangan ini-itu atau beberapa kenyamanan atau peralatan lainnya! Pencuri yang merampok harta berharga seperti kedamaian dan kepuasan, keseimbangan dan keberanian, sedang dihormati sebagai tuan atau majikan, sedangkan majikan yang memastikan kedamaian dan kebahagiaan diperlakukan dengan tidak hormat dan menjijikkan. Engkau dapat mengunci pintu dan jendelamu dari pencuri itu, namun siapa yang dapat mengunci pintu terhadap kematian? Para pencuri yaitu – nafsu, amarah, ketamakan, keterikatan, kesombongan, dan kebencian – dihormati serta disambut sebagai tamu sedangkan penopang yang sejati seperti ketenangan dan kerendahan hati ditunjukkan pintu keluar! (Divine Discourse, Feb 15, 1969)
-BABA
No comments:
Post a Comment