It is only through action that devotion can be deepened. Action cleanses the mind and makes it fit for spiritual knowledge. Merely listening to noble thoughts (sravanam) is a thaamasik act. Recapitulation (manana) is Rajasik and complete assimilation (nidhidhyasana) is Saathwik. When you are simply listening, quietly receiving without reflecting or responding, you are dull (thaamasik). When you turn the thought over in your mind, attempting to assimilate it, then you are active (rajasik), and when you are sunk in the sweetness of experience, you enjoy pure exultation (sathwik). That Nidhidhyasana is the fruit of devotion. To overcome obstacles in the spiritual path, you must have both, Sadhana and Sankalpa – Self-effort and Divine Grace.
Hanya melalui tindakan/perbuatan, bhakti/pengabdian dapat diperdalam. Tindakan/perbuatan dapat membersihkan pikiran dan membuatnya tepat untuk pengetahuan spiritual. Hanya mendengarkan wacana-wacana suci (sravanam) adalah tindakan thaamasik. Rekapitulasi/mengulang-ulang (manana) adalah Rajasik dan memahaminya dengan lengkap (nidhidhyasana) adalah Saathwik. Saat engkau hanya mendengarkan, hanya menerima tanpa refleksi atau merespons, engkau berada dalam tahap lamban (thaamasik). Ketika engkau merenungkannya dalam pikiran-mu, mencoba untuk memahaminya, maka engkau menjadi aktif (rajasik), dan ketika engkau tenggelam dalam manisnya pengalaman tersebut, engkau menikmati kebahagiaan murni (sathwik). Nidhidhyasana tersebut adalah buah dari pengabdian. Untuk mengatasi hambatan dalam jalan spiritual, engkau harus memiliki keduanya, Sadhana dan Sankalpa - Usaha dan Berkat Tuhan.
-BABA
Saturday, June 29, 2013
Thought for the Day - 29th June 2013 (Saturday)
Friday, June 28, 2013
Thought for the Day - 28th June 2013 (Friday)
The doctor is found where patients gather. So too, the Lord is always with the suffering and struggling. The patient who desires to improve must have faith in the doctor and carry out the instructions. Unless you have obeyed the orders of the doctor strictly and to the very letter, you have no authority to pronounce judgement on the doctor. Also remember that the doctor’s treatment will vary with each patient – it will depend upon the ailment, the age, the virulence of the disease and the treatment already undertaken. Apart from the prescription, one has to also adhere to the dietary and other regulations that the doctor recommends. That is to say, it is not merely practices like japam and dhyana (Remembering God’s name and meditation) that will have to be done, but in order to supplement the effect of these, you have to lead a regulated life, a life conducive to good thoughts, with Sathwik (virtuous) food and pursuits.
Dimana ada pasien, disana dokter dapat ditemukan. Demikian juga, Tuhan selalu ada bagi mereka yang berjuang dan bagi mereka yang mengalami penderitaan. Pasien yang menginginkan untuk sembuh harus memiliki kepercayaan pada dokter dan melaksanakan instruksi-instruksinya. Kalau engkau tidak menuruti perintah dokter dengan baik, engkau tidak berhak untuk menyalahkan si dokter. Juga ingatlah bahwa pengobatan dokter akan bervariasi pada setiap pasien - itu akan tergantung pada penyakit, usia, virulensi penyakit dan pengobatan yang telah dilakukan. Selain resep, seseorang juga harus mematuhi diet dan peraturan-peraturan lainnya yang disarankan oleh dokter. Ini dapat diartikan, tidak hanya praktik spiritual seperti japam dan dhyanam (mengulang-ulang nama Tuhan dan meditasi) yang harus dilakukan, tetapi untuk menambah efek tersebut, engkau harus menjalani hidup yang teratur, kehidupan kondusif untuk pikiran yang baik,disertai dengan makanan yang Sathwik (baik).
-BABA
Thursday, June 27, 2013
Thought for the Day - 27th June 2013 (Thursday)
Restlessness (ashanti) is on the rise because of attachment, hate and infatuation. These are born out of ignorance, which causes delusion. Things seen in darkness cannot be clear – a rope is mistaken to be a snake, a piece of glass may be coveted as a diamond. So this indistinct light, that is, this mistaken notion, must go. This can happen only when the methods of discovering the truth are learnt. That is what the Scriptures and the learned ones teach. They guide you to direct your outward seeking senses inward. The inner realm of impulses, instincts, habits, prejudices and attitudes must be cleansed before God can be reflected clear and bright therein.
Perasaan gelisah/tidak damai (ashanti) muncul disebabkan oleh kemelekatan, kebencian, dan kegilaan. Perasaan ini lahir dari ketidaktahuan, yang menyebabkan delusi. Sesuatu yang terlihat dalam kegelapan tidak akan jelas terlihat - seutas tali bisa jadi dianggap sebagai seekor ular, sepotong kaca bisa jadi dianggap sebagai sebuah berlian. Jadi, apa yang terlihat keliru tersebut, harus dibiarkan pergi. Untuk itu, hendaknya yang dipelajari adalah metode untuk menemukan kebenaran. Itulah Kitab Suci dan para terpelajar (mereka yang telah mempelajari dan memahami Kitab suci) hendaknya mengajarkannya. Mereka menuntun-mu untuk mengarahkan indera (lahiriah) menuju ke dalam batin. Batin, impuls, insting, kebiasaan, prasangka, dan sikap harus dimurnikan terlebih dahulu agar Tuhan dapat tercermin jelas dan cemerlang di dalamnya.
-BABA
Wednesday, June 26, 2013
Thought for the Day - 26th June 2013 (Wednesday)
God does not want the flower or fruit that you can buy in the street. Instead, bring to Him the fragrant flower of a pure heart and the fruit of your mind, mellowed from spiritual practices (Sadhana). That pleases Him the most, not the items that are readily available in the market for purchase. Those items that you buy do not elevate your mind –however, your spiritual practices will do it for you! To get a taste for that kind of effort, you must keep the company of the good and great, and take delight in noble thoughts. By whatever means that is available to you, increase your stock of bliss and improve your discrimination. Try to store as many of these as possible, so that you draw up from the reservoir of your storage, whenever the need arises.
Tuhan tidak menginginkan bunga-bunga atau buah-buahan yang engkau beli di jalan. Sebaliknya, bawalah kehadapan-Nya bunga yang harum yang berasal dari hati yang murni dan buah pikiranmu, yang matang karena praktik-praktik spiritual (Sadhana). Itu akan sangat menyenangkan hati-Nya, bukan barang yang engkau beli di pasar. Barang-barang yang engkau beli tidak meningkatkan batinmu - tetapi praktik-praktik spiritual-mu dapat melakukan hal tersebut untuk-mu! Untuk lebih merasakan manfaat usaha-usaha (spiritual) yang dilakukan, engkau harus menjaga pergaulan yang baik dan mulia, dan senantiasa memiliki pikiran-pikiran yang mulia. Dengan cara apapun, engkau hendaknya meningkatkan stock kebahagiaan dalam dirimu dan meningkatkan diskriminasi. Cobalah untuk menyimpan ini sebanyak mungkin, sehingga engkau dapat mengambilnya dari ruang penyimpananmu, kapanpun diperlukan.
-BABA
Tuesday, June 25, 2013
Thought for the Day - 25th June 2013 (Tuesday)
The chief source of bliss is dedication to God. Nothing else can give that genuine and everlasting joy. Become conscious of your kinship with the Lord - it is not mere folklore or a fairy tale or a faked theory. This kinship has existed from the beginning of Time and will persist till the very end of Time. Every individual is born in the path of righteousness (Dharma Marga), journeys through the path of action (Karma Marga), rushes through the path of sages (Sadhu Marga) to reach the Supreme Reality (Brahma Marga). The path of action and the path of the Sages are illumined by the Jnanendriyas (organs of perception). Keep the Jnanendriyas and the Karmendriyas (sense organs) uncontaminated and pure. The cow eats grass and drinks gruel and gives sweet, sustaining milk. So too, let the experiences you gather through the organs, help in the production of sweetness and kindness. With pure devotion, lead your lives in peace and bliss.
Sumber utama kebahagiaan adalah pengabdian pada Tuhan. Tidak ada lagi yang bisa memberikan sukacita yang sejati dan abadi. Sadarilah kekerabatan dengan Tuhan - tidak hanya cerita rakyat atau dongeng atau teori palsu. Kekerabatan ini telah ada sejak awal Waktu dan akan bertahan hingga akhir Waktu. Setiap individu dilahirkan di jalan kebenaran (Dharma Marga), perjalanan melalui jalan tindakan/perbuatan (Karma Marga), menjadi orang yang bijaksana (Sadhu Marga) untuk mencapai Realitas Tertinggi (Brahma Marga). Jalan tindakan dan menuju orang yang bijaksana diterangi oleh Jnanendriyas (organ persepsi). Jagalah Jnanendriyas dan Karmendriyas (indra) tidak tercemar dan murni. Sapi makan rumput dan diberikan minuman yang baik, sehingga menghasilkan susu. Demikian juga, galilah pengalamanmu melalui organ-organ jasmani, yang nantinya membantu untuk menghasilkan kebaikan. Dengan pengabdian yang murni, jalanilah kehidupanmu dalam kedamaian dan kebahagiaan.
-BABA
Monday, June 24, 2013
Thought for the Day - 24th June 2013 (Monday)
Arjuna’s dejection was a case of finely disguised egoism. He was a hero until he came to the battlefield and became a coward. It was all about ‘I and Mine’; “I will go to hell, I would rather beg, I will not fight my uncle, my Guru, my cousin, etc.” ‘I and mine’ are two poison fangs; they have to be removed to make you harmless. Krishna counselled Arjuna: “You are not killing, so don’t be conceited, they are deathless; the death sentence on their bodies has already been pronounced and you are merely executing God’s will!” Krishna made Arjuna aware of himself and removed his delusions. Arjuna realized that he was but an instrument in the hands of the Lord. You too must learn from that lesson, for otherwise, there will be no end to your misery. Always pray Thamaso maa jyothirgamaya - Lead me from darkness to light. Egoism is darkness (thamas); Surrender (Sharanagathi) is light.
Penderitaan Arjuna disebabkan oleh egoisme yang menyelubunginya. Dia adalah pahlawan sampai ia datang ke medan perang dan menjadi pengecut. Itu semua tentang 'Aku dan Kepunyaan-Ku': "Aku akan masuk neraka, aku lebih baik menolak, aku tidak akan melawan paman-ku, Guru-ku, sepupu-ku, dll." 'Aku dan kepunyaanku adalah dua ular beracun; keduanya harus disingkirkan untuk membuatmu tidak berbahaya. Krishna menasihati Arjuna: "Engkau tidak membunuh, jadi janganlah sombong, mereka sesungguhnya kekal, kematian pada badan jasmani mereka telah dijatuhkan dan engkau hanya menjalankan kehendak Tuhan!" Krishna membuat Arjuna menyadari dirinya dan menghapus delusi. Arjuna menyadari bahwa ia hanyalah alat di tangan Tuhan. Engkau juga harus belajar dari pelajaran itu, karena kalau tidak, tidak akan ada akhir dari penderitaan-mu. Selalulah berdoa Thamaso maa jyothirgamaya - Tuntunlah aku dari kegelapan menuju cahaya. Egoisme adalah kegelapan (thamas); Surrender (Sharanagathi) adalah cahaya.
-BABA
Sunday, June 23, 2013
Thought for the Day - 23rd June 2013 (Sunday)
The gods once imagined that they were able to get victory over the demons because of their own prowess. When they were celebrating the victory, a deity appeared before them and cast a blade of grass on the ground. It asked Agni (God of fire) to burn it; but he could not. It challenged Vayu (God of Air) to lift it, but he could not. It provoked Varuna (God of Water) to wet it, but, in spite of his best efforts, he could not. Then when their pride had been pricked, the deity taught them the Brahma Vidya (science of Brahman), which reveals the inner source of all strength. This is no ordinary story; Agni is the presiding deity of vaak (speech) and so it tells us that speech has to be humble, that it derives its power only from the basic Universal Principle. Vaayu is prana (the vital air). Humility in behaviour and practice are all that count, especially in Sadhana.
Suatu ketika para dewa membayangkan bahwa mereka mampu untuk mendapatkan kemenangan atas setan/iblis karena kehebatan mereka sendiri. Ketika mereka merayakan kemenangan, dewata muncul di hadapan mereka dan melemparkan sehelai rumput di tanah. Ia meminta Agni (Dewa api) untuk membakarnya, tetapi tidak bisa. Ia menantang Vayu (Dewa Angin) untuk mencabutnya, tetapi tidak bisa. Ia memprovokasi Varuna (Dewa Air) untuk membasahi, tetapi meskipun sudah melakukan upaya terbaiknya, dia tidak bisa melakukannya. Kemudian ketika kebanggaan mereka telah tertusuk, Beliau mengajarkan mereka tentang Brahma Vidya (pengetahuan tentang Brahman), yang mengungkapkan sumber batin dari segala kekuatan. Agni adalah dewa pemimpin dari vaak (kemampuan berbicara), sehingga memberitahu kita bahwa berbicara harus rendah hati, bahwa kekuatan itu berasal hanya dari Prinsip universal. Vaayu adalah prana (udara vital). Kerendahan hati dalam perilaku dan mempraktikkan semuanya sangat berarti, terutama dalam Sadhana.
-BABA
Saturday, June 22, 2013
Thought for the Day - 22nd June 2013 (Saturday)
Cutivate Love (Prema) towards all, it will destroy envy, anger and hatred. God and Desire (Rama & Kama) cannot co-exist in the same heart. Trust begets trust, love begets love. If you talk to another with much love, they cannot develop any hatred towards you. Love makes the whole world kin. It is the greatest instrument of concord. The farmer plants the seedling and watches over it with great care. He removes the weeds, he destroys the pests, waters it as and when necessary and spreads manure and awaits the day when he can reap the harvest and fill his granary. So too, you must carefully nourish love and pluck out the weeds of hatred and envy within you. Wear the glasses of love and everyone will appear loveable and good. You will get what you search for, you will see what your eyes crave for. Develop a holy vision, you will then see holiness everywhere.
Kembangkanlah Cinta-kasih (Prema) pada semuanya, itu akan menghancurkan iri hati, amarah dan kebencian. Tuhan dan Keinginan (Rama & Kama) tidak dapat hidup berdampingan dalam hati yang sama. Kepercayaan melahirkan kepercayaan, cinta-kasih melahirkan cinta-kasih. Jika engkau berbicara penuh cinta-kasih pada orang lain, mereka tidak dapat mengembangkan kebencian kepadamu. Cinta-kasih dapat membuat persaudaraan di seluruh dunia. Inilah instrumen terbesar kerukunan. Para petani, menanam bibit tanaman dan menjaga serta memeliharanya dengan hati-hati. Ia menghilangkan gulma, menghancurkan hama, mengairi dan menyebar pupuk dan menunggu hari ketika dia bisa menuai dan mengisi lumbung-nya. Demikian juga, engkau harus memelihara cinta-kasih dan mencabut rumput liar kebencian dan iri hati dalam dirimu. Kenakanlah kacamata cinta-kasih dan semua orang akan nampak penuh cinta-kasih dan baik. Engkau akan mendapatkan apa yang engkau cari, engkau akan melihat apa yang engkau dambakan. Kembangkanlah visi yang suci, maka engkau akan melihat kesucian dimana-mana.
-BABA
Friday, June 21, 2013
Thought for the Day - 21st June 2013 (Friday)
All the five senses subserve the same Purusha. It is one family, under one Master. The senses need not necessarily be inimical; they can be trained to cooperate in the sadhana. Why? Even intellect can become an enemy, if it promotes conceit and competitive exhibitionism. The easiest way to illumine your inner consciousness and your behaviour, is to light the lamp of the Name of the Lord on your tongue. Take the Lord’s Name; His light will drive out darkness from both inside and outside. Keep the lamp shining, bright and clear, for ever. You will soon reach remarkable heights and enjoy happiness, the like of which you cannot get by sticking to the senses.
Semua panca indera mengabdi pada Purusha yang sama. Ini adalah satu keluarga, di bawah satu Master. Indera tidak perlu bertentangan; mereka dapat dilatih untuk bekerja sama dalam sadhana. Mengapa? Bahkan intelek bisa menjadi musuh, jika meningkatkan kesombongan dan bersaing dalam eksibisionisme (suka menonjolkan diri). Cara termudah untuk menerangi kesadaran batin dan perilakumu, adalah dengan menyalakan pelita Nama Tuhan di lidahmu. Lantunkanlah Nama Tuhan maka cahaya-Nya akan mengusir kegelapan dari dalam maupun luar. Biarkan cahayanya bersinar, terang dan jelas, untuk selama-lamanya. Engkau akan segera mencapai ketinggian yang luar biasa dan menikmati kebahagiaan, yang tidak akan bisa engkau dapatkan, jika engkau tetap berpegang pada indera.
-BABA
Thursday, June 20, 2013
Thought for the Day -20th June 2013 (Thursday)
Medicine is useless for the dead as well as the sturdy. Those endowed with devotion are already marching on their path. There is no use in speaking to those who have no devotion in them; it is a sheer waste of time. There are many, who are conscious of the Higher Power and are feebly desirous of contacting it, but are wavering and unsteady. They are either ignorant of the path and its benefits or are afraid of the consequences – my message is for such half-apathetic devotees. First learn the art of living in the midst of all kinds of people, so you neither grieve nor make others grieve. Make the best use of the opportunities you are gifted with to acquire wisdom, and derive and spread joy. Learn from the saints, the eternal wisdom and profit from it. Then, spread noble thoughts and good impulses and grow spiritually.
Obat-obatan tidak akan ada gunanya bagi orang yang sudah meninggal juga bagi mereka yang sehat. Mereka diberkati dengan pengabdian yang sudah siap berbaris di jalan mereka. Tidak ada gunanya berbicara kepada mereka yang tidak memiliki pengabdian di dalam diri mereka; itu hanya buang-buang waktu belaka. Ada banyak orang, yang sadar akan Kekuatan yang Tertinggi dan lemah berkeinginan menghubungi itu, tetapi bimbang dan goyah. Mereka meskipun tidak tahu jalur dan manfaatnya atau takut akan konsekuensinya - pesan-ku bagi para bhakta yang ragu-ragu tersebut. Pertama-tama belajarlah seni kehidupan di tengah-tengah berbagai macam orang, sehingga engkau tidak menderita atau membuat orang lain menderita. Gunakanlah kesempatan terbaik ini untuk mendapatkan kebijaksanaan, serta mendapatkan dan menyebarkan kebahagiaan. Belajarlah dari orang-orang suci dan bijaksana dan dapatkanlah manfaat dari mereka. Selanjutnya, sebarkanlah pikiran mulia dan dorongan-dorongan yang baik maka spiritualitas akan berkembang.
-BABA
Wednesday, June 19, 2013
Thought for the Day - 18th June & 19th June 2013
Date: Tuesday, June 18, 2013
The mood and behaviour of people in cinema halls, marriage halls, exhibitions or while watching a game is very different from that of a spiritual gathering! The mood during entertainment is very different as the crowd there are moved by totally different impulses. However, in a gathering devoted to the needs of the spirit, what is expected is calm, reverential and eager attention, and also prayerful silence. Silence is most needed in all spiritual gatherings where deeper spiritual disciplines are discussed. Only the eye and the ear need function, the tongue has no business to wag. Everyone then will be able to receive completely, the gift of love and grace. Learn to make the best of life, this chance offered to you to sublimate your instincts, impulses and impressions on the mind from past deeds (vasanas) and rise higher and higher in the moral and spiritual plane.
Suasana hati dan perilaku orang-orang dalam ruangan bioskop, tempat pernikahan, pameran atau saat menonton pertandingan sangat berbeda dengan perilaku mereka yang berada dalam pertemuan spiritual! Suasana di tempat-tempat hiburan sangat berbeda, karena dorongan yang sangat berbeda. Namun, dalam pertemuan yang ditujukan untuk kebutuhan spiritual, ada ketenangan, sikap hormat dan perhatian, juga keheningan doa. Keheningan adalah yang paling dibutuhkan dalam semua pertemuan spiritual di mana disiplin spiritual yang lebih dalam didiskusikan. Hanya mata dan telinga yang perlu difungsikan, sementara lidah tidak perlu untuk bergunjing. Setelah itu, semua orang akan dapat menerima dengan sepenuhnya, karunia kasih dan berkat Tuhan. Engkau hendaknya belajar untuk menjalani kehidupan yang terbaik, kesempatan ini diberikan kepada-mu untuk lebih menghaluskan nalurimu, dorongan dan pengaruh pikiran dari perbuatan masa lalu (vasana) agar meningkat lebih tinggi lagi di bidang moral dan spiritual.
-BABA
Date: Wednesday, June 19, 2013
The purusha (man) is ‘he who lives in the pura,’ that is the physical body. He who lives in the Universe, which is His body is Purushotthama, the Supreme. A tiny ant creeping over the foot is cognised by your consciousness; that is because, a purusha has consciousness filling the entire body. The Purushotthama too has consciousness filling and activating His entire body, which is the Universe; and hence He is omniscient. The soul is the vyasthi (individual), the samashti (all of Creation) is God. The best reward for the individual (Purusha) is to merge in the Divine (Purushotthama). And the path is through the Knowledge begotten by action and love for God.
Purusha (manusia) adalah 'dia yang tinggal di pura,' yaitu badan fisik. Yang Maha Agung (Supreme), adalah Dia yang tinggal di alam semesta, badan-Nya adalah Purushotthama. Seekor semut kecil merayap di atas kakimu dapat engkau sadari, disebabkan karena, purusha memiliki kesadaran mengisi seluruh badan jasmani. Purushotthama juga memiliki kesadaran mengisi dan mengaktifkan seluruh badan-Nya, yaitu Alam semesta, dan karenanya Dia Maha Tahu. Jiwa adalah vyasthi (individu), samashti (semua Ciptaan) adalah Tuhan. Yang terbaik bagi individu (Purusha) adalah menyatu dengan Tuhan (Purushotthama). Dan jalan untuk mencapainya adalah melalui Pengetahuan dengan perbuatan dan cinta-kasih kepada Tuhan.
-BABA
Monday, June 17, 2013
Thought for the Day - 17th June 2013 (Monday)
All knowledge and experiences are associated with the mind externally. They do not go beyond the mind. The aspirant who seeks to experience the Atma will not be able to have it by performing worldly actions. The Atma is all-pervading. The Cosmos is permeated by the Chaitanya (Atmic Consciousness). When there is a pot with water, we can directly see the sun's reflection. Absence of a pot does not mean that there is no sun or reflection of the sun. Irrespective of whether there is a body or not, whether there is a mind or not, the Atma is present. There is no need for a body or mind to experience the Divine. Until this is properly understood, good care has to be taken of the body, the senses, the mind and the intellect. They have to be set on the right course and not allowed to go astray. All troubles arise because the senses take to wrong paths.
Semua pengetahuan dan pengalaman berhubungan dengan pikiran eksternal, tidak melampaui pikiran. Para pencari spiritual yang berusaha untuk mengalami Atma tidak akan dapat mencapainya hanya dengan melakukan perbuatan-perbuatan duniawi. Atma meliputi segalanya. Cosmos diresapi oleh Chaitanya (Kesadaran atma). Saat ada jambangan yang berisi air, kita bisa langsung melihat bayangan matahari. Jika tidak ada jambangan, bukan berarti tidak ada matahari atau refleksi matahari. Terlepas dari apakah ada badan jasmani atau tidak, apakah ada pikiran atau tidak, Atma tetap ada. Untuk mengalami Divine, tidak memerlukan badan jasmani atau pikiran. Sampai hal ini bisa dipahami dengan baik, badan jasmani, indera, pikiran, dan intelek harus dirawat dengan baik, diarahkan pada jalan yang benar dan jangan sampai tersesat. Semua masalah muncul karena indera mengambil jalan yang salah.
-BABA
Sunday, June 16, 2013
Thought for the Day - 15th June & 16th June 2013
Date: Saturday, June 15, 2013
You may wonder, ‘How is it that the Atma is present in all?’ When you meditate in solitude on this question, a permanent, unchanging sound arises from the mind. All objects manifest the power of the atom. Every object is composed of atoms. It is the nature of atoms to combine and to separate. But in all human beings there is one unchanging and indivisible divine entity, the Inner Voice. The body undergoes change from infancy to old age, but the Inner Voice remains unchanged. People experience three different states of consciousness in the waking, dreaming and deep sleep states. But the Inner Voice has no change in the gross or subtle states of the body. What is that Voice? It is the divine Inner Voice issuing from the Atma-thathwa (Atma Principle). It is continually declaring: ‘I, I, I..’ - 'Aham,Aham, Aham'. This is the Truth that is subtler and more fundamental than the atom.
Engkau mungkin bertanya-tanya, 'Bagaimana mungkin Atma ada pada semuanya? "Ketika engkau bermeditasi dalam kesendirian pada pertanyaan ini, suara yang abadi dan tidak berubah muncul dari pikiran. Semua objek memiliki kekuatan atom. Setiap objek terdiri dari atom. Inilah sifat dari atom untuk menggabungkan dan memisahkan. Tetapi dalam semua umat manusia ada satu entitas ilahi yang tidak berubah dan tidak terpisahkan yaitu Suara batin. Badan jasmani mengalami perubahan dari bayi sampai tua, tetapi suara batin tetap tidak berubah. Orang-orang mengalami tiga kesadaran yang berbeda yaitu pada keadaan sadar (bangun), bermimpi, dan tidur nyenyak. Tetapi suara batin tidak memiliki perubahan baik dalam badan kasar ataupun badan halus. Apakah suara batin itu? Ia adalah suara batin ilahi yang keluar dari Atma-thathwa (Prinsip Atma),yang secara terus-menerus menyuarakan: "Aku, Aku, Aku. '-' Aham, Aham,Aham '.Kebenaran ini lebih halus dan lebih fundamental dari atom.
-BABA
Date: Sunday, June 16, 2013
It is believed that every man has a free will. This is a mistake. It is also believed that it is through the individual's ideas and efforts that many things are accomplished. This is based on misconceptions regarding man's doership and egoism. Strength derived from the Divine alone is true strength. All else is weakness. To realise the Atma, physical prowess is of no avail. It is only by developing the sense of spiritual oneness, that the Atmic Consciousness can be realised. Today the world is plunged in chaos and conflict because this feeling of oneness has been lost. Man engages himself in strenuous efforts to achieve worldly comforts. But he does not make even a minute fraction of such efforts to meditate on God. How much greater happiness would he enjoy if he were to devote even a few moments to thoughts of God!
Diyakini bahwa setiap orang memiliki kehendak bebas. Ini adalah suatu kesalahan. Juga dipercaya bahwa melalui gagasan dan upaya banyak hal bisa dicapai individu.Kesalahpahaman ini, karena sifat egois manusia dan manusia menganggap dirinya sebagai sang pelaku. Hanya kekuatan yang berasal dari Tuhan merupakan kekuatan sejati, sementara yang lainnya adalah kelemahan. Untuk menyadari Atma, kecakapan fisik tidak ada gunanya. Hanya dengan mengembangkan rasa kesatuan spiritual, Kesadaran atma dapat direalisasikan. Saat ini dunia sedang jatuh dalam kekacauan dan konflik karena telah hilangnya rasa kesatuan. Manusia menghabiskan energinya untuk mencapai kenyamanan duniawi. Tetapi manusia tidak berupaya bahkan semenit saja untuk merenungkan Tuhan. Betapa banyaknya kebahagiaan yang lebih besar yang akan dinikmati jika ia mengabdikan bahkan beberapa saat untuk merenungkan Tuhan!
-BABA
Friday, June 14, 2013
Thought for the Day - 14th June 2013 (Friday)
The holy culture of this ancient land has been spoilt by just one impurity; intolerance of another's success, prosperity or progress. If you cannot help another, at least avoid doing harm or causing pain. That itself is a great service. What right have you to find fault with or to talk evil of another? When you say that nothing can ever happen on earth without His Will, why get annoyed or angry? Your duty is to cleanse yourself and engage in your own inner purification. That endeavor will bring you the cooperation of all good men and you will find strength and joy welling up within you.
Budaya suci dari tanah kuno (India) ini telah dirusak oleh ketidakmurnian; tidak toleransi terhadap kesuksesan, kemakmuran atau kemajuan orang lain. Jika engkau tidak dapat membantu orang lain, setidaknya hindarilah dampak yang merugikan atau menimbulkan penderitaan bagi orang lain. Tindakan seperti itu merupakan suatu pelayanan yang mulia. Apa hak-mu menemukan kesalahan atau berbicara buruk tentang orang lain? Ketika engkau mengatakan bahwa tidak ada yang dapat terjadi di bumi tanpa kehendak-Nya mengapa engkau memiliki perasaan kesal atau marah? Kewajibanmu adalah untuk membersihkan dirimu dan terlibat dalam pemurnian batin-mu sendiri. Upaya-upaya seperti itu, akan membawamu pada pergaulan dengan orang-orang yang baik dan engkau akan menemukan kekuatan dan sukacita mengalir dalam dirimu.
-BABA
Thursday, June 13, 2013
Thought for the Day - 13th June 2013 (Thursday)
When the senses are brought under control by the mind, the mind itself ceases to function; it disappears as it were. Then man experiences a profound silence. That stillness resulting from the absence of the mind is true Knowledge (Jnana). This knowledge cannot be acquired by intellectual ability or mental agility, nor by following an example. It is sui generis. Consider the ashes which cover a burning charcoal or the moss which covers a sheet of water. The ashes have come from the charcoal. The moss has originated from the water. The cataract that dims the vision of the eye, wherefrom has it come? From the eye itself! When the screen that blinds the vision is removed, the true Self will be seen in its real form. Atma Jnana is not obtainable through books, preceptors or even Paramatma (the Supreme Self). You are yourself the Paramatma, the Jnana, the Atma.
Ketika indera dikendalikan oleh pikiran, pikiran itu sendiri berhenti berfungsi, seolah-olah menghilang. Kemudian manusia mengalami sebuah keheningan. Keheningan seperti itu akibat ketiadaan pikiran adalah Pengetahuan sejati (Jnana). Pengetahuan ini tidak dapat diperoleh dengan kemampuan intelektual atau kecerdasan mental, maupun dengan mengikuti contoh. Ini adalah sui generis. Perhatikanlah abu yang menutupi arang atau lumut yang menutupi air. Abu berasal dari arang. Lumut berasal dari air. Berasal darimanakah katarak yang membuat pandangan mata menjadi suram/kabur? Dari mata itu sendiri! Ketika lapisan yang membutakan pandangan dihilangkan, Atma akan terlihat dalam bentuk yang nyata. Atma Jnana tidak mungkin diperoleh melalui buku, guru atau bahkan Paramatma (Supreme Self). Engkau sendiri adalah Paramatma, Jnana, ataupun Atma.
-BABA
Wednesday, June 12, 2013
Thought for the Day - 12th June 2013 (Wednesday)
When you go to a doctor, you must take the medicine that he prescribes and follow his advice and instructions. There is no use blaming him if you default. How can the doctor cure you if you do not take medicines or follow the diet restrictions and regulate your intake according to his advice? Similarly, follow My advice and then watch the result. Also remember, it is a sign of foolishness to brood over mishaps and mistakes once committed, and punish oneself by refusing to take food and so on. What good is it to ill-treat the body to correct the mind? Even as you deal with your own faults strictly, you should pardon that of others. Do not misunderstand their motives and scandalise them; perhaps their motives might be as noble as yours or their action might be due to ignorance, rather than wickedness or mischief.
Ketika engkau ke dokter, engkau harus mengambil obat yang telah diresepkan dan mengikuti saran dan instruksinya. Tidak ada gunanya menyalahkan si dokter jika engkau lalai. Bagaimana dokter dapat menyembuhkanmu jika engkau tidak mengambil obat-obatan atau mengikuti pembatasan diet dan mengatur pola makan sesuai dengan sarannya? Demikian pula, engkau hendaknya mengikuti saran-Ku dan kemudian lihatlah hasilnya. Juga ingatlah, adalah merupakan suatu kebodohan merenungkan penderitaan dan kesalahan yang dilakukan, dan menghukum diri sendiri dengan tidak makan dan sebagainya. Apa gunanya menyiksa badan jasmani untuk memperbaiki pikiran? Bahkan saat engkau berurusan dengan kesalahanmu sendiri, engkau harus mengampuni orang lain. Janganlah salah paham terhadap mereka atau mempermalukan mereka. Mungkin saja motif mereka semulia motif yang ada dalam dirimu atau bisa jadi tindakan mereka karena kebodohan atau ketidaktahuan, tetapi tindakan mereka bukanlah di dorong oleh motif atau niat yang buruk.
-BABA
Tuesday, June 11, 2013
Thought for the Day - 11th June 2013 (Tuesday)
All investigations associated with the mind are delusions of various sorts. They are subjective. All that people do - seeing, hearing, experiencing and doing, are all mental delusions caused by association with the body. The mind cannot keep still even for a moment, without thinking about something or the other. Hence the mind is dependent on the body. All that the mind experiences, relates to the world that is made of the five elements. The mind sees the world through the eyes, hears through the ears. The mind has no form of its own; it is Maya (delusion). It is desire. It is Nature. It is ignorance (Avidya). Delusion is its very nature. It is extremely difficult to understand the pure and immutable Divine Soul (Atma) through an instrument subject to delusions.
Semua penyelidikan terkait dengan pikiran hanyalah delusi, semuanya adalah subyektif. Semua yang di lakukan - melihat, mendengar, mengalami dan melakukan, semuanya merupakan delusi mental yang disebabkan oleh asosiasi dengan badan jasmani. Pikiran tidak bisa diam bahkan untuk sesaat, tanpa berpikir tentang sesuatu atau yang lainnya. Oleh karena itu pikiran tergantung pada badan jasmani. Semua yang dialami pikiran, berhubungan dengan alam yang terbuat dari lima elemen. Pikiran melihat alam ini melalui mata dan mendengar melalui telinga. Pikiran tidak memiliki wujud, melainkan Maya (delusi). Ini adalah keinginan. Ini adalah sifatnya. Ini adalah ketidaktahuan (Avidya). Delusi adalah sifatnya. Adalah sangat sulit untuk memahami Divine Soul (Atma) yang murni dan abadi melalui sebuah instrumen (subjek dari delusi).
-BABA
Monday, June 10, 2013
Thought for the Day - 10th June 2013 (Monday)
Sunday, June 9, 2013
Thought for the Day - 9th June 2013 (Sunday)
To know the Indweller (Kshetrajna) you have to acquire the Supreme Knowledge (Jnana). This transcends every other kind of knowledge which is related to the physical and the phenomenal. No one can understand the Divine Self (Atma) through worldly knowledge. You need a diamond to cut a diamond. To understand the Divine Soul (Atma), you have to acquire Knowledge of the Spirit (Atmajnana). All the knowledge gathered by the analysis of physical objects or through the senses is only a form of ignorance. It has three elements: What is known, what is to be known and who is the knower. These three are aspects of the mind. Only that is Jnana which is known when the mind is eliminated. Atma and Jnana are one, though called by different names. True Awareness is Jnana.
Untuk mengetahui Sang Penghuni (Kshetrajna) engkau harus mempelajari Pengetahuan Tertinggi (Jnana). Ini melampaui setiap jenis pengetahuan lainnya yang berhubungan dengan fisik dan fenomenal. Tidak ada yang bisa memahami Divine Soul (Atma) melalui pengetahuan duniawi. Engkau membutuhkan berlian untuk memotong berlian. Untuk memahami Divine Soul (Atma), engkau harus mempelajari Pengetahuan Atma (Atmajnana). Semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan analisis objek-objek fisik atau melalui indera adalah wujud dari ketidaktahuan. Pengetahuan harus memiliki tiga elemen: Apa yang dipelajari, apa yang harus dipelajari dan siapa yang mempelajarinya. Ketiganya ini merupakan aspek pikiran. Hanya dengan Jnana pikiran bisa dibersihkan. Atma dan Jnana adalah satu, meskipun disebut dengan nama yang berbeda. Kesadaran sejati adalah Jnana.
-BABA
Saturday, June 8, 2013
Thought for the Day - 8th June 2013 (Saturday)
Friday, June 7, 2013
Thought for the Day - 7th June 2013 (Friday)
This microphone before Me, must have been made by someone, is it not? The creator is not visible or known to you presently, but you have no doubts of this person’s existence. Besides, you are confident that this person understands and knows fully well all the components, characteristics, features and effective functioning of this microphone. So too, there must be a Creator for this Universe and He must be know all about it. This Universe is composed of the five elements, and He is their Manipulator, fully aware of their subtle characteristics and properties. That Creator is your Indweller (Kshetrajna), who knows His Field (Kshethra). Hold on to Him and live your lives; you will not slip. Build your activities on that basis, your career will not cave in. You will develop courage and faith in yourself and in your destiny.
Mikrofon dihadapan-Ku ini, bukankah dibuat oleh seseorang? Si pembuat tidak tampak atau tidak engkau ketahui, tetapi engkau tidak memiliki keraguan tentang keberadaan orang tersebut. Selain itu, engkau memiliki keyakinan bahwa orang tersebut mengerti dan mengetahui sepenuhnya dengan baik semua komponen, karakteristik, fitur dan fungsi dari mikrofon ini. Demikian juga, ada Sang Pencipta Alam semesta ini dan Beliau mengetahui semuanya. Alam semesta ini terdiri dari lima elemen, dan Beliau adalah dalangnya, sepenuhnya menyadari karakteristik dan propertinya. Sang Pencipta adalah sang penghuni (Kshetrajna), yang mengetahui Ladang-Nya (Kshethra). Berpeganglah pada-Nya dan jalanilah kehidupanmu, maka engkau tidak akan tergelincir. Bangunlah aktivitasmu atas dasar itu, maka kehidupanmu tidak akan jatuh. Engkau akan mengembangkan keberanian dan keyakinan pada dirimu sendiri dan juga takdirmu.
-BABA
Thursday, June 6, 2013
Thought for the Day - 6th June 2013 (Thursday)
Wednesday, June 5, 2013
Thought for the Day - 5th June 2013 (Wednesday)
Tuesday, June 4, 2013
Thought for the Day - 4th June 2013 (Tuesday)
Monday, June 3, 2013
Thought for the Day - 3rd June 2013 (Monday)
Sunday, June 2, 2013
Thought for the Day - 2nd June 2013
Show deep gratitude to your parents. Tend to them with respect and adore them. On their anniversary of passing away, remember them and pay the tribute of at least a tear. Do it with faith (Shraddha), hence it is called Shraardha (religious ceremonial offering to the dead), note that they are not waiting for them in the other world! This tribute you offer should be in gratitude for the great chance they gave you for this sojourn in this world with all the wonderful opportunities it offers for self-realization. By the same token, parents must feel that they are servants appointed by the Lord to tend the little souls that are born in their households as the gardener tends the trees in the garden of the Master. Give children every opportunity and facility to develop their innate divine talents. Arouse the latent goodness in their tiny hearts through stories of saints and sages. Without fear, make them brave to practice righteousness.
Tunjukkanlah rasa terima kasih yang mendalam kepada orang tua-mu. Rawatlah mereka dengan penuh hormat dan sayangilah mereka. Pada peringatan meninggalnya mereka, kenanglah mereka dan bayarlah pengorbanan mereka setidaknya dengan air mata. Lakukanlah dengan keyakinan (Shraddha), maka itu disebut Shraardha (upacara keagamaan untuk orang yang sudah meninggal). Upacara yang engkau persembahkan harus dalam rasa syukur atas kesempatan besar yang telah mereka berikan kepadamu untuk tinggal di dunia ini dengan segala kesempatan yang indah yang nantinya dapat memberikan pembebasan. Dengan cara yang sama, orang tua harus merasa bahwa mereka adalah pelayan yang ditunjuk oleh Tuhan untuk merawat jiwa kecil yang lahir di rumah tangga mereka, dapat diibaratkan seperti tukang kebun yang merawat tanaman di kebun sang Master. Berikan anak-anak setiap kesempatan dan fasilitas untuk mengembangkan talenta mereka. Bangkitkanlah kebaikan dalam hati kecil mereka melalui cerita-cerita dari orang-orang suci dan orang bijak. Tanpa rasa takut, buatlah mereka berani untuk mempraktikkan kebenaran.
-BABA