We may get a doubt as to why God should have so many different names. Each of these in fact refers to a particular quality of the Lord. We know that in a house the son comes and addresses the head of the family as father, while the daughter-in-law calls him father-in-law, the grandson addresses him as grandfather, and the wife as “My dear husband”. Here we see that because he has established different types of relationships, he is addressed by different names by different people. Similarly, a brahmin is called a pujari (priest) if he performs puja and is called a cook if he is cooking. He acquires a different name depending on the nature of work that he performs. Similarly depending on the time, situation and the country, God has been given different names that are appropriate to the situation and role He plays.
Kita mungkin menjadi ragu mengapa Tuhan harus memiliki banyak nama yang berbeda. Setiap nama ini sejatinya mengacu pada kualitas Tuhan. Kita mengetahui bahwa di dalam rumah seorang anak memanggil kepala keluarganya dengan sebutan ayah, sedangkan menantu perempuannya, memanggil kepala keluarga dengan mertua laki-laki, sedangkan cucu menyebutnya dengan seorang kakek, dan istrinya memanggilnya dengan “Suamiku tersayang”. Disini kita bisa melihat bahwa karena sang kepala keluarga memiliki berbagai jenis hubungan yang berbeda maka ia disebut dengan nama yang berbeda oleh orang yang berbeda. Sama halnya, seorang brahmin dipanggil dengan nama pujari (pendeta) jika ia melakukan puja dan dipanggil sebagai tukang masak ketika ia memasak. Ia mendapatkan nama yang berbeda tergantung dari sifat pekerjaan yang dilakukannya. Sama halnya tergantung dari waktu, situasi dan Negara, Tuhan telah diberikan nama yang berbeda yang sesuai dengan situasi dan peran yang Beliau mainkan. (Divine Discourse, Summer Showers in Brindavan 1974, Vol 1, Ch 5)
-BABA
No comments:
Post a Comment