Many clamour to experience spiritual bliss but few earn it, because they are too weak to reject the clamour of the senses! A little enquiry will reveal that senses are bad masters; the joy they bring is transitory and fraught with grief. Mere knowledge of this fact will not endow you with joy; only the contemplation of the might and majesty of God, can be a never-failing source of joy. No two individuals agree on any matter, be they brothers or sisters, life-mates or father and son. It is only as pilgrims on the Godward path that people heartily agree and lovingly co-operate. Be a pilgrim on the spiritual path even while attending to your daily duties. Feel that each moment is a step unto Him. Do everything, dedicating unto Him as He directs, as work for His adoration or to serve His children. Test your actions, words, thoughts on this touchstone: "Will this be approved by God? Will this rebound to His renown?"
Banyak tuntutan untuk mengalami kebahagiaan spiritual namun hanya sedikit yang mendapatkannya, karena mereka terlalu lemah untuk menolak tuntutan dari indera! Sedikit penyelidikan akan mengungkapkan bahwa indera adalah majikan yang buruk; suka cita yang dibawakan oleh indera adalah sementara dan penuh dengan kesedihan. Hanya dengan pengetahuan dari kenyataan ini tidak akan memberikanmu suka cita; hanya dengan merenungkan keagungan dan kemuliaan dari Tuhan, pastinya dapat menjadi sumber dari suka cita. Tidak ada dua individu yang menyepakati hal apa saja, apakah mereka sebagai saudara, pasangan hidup, atau ayah dan anak. Hanya mereka yang berjalan di jalan Tuhan yang dapat sepenuh hati setuju dan bekerjasama penuh dengan kasih. Jadilah peziarah dalam jalan spiritual bahkan dalam menjalankan kewajibanmu setiap hari. Rasakan bahwa setiap moment adalah sebuah langkah menuju kepada-Nya. Kerjakan apapun, persembahkan kepada-Nya seperti yang Beliau arahkan, karena kerja adalah untuk pemujaan kepada-Nya, atau untuk melayani anak-anak-Nya. Ujilah perbuatan, perkataan, dan pikiranmu dalam batu uji ini: "Akankah ini dapat disetujui oleh Tuhan? Akankah ini memantulkan kemashyuran-Nya?" (Divine Discourse, 23-Nov-1968)
-BABA
No comments:
Post a Comment