If we think of some disturbing topic while eating our food, it will cause disturbance in our mind. That is why it is our traditional practice that while people are eating their food, no one should talk to them of unpleasant topics. The reason for this is that the moment we think of something and a thought passes through our mind, our heart attunes itself to that kind of thought. When you are sitting at home, if somebody shouts out that there is a scorpion running, irrespective of whether there is a scorpion or not, the very word will make us all shudder, react and move away. Therefore, a particular thing which enters our mind will make us get attuned to that thought in all our actions. So it follows that if we continue to think of the divine qualities of God, there is a chance that we ourselves develop those divine qualities in us.
Jika kita memikirkan beberapa topik yang mengganggu saat kita sedang makan, maka hal ini akan menyebabkan gangguan di dalam pikiran kita. Itulah sebabnya dalam praktik tradisional kita bahwa ketika orang-orang sedang makan maka tidak ada seorangpun yang boleh berbicara kepada mereka tentang topik yang tidak menyenangkan. Alasan untuk hal ini adalah bahwa saat kita memikirkan sesuatu dan sebuah gagasan muncul di dalam pikiran kita, maka hati kita menyesuaikan diri pada bentuk gagasan itu. Ketika engkau sedang duduk di dalam rumah, jika ada seseorang berteriak bahwa ada seekor kalajengking yang sedang lari, tanpa peduli dengan apakah ada kalajengking atau tidak, kata-kata teriakan tadi akan membuat kita semua menjadi ngeri, bereaksi, dan menjauh. Maka dari itu, sesuatu hal yang memasuki pikiran kita akan membuat kita menyesuaikan diri dengan gagasan dalam semua tindakan kita. Jadi, jika kita melanjutkan untuk memikirkan sifat-sifat Tuhan maka ada kesempatan dimana kita bisa mengembangkan sifat-sifat illahi itu di dalam diri kita. (Summer Roses on Blue Mountains, 1976, Ch 4)
-BABA
No comments:
Post a Comment