The word ‘surrender’ conveys that there is someone who gives and someone who accepts and that you are surrendering to someone. There is a feeling of duality implied in this word ‘surrender’. A person with a dual mind is half blind. The true meaning of surrender is the recognition of the fact that in everyone and everywhere God is present. The recognition of the presence of God in all beings (Jivas) is the true meaning of the word ‘surrender’. We should perform all the tasks enjoined upon us as our duty and it is not right to neglect our duty, sit idly and say that you have surrendered everything to the Lord. If you have the feeling that all the work you do is to please God, then that is the right aspect of surrender. You have not surrendered if you give the consequences of all the bad you do to God and take credit for the good consequences.
Kata ‘berserah diri’ menyampaikan bahwa ada seseorang yang memberi dan seseorang yang menerima dan bahwa engkau sedang berserah diri kepada seseorang. Ada sebuah perasaan dualitas yang tersirat dalam kata ‘berserah diri’. Seseorang yang pikiran dualitas adalah setengah buta. Makna yang sesungguhnya dari berserah diri adalah menyadari kenyataan bahwa dalam diri setiap orang dan di setiap tempat Tuhan hadir disana. Menyadari kehadiran Tuhan dalam semua makhluk (jiwa) adalah makna yang sesungguhnya dari kata ‘berserah diri’. Kita seharusnya melakukan semua tugas yang diberikan kepada kita sebagai kewajiban kita dan adalah tidak benar dengan mengabaikan kewajiban kita, duduk dengan malas dan berkata bahwa engkau telah menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Jika engkau memiliki perasaan bahwa semua pekerjaan yang engkau lakukan adalah untuk menyenangkan Tuhan, kemudian baru ada hak untuk aspek berserah diri. Engkau tidak berserah diri jika engkau memberikan semua akibat buruk dari yang engkau lakukan kepada Tuhan dan mendapat pujian untuk semua hasil yang bagus. (Divine Discourse, Summer Showers in Brindavan, 1974, Vol 1, Ch 3)
-BABA
No comments:
Post a Comment